Pada tanggal 10 Maret 2012 yang lalu saya melakukan aktifitas pendakian singkat di gunung Batur yang terletak di kawasan kintamani di pulau Bali, karena hanya sekitar 2 jam saja mendakinya, hal tersebut telah di persiapkan dengan menyusun jadwal dan info pada saat saya melewati 4 hari yang lalu di bali.
Hari pertama sampai tanggal 9 Maret sesampainya di airport pada siang hari saya langsung menuju kawasan kintamani dengan motor sewaan dan sampai pada pukul 16.00 WITA dengan tujuan Toya Bungkah sebuah desa yang paling dekat dengan titik awal pendakian untuk keesokan harinya, di tengah perjalanan pada saat saya berhenti untuk mengambil foto karena cantiknya pemandangan maka saya di hampiri salah satu guide yang lewat di tawari apakah hendak trekking (mendaki) ke puncak.
Terjadilah negosiasi diantara kami, karena sendiri saya meminta harga di bawah ketentuan, karena dari harga resmi perkumpulan guide yang saya ketahui berkisar 250-300rb untuk maksimal 3 pendaki per guide dan tentunya itu agak berat bagi saya yang seorang diri. Sampai di temukan kesepakatan harga, maka saya diantarakan ke penginapan sederhana terdekat yang per malam nya 60rb. Setelah istirahat sejenak jalan2 berkeliling di sekitar dengan motor.
Pada tengah malamnya hujan turun cukup deras dan tiba2 lampu mati, benar2 jadi gelap total dan keesokan harinya sempat bertanya memang mati lampu karena petir cukup besar. Pukul 04.00 pagi sesuai perjanjian maka guide tadi menjemput saya, dan meluncurlah kami bersama motor masing2 ke jalur pendakian di gelapnya subuh2 hari itu untungnya tidak turun hujan.
Dari jalur utama maka kami berbelok menuju satu jalur desa, jalan aspalnya mulai menghilang karena hanya jalan pasir, batu2an kecil hingga tanah, cukup sulit mengimbangi motor yang saya pacu dengan kecepatan sedang sehingga jalan semakin melambat karena agak menanjak plus masih becek pula, takut motor sewaan yang di bawa menjadi amburadul juga pikir saya, tapi ada warga yang melewati saya sepertinya lancar meluncur cepat bersamaan dengan itu saya melewati beberapa pendaki yang berjalan kaki.
Pada satu titik akhirnya guide saya berhenti dan disana sudah ada beberapa motor yang terparkir, barulah kami berjalan kaki dengan jalan berbatu yang masih agak lebar dan menanjak, sekitar setengah jalan maka jalan yang lebar tadi mulai menyempit menjadi jalan setapak berbatu dengan tanjakan yang semakin terjal, dari sini terlihat beberapa lampu senter dari pendaki lain di atas maupun di bawah, pagi itu saya di beri satu lampu senter sebagai penerangan.
Beberapa lama berjalan saya belum merasa kelelahan, tapi keringat mulai mengucur di beberapa bagian tubuh, jalur menanjak nya serong kanan-kiri terus sampai kami melewati 2 pendaki wanita asing bersama seorang guidenya yang sedang beristirahat. Tak beberapa lama nampaknya saya mulai kehabisan nafas, cukup tahan lama saya pikir baru istirahat kala itu, sejak itu berganti2an lah kami dengan grup tadi saling melewati dan istirahat sampai atas, plus disini saya mendapat bonus kecil celana pendek lapis kedua saya robek, saya memakai celana tiga lapis, celana dalam, pendek, dan panjang parasit :D
Pukul 05.30 kurang lebih maka kami sampai di atas, disana sudah banyak pendaki lain yang sampai serta berdiri satu bangunan sederhana seperti pos yang ternyata merupakan warung, dan rata2 pendaki akan disuguhkan teh hangat, telur rebus dan roti dari guide masing2 sesuai kesepakatan termasuk saya, disana adalah tempat untuk melihat sunrise yang jika cuaca baik maka akan terlihat gunung abang di balik danau batur serta gunung agung di belakangnya tetapi pagi itu saya melihat awan menghitam tanda mendung dan benar saja hujan kecil mulai turun tidak beberapa kemudian.
Rintik hujan mulai berhenti dengan cuaca yang semakin cerah sehingga dapat dipastikan kami tidak dapat melihat sunrise pada pagi itu, yah namanya juga resiko alam tidak bisa kita atur :) Meski tidak mendapat momen sunrise nampaknya tidak ada kekecewaan yang terlihat diantara pendaki, sebaliknya mereka malah asyik mengabadikan pemandangan dari atas sana yang sesekali di tutupi kabut yang nampak hanyalah gunung abang di seberang danau dengan ketinggian 2100 mdpl sementara batur sendiri tingginya hanya 1700 mdpl.
Setelah saya perhatikan seluruh pendakinya merupakan orang asing, sementara orang lokal hanyalah guide yang mengantar mereka, penjaga warung dan beberapa warga yang ikut naik untuk menjual minuman di atas, air mineral 600ml dijual 15rb sehingga hanya saya lah satu2nya turis lokal yang naik. :p
Ketika langit sudah semakin cerah dan beberapa pendaki ada yang turun dan berjalan ke arah kawah, maka saya mengambil gambar foto dan video sebelum kembali berjalan ke kawah yang tidak jauh dari sana untuk kemudian kembali turun.
Sebenarnya di puncak batur memiliki 3 kawah lain dan terdapat puncak yang lebih tinggi tapi jalurnya lebih berbahaya terlebih habis hujan dan licin, karena kedua sisinya berbatasan langsung dengan jurang dan pada saat merencanakan pendakian, saya memang hanya berniat ke tempat melihat sunrise yang ada warungnya itu saja karena jalurnya tidak terlalu ekstrim.
Pada saat turun barulah saya melihat dengan jelas jalur pendakian yang tadi saya lewati ternyata cukup ekstrim juga karena salah satu sisinya merupakan jurang, jalan setapak berbatu yang agak licin menuntut kehati2an yang tinggi, jika rasanya tidak mampu melangkah tegak maka saya akan merangkak menuruni batu2an demi keamanan serta lebih mengambil sisi dalam yang kurang rata dengan berpegang pada "pagar" batu untuk jaga-jaga, sementar si pak guide nya berjalan santai mengambil sisi luar yang batu2annya lebih rata.
Karena kehati-hatian maka perjalanan turun juga agak lama dan melihat salah satu bangunan pura yang jauh di bawah yang merupakan tempat parkir motor. Langkah kaki yang agak gemetar mulai mereda saat jalan setapak kecil yang menurun terjal tersebut mulai berubah menjadi jalur yang agak lebar sampai ke tempat motor di parkir.
Tak lama setelah meluncur dengan motor ternyata kekhawatiran saya menjadi kenyataan saat guide dari beberapa pendaki lain memberitahu jika ban belakang motor yang saya bawa kempes, yah jadilah kebingunan saya memuncak juga pada saat itu, untungnya guide saya yang bernama Ketut itu baik hati, dan postur tubuh beliau yang tidak sesubur saya menaiki motor kempes saya dan saya menaiki motornya, tetapi tetap saja karena jalannya jalur pasir bebatuan tanah plus habis hujan jadi tetap lambat untuk sampai ke jalan utama yang beraspal.
Si guide tadi sudah meluncur entah kemana ketika saya sampai di jalan aspal dan nampaknya ke tukang tambal ban yang berjarak 3 kilometer dari tempat saya berdiri, awalnya hendak menyusul tetapi disuruh menunggu saja saat menelpon hape nya dan saya menunggu di salah satu bengkel yang masih tutup untuk berteduh dari rintik hujan.Ternyata ban memiliki bocor 3 lubang dan lebih baik di ganti, di tawari yang biasa atau yang bagus saya meminta yang bagus karena saya tidak ingin menyusahkan penyewa motor ini setelah saya tetapi nampaknya sudah di pasangi yang biasa kata si guide saat ke tempat saya untuk mengambil uang karena beliau tidak memengang uang sama sekali.
Setelah si guide tadi menyelesaikan proses penambalan ban dan kembali berganti motor untuk menuju penginapan maka saya tergerak untuk memberi harga lebih dari yang disepakati, karena tanpa beliau mungkin lebih babak belur saya pada saat sebelumnya itu, setelah beres maka bergerak ke kawasan selanjutnya Ubud, mendaki gunung batur merupakan pendakian kedua saya. :D
Pendakian pertama yang lebih tepatnya seperti bukit itu terjadi di Dieng di bukit Sikunir dengan jarak tempuh yang lebih singkat tidak lebih dari 1 jam yang diatasnya akan melihat gunung Sindoro dengan jelas.
Niat melakukan aktifitas mendaki gunung juga belum lama muncul di kepala, tetapi berkaca dari aktifitas trekking yang cukup menguras tenaga saat berlibur di Baturraden maka saya harus ingat bagaimana kondisi fisik saya apakah mampu karena tetap berusaha mengesampingkan ego ketika memaksa sesuatu yang tidak saya mampu :D
Salah satu objek yang di niat kan adalah pendakian gunung semeru yang nama kawasannya seperti populer di telinga diantaranya terdapat danau Ranu Kumbolo, pos Arcapada, plus gunung itu menjadi atap pulau jawa karena merupakan gunung tertinggi di pulau jawa tetapi saya mencoba mengurungkan niat karena rasanya belum mampu untuk itu. :)
Pendakian karena pemandangan cantik di atas juga ada pada gunung Rinjani di lombok, saya juga mendapat tawaran dari salah satu teman yang melakukan perjalanan panjang dengan mobil tahun lalu tetapi destinasinya kurang oke, 2 dari 4 tujuan utama telah saya datangi sebelumnya yaitu Dieng dan Bali, hanya 2 tempat saja yang menjadi incaran yaitu Bromo dan Rinjani tetapi dibutuhkan budget dan waktu yang tidak sedikit sehingga saya mengabaikan tawaran itu, tambahan lagi waktunya itu bentrok dengan tawaran tour gratis dari keluarga ke salah satu daerah di pulau Sumatera. :D
Niat mendaki akhirnya lebih di kerucutkan pada apa yang dapat kita lihat diatas sana, plus jalur yang enak2 saja dan tidak ekstrim, jika demikian maka gunung Semeru tercoret, karena di atas mungkin tidak akan melihat pemandangan apa2 yang dekat, jika Rinjani maka kita masih akan melihat danau segara anak di bawahnya secara dekat.
Pilihan sempat jatuh kepada gunung Sindoro yang belum lama saya nikmati dengan jelas pemandangannya dari dataran tinggi Dieng, dengan demikian dari sana akan di balik melihat penampakan Dieng plus gunung Sumbing yang terletak disebelah selatannya, tetapi karena jauh dan cuma berencana yah niat tinggallah niat yang tanpa usaha sedikit pun berujung dengan pengurungan niat :D
Pada akhirnya niat aktifitas pendakian mulai di ubah ke aktifitas outdoor hiking dan kalaupun mengincar pendakian ya harus banyak teman atau yang durasinya sebentar saja, sehingga gunung Batur yang mendaki tidak lebih dari 2 jam langsung masuk rencana ketika kemarin saya jalan singkat ke Bali dan mencoba mendatangi tempat yang belum pernah.
Saat sekarang saya masih berkeinginan untuk mengunjungi taman nasional gunung gede pangrango yang letaknya justru lebih dekat yaitu daerah puncak bogor, disana ada aktifitas hiking yang jalannya landai2 saja ke air terjun cibeureum yang masuk melalui pintu cibodas, hiking ini bisa juga untuk olah raga tentunya, dan itu sudah dilakukan (November 2012) Ke Puncak Naik Motor.
Awalnya saya menganggap resto Rindu Alam sebagai puncak karena jalan setelah itu mulai menurun lagi tetapi ternyata jalan raya puncak tersebut masih masuk kawasan kaki gunung gede dan pangrango yang bersebelahan dan di belakang itu terdapat sebuah gunung besar yang baru saya ketahui saat itu.