Saya pernah bercerita mengenai tingkatan menjadi pendukung atau fans di sini. Pada tulisan itu berbicara mengenai pengaruh dan seberapa tinggi minat kita, hingga mendukung dan mengikuti sesuatu hal dengan sangat serius. Kali ini saya ingin membahasnya kembali, tapi mulai mengangkat salah satu yang saya dukung.
Ingatan saya langsung terbang ke masa remaja, ketika saya bersama satu teman bermain jago-jagoan tim sepak bola. Persaingan dalam tanda kutip itu berlangsung selama dua tahun (saja), karena teman saya itu pindah ke kampung halaman. Selanjutnya saya tetap melanjutkan "tradisi" menjagokan tim yang saya dukung, hampir seluruhnya tidak pernah berubah, beberapa tim dari beberapa liga Eropa besar di sana.
"Tuh kan, jagoan gueeeeeeeeeeeeeee" ucapnya sambil tertawa, serta menunjuk bagian dadanya dengan jempol sendiri. Bergantian dengan saya andai tim yang didukung meraih kemenangan, serta mengalahkan tim yang bukan dijagokan.
Dari enam liga teratas Eropa di musim kala itu, hanya 2 tim saja, jatah jagoan saya yang berhasil menjuarai kompetisi liga, selebihnya tim-tim lain sudah "diborong" oleh teman saya itu.
"Lu kenapa gak pilih Barcelona, Real Madrid, atau Atletico Madrid (bro)?" tanya teman yang lain kepada yang bersangkutan, menyinggung beberapa tim papan atas dari salah satu liga terkenal kala itu.
"Gue telat pilihnya" jawabnya dengan singkat sambil tertawa. Mengetahui bahwa jika dirinya memborong tim kuat dari dua liga terkenal, maka ada satu kompetisi yang lepas karena terlambat dibahas. Alasan lebih tepatnya karena kompetisi ketiga ini berada di bawah dua kompetisi utama, hingga agak kurang populer, tambahan lagi belum disiarkan secara langsung oleh televisi lokal kala itu.
Sebuah alasan yang sangat sederhana ketika mendukung sesuatu, bukan karena tim itu hebat dan punya sesuatu yang dibanggakan, melainkan karena siapa cepat dia dapat. Mungkin hal itu berlaku pada masa remaja tiap-tiap orang, yang lebih cepat itu yang dapat. Xp
Hal yang sama juga berlaku untuk tingkat negara. Dari enam kompetisi tertinggi di Eropa kala itu, tiga tim nasionalnya yang beridentitas negara telah dipilih untuk saya jagokan, alias berimbang dengan tiga pilihan tim nasional dari teman saya itu. Beruntungnya juga, saat bermain jago-jagoan ketika perhelatan Piala Dunia di langsungkan, tim yang saya dukung berhasil jadi juara pertama kali kala menjadi tuan rumah. Xp
Pasca waktu berjalan selama beberapa lama, pernah coba mendukung tim yang jadi jagoan teman saya itu, tapi sangat sulit, bahkan tidak bisa. Meski alasan yang dipakai itu karena tim itu hebat dan punya banyak bintang, atau sering juara di kompetisi. Dukungan saya sudah langsung "terbentuk" di musim pertama kala punya kegemaran baru, menjadi pendukung kesebelasan tim sepak bola Eropa.
Dalam satu liga kompetisi yang tadinya ada beberapa tim yang dijagokan, hingga hanya tinggal satu saja di masing-masing liga terkenal. Tim-tim lain yang "tersisih" jadi hanya sekadar suka saja, tetap juga saya dukung, tapi tidak terlalu diikuti. Kemudian selanjutnya berubah kembali hanya tinggal menyisakan "satu" saja, terpilih menjadi tim yang akhirnya saya dukung secara total. Mengikuti kompetisi tempat tim utama yang saya jagokan itu beraksi, sementara liga-liga lainnya sudah tidak terlalu diperhatikan karena minat yang kurang.
Berbeda dengan tim-tim yang "dijagokan" teman lama saya dulu, mental "rivalitas" dengan yang bersangkutan sudah terbentuk secara alami. Kebiasaan itu terus terbawa bahkan hingga sekarang, hingga selentingan "perlawanan" sampai keluar, dengan slogan asal bukan barisan mereka yang jadi juara (tim-tim yang dijagokan teman lama saya itu). :P
Jadi situasinya agak berbeda di sini, misalnya sudah kita ketahui bersama, Barcelona dan Real Madrid adalah dua tim yang punya rivalitas atau persaingan tinggi, baik secara tim maupun basis penggemar (fans). Fakta dalam realitasnya begitu, terjadi di kawasan mana saja, secara regional di Spanyol sana dan dunia, tapi untuk di mata sendiri secara pribadi ceritanya berlainan.
Keduanya (Barcelona & Real Madrid) jadi tim yang saya jagokan dulu, rivalitas mereka justru jadi tidak penting bagi saya. Siapa saja yang juara, dua-dua itu tetap saya dukung karena sudah jadi "jagoan" saya dari dulu (rivalitas bersama teman lama). Hingga untuk kompetisi Spanyol itu cenderung adem, karena tim-tim kuatnya sudah saya "borong" untuk dijagokan, jadi pasti mereka sering juara di sana. :D
Kemudian ada juga teman saya dari dunia kuliah, ada salah satu yang mendukung tim dari kompetisi Italia. Tim tersebut sebetulnya juga menjadi jagoan saya dulu, bahkan pada musim kedua bermain jago-jagoan (dengan teman lama), nyaris saja juara andai pemain yang jadi mesin gol tidak cedera dan harus absen. Tapi karena situasi yang sudah berubah, antusias saya sudah tidak tinggi lagi, karena sudah fokus pada tim utama saja.
Teman kuliah saya itu mungkin sudah ada di fase yang serupa, hanya mendukung satu tim saja sebagai penggemar. Hingga nilai kita sebagai pendukung akan meningkat, karena adanya fokus tertentu yang kita arahkan kepada identitas tersebut. Mungkin serupa kepada siapa kita menentukan pilihan, untuk menjadi "Pendukung Setia" kita pada akhirnya. Xp
Pendukung Setia (Sesuai judul) artinya kita selalu mendukung sesuatu hal, baik dalam keadaan yang sedang turun, bukan hanya berada di masa kegemilangan saja. Istilah kerennya itu dalam Suka dan Duka, karena hidup itu bukan soal hanya senang-senang saja, ada siang ada juga malam, semuanya perlu berimbang.
New Balance juga akan tergantikan, karena musim ini adalah kerja sama terakhir dengan tim yang sedang saya bicarakan ini (sebagai pemasok seragam). Oleh karena hubungan keduanya hanya bentuk kerja sama sponsor saja, durasinya sesuai kontrak yang berlaku.
Tapi pastinya Keseimbangan Baru itu akan kita alami, kapankah itu? Salah satunya itu ketika menjadi Pendukung Setia dari apa yang kita pilih, jadi bukan lagi soal kerja sama saja, tapi sudah membangun hubungan emosi. :))
Jadi di sini sebuah pengalaman pribadi menjadi penting, hingga kita punya pegangan yang kuat, alias punya prinsip. Jika sudah memilikinya hal-hal lain tidak akan menjadi gangguan. Bukan karena sebuah tim itu kuat, menang terus, sering juara, banyak bintang bertaburan, melainkan kita memang suka sejak awal.
Jadi di sini sebuah pengalaman pribadi menjadi penting, hingga kita punya pegangan yang kuat, alias punya prinsip. Jika sudah memilikinya hal-hal lain tidak akan menjadi gangguan. Bukan karena sebuah tim itu kuat, menang terus, sering juara, banyak bintang bertaburan, melainkan kita memang suka sejak awal.
Nah alasan suka di awal ini yang jadi pintu masuknya, bisa bermacam-macam, hingga first impression jadi sangat penting. Jadi apakah kita sudah punya tim sendiri? Atau memang masih mencari posisi dari "Pendukung Setia" itu? Semoga berhasil.
"For now, tell the world. We are Liverpool, champions of England"
Penyerahan Trofi di pekan 37