Pada zaman informasi seperti ini banyak dari kita yang "melek", dalam artinya segala sesuatu sudah bukan misteri lagi, karena sudah ada ukuran2 yang bisa dipakai. Semua itu berhubungan dengan ilmu pengetahuan yang berkembang, hingga punya dasar yang kuat dari segi pembuktian dan pengalaman sekaligus.
Di antara sekian banyak percabangan ilmu, dunia Psikologi cukup menarik perhatian saya hingga sekarang. Meski pada kenyataannya terlalu banyak teori dan istilah asing di dalamnya, namun secara pengertian awam ternyata bisa lebih menyenangkan ketimbang yang lain. Mungkin alasannya karena kita mempelajari seluk belum kepribadian seseorang, hingga secara ideal tidak punya batasan. Tapi tentunya itu kembali pada minat kita masing-masing, ada yang suka itu, ternyata itu kurang disukai oleh yang lain, intinya selera orang berbeda-beda. :)
Kita ambil contoh dua kutub besar yang ditemukan sebagai dasar, identitas Introvert dan Ekstrovert bisa membedah pola layaknya dua sisi mata uang. Awalnya banyak yang menangkap bahwa kecendrungan itu lebih menekankan pada perilaku. Jika kiri artinya ke kiri saja, atau bila kanan yah hanya kanan, sebatas itu dan tidak lebih dari manual book.
Sampai akhirnya pengertian yang lebih benar mulai terangkat, bahwa ilmu-ilmu yang dari dunia psikolosi yah hanya bermain di ranah tersebut (abstrak dan tidak dapat dilihat, tapi bisa dirasakan). Dikatakan bahwa ketua kutub itu berlaku di kawasan hulu, atau cara seseorang mengisi saat kembali energinya, dengan cara perilaku yang dipecah jadi dua tadi.
Kemudian ada lagi pemecahan teori menjadi empat, dari dasar itu (mungkin) disempurnakan dalam perilaku nyata. Urutannya dari Koleris, Sanguinis, Plegmatis dan Melankolis sebagai "batasan" yang ditetapkan. Tentunya teori itu bisa diterima, karena telah melewati serangkaian penelitian, hingga bisa dibuktikan dalam satu "ukuran".
Keunikan dan penuh energinya Melankolis memang oke, tapi kekolotannya itu gak banget, jadi ambil yang pas saja sesuai kebutuhan.
Slow-nya Plegmatis juga mantep, cinta damai sama semua, ogah konflik dan hebat2an sama yang lain, tapi diamnya itu bisa merugikan jadi jangan semua juga.
Semangat si Koleris juga baik tapi ambil sedikit aja bro, buat ngangkat pembawaan selow elu yang udah akut itu. Salah satunya tegas juga boleh, tapi jangan ampe tempramen yang buruk lu angkut juga.
Nah baru deh gaya Sanguinis bisa lu pake (apa emank udah dari dulu? cuma lu-nya ngumpet terus). Ambil yang baik2nya aja, jangan ampe norak mentang2 ini zaman buat berekspresi.
Jadi seimbang kan kalau gitu? Semuanya bisa lu pake tuh teori, jangan cuma satu doank.
Bahkan perkembangan selanjutnya ada pemecahan kembali, dengan pola yang lebih rumit dan bercabang lebih banyak. Hasilnya kombinasi dari teori-teori lain yang dijadikan satu, termasuk berangkat dari dua kutub besar dari sebagai inti, dengan pemecahan oleh Myers-Briggs Type Indicator dengan hasil enam belas jenis kepribadian dari hasil persilangan empat kutub. dengan kombinasi empat huruf dari (I-E, N-S, T-F, P-J).
"Kamu harus pilih satu, jadi dari ketiga teori besar tadi, mana yang cocok atau sesuai dengan test-mu itu?" ujar si Kuno, yang masih mengandalkan perhitungan satu arah. Jika ke kiri selanjutnya harus ke kiri terus, itu prinsip dalam benaknya.
"Kalau hasil test keluarnya memang satu, tapi sepertinya titik dari teori lain ada yang asyik juga" jawab si modern, melihat sekeliling dengan pandangan yang lebih luas. Mengetahui bahwa realitas tidak hanya selebar daun kelor, atau sebatas rentetan teori yang dirumuskan, tapi idealnya punya beragam ukuran yang tidak terpetakan.
Saya pernah menonton satu film yang cukup bagus, judulnya "Hector and the search for Happiness". Ada sebuah adegan tokoh utamanya menjalankan serangkaian test, hingga reaksi dari otak akan terlihat dari ukuran tertentu, apakah gembira, marah, khawatir, sedih, dsb. Awalnya tidak berjalan lancar, karena memang pikirannya sedang tidak fokus, hingga ada sebuah kejadian, hingga otaknya "kacau" dan "berwarna" dengan berbagai respon, hal itu terjadi ketika kebahagiaan akhirnya dirasakan oleh tokoh utama tersebut.
"Karena begitu yah harusnya begitu saja" sebuah kalimat yang cenderung membenarkan sebuah teori. Faktanya memang demikian dan itu sudah melewatui berbagai uji coba, seseorang hanya akan mengikuti syarat dan ketentuan yang berlaku.
"Karena begitu yah tidak ada salahnya coba begini" sebuah kalimat yang menyetujui teori dan mencarinya kembali. Faktanya memang demikian, tapi masih banyak berbagai uji coba belum dilakukan, hingga seseorang bisa membuat syarat dan ketentuan yang belum ada itu.
Jadi bagaimana? Ada yang lain? Ada, kita ambil saja untungnya semua, yang baik-baiknya saja. :P