Kanan dan Kiri..... Benar dan Salah....
Bukan dua-duanya atau tidak sekadar dua-duanya?
Atau bisa pilih salah satunya?
Saya kebetulan mengetahui prinsip dasar pemberitaan (jurnalisme). Diantaranya perlu berimbang dan dapat di pertanggungjawabkan. Harus dikonfirmasi dan ada ucapan pembenaran didalamnya. Diluar itu? Belum dapat dipercaya atau sengaja diabaikan. Pada utamanya pemberitaan yang penting. Kalau tidak penting yah tidak masalah jika asal bunyi.
Kalau lihat berita katanya harus yang terpercaya. Mengikuti aturan yang berlaku. Aturan yang awalnya itu tidak ada dan sampai akhirnya diberlakukan. Seperti satu berita yang isinya harus ke bawah. Idealnya semua orang percaya dengan arah bawah. Tanpa sadar membanggakan perannya sebagai pengekor. Sesuai dengan kepentingannya masing-masing. Tidak masalah jika hanya untuk hiburan belaka. Masih banyak aturan-aturan lain yang belum diberlakukan. Untuk sesuatu yang lebih penting.
Apakah sudah cukup jika memilih kanan atau kiri? Benar atau salah? Atau yang lainnya? Yah belum. Saat memilih salah satunya yah harusnya semakin diselami, banyak arah lain yang luas didalamnya, membuat arus untuk diri sendiri. Supaya tidak kehilangan daya, andai terseret arus besar. Terkecuali hanya sebagai bukti bicara saja. Sebatas itu dan tidak lebih.
Jadinya mengikuti arus selanjutnya diombang-ambing. Itu memang lebih
menyenangkan. Atau menyederhanakan suatu pilihan. Tidak akan terlalu ribet. Selesai.
Untuk bahasan ini. Ada satu film bagus yang masih saya ingat. Tentang skenario yang dapat melampaui peraturan yang berlaku, Jack Reacher. Tentang penelusuran kasus pembunuhan penembak berantai. Dari aturannya, penembak sudah tertangkap dan beberapa bukti semua sudah cukup memenuhi untuk dipersalahkan. Tapi masih ada tujuan lain yang tersembunyi dibaliknya. Tidak sekedar pembunuhan berantai biasa. Bahkan penembak yang ditangkap hanya korban yang dikondisikan. Hingga bukti-bukti mengarah kepadanya, yang tidak tahu apa-apa.
Itu untuk suatu fakta yang mudah dikaburkan. Toh hanya berdasarkan
bukti dan ucapan. Bisa diatur sedemikian rupa sesuai formula
terpercaya. Menjadi ekor untuk bukti-buktinya sendiri. Meski kalau mau, dapat
jika ingin menjadi kepala didalam perannya sebagai pengekor. Tentu itu
lebih baik.
"Mikirnya sampai kesana yah?" tanya seorang yang kehabisan pikiran. Saat menelaah satu peristiwa. Mungkin saja orang itu masih terkurung dalam sangkar pembuktiannya sendiri. Mengikuti aturan yang sudah berlaku mutlak.
"Buktinya ada. Bisa sampai ke sana" jawab seorang yang belum kehabisan pikiran. Menelaah satu peristiwa. Tidak hanya bersandar pada tembok pembuktian. Memiliki pecahan tembok yang masih terpisah satu sama lain. Melihat aturan-aturan lain yang jauh dari mutlak.
Tidak mutlak? Jadinya tidak kuat yah? Bukan seperti itu. Justru mutlak. Sangat sederhana sehingga seluruhnya itu sebetulnya sama. Hanya banyak yang belum resmi dibuat mutlak.
"Jadi kesana lagi?".
"Bisa saja. Arahnya memang kesana".