Masih dalam lanjutan dari cerita Borong Air Terjun di kaki Gunung Salak, maka setelah selesai mengunjungi Curug Seribu saya menanyakan warga ketika kembali ke jalan utama kawasan wisata Gunung Salak Endah. Awalnya masih bingung hendak kembali atau jalan terus, ternyata jalan terus saja karena air terjun selanjutnya Curug Cigamea sudah tidak jauh dari sana, sepertinya jalurnya itu sudah terus menurun.
Saya tidak terlalu memperhatikan jam dan tiba di pintu masuk Curug Cigamea, bayar biaya tiket dan parkir sebesar 9rb rupiah. Ketika baru masuk terlihatlah dua tingkat aliran air terjun di kejauhan, kita harus berjalan sejauh 400 meter, jalan menuju air terjun dapat saya bilang yang paling mulus karena jalan setapaknya sudah berbentuk seperti lantai beton yang baru saja dibuat.
Saat tiba maka saya melihat ada dua guyuran air terjun, yang satu berbentuk tebing dengan kolam tidak terlalu luas hanya aliran air saja. Lainnya memiliki kolam yang luas dengan guyuran yang lebih deras, ternyata air terjun yang deras ini memiliki dua tingkat tetapi tingkat atasnya tidak dapat dilihat dari bawah. Siang itu banyak wisatawan yang bermain air di air terjun utama, saya hanya menikmati suasana sambil kembali menikmati cemilan biskuit, cukup lama juga saya disana.
Saat akan kembali maka hujan mulai turun tetapi tidak deras, saya memutuskan berteduh di satu warung sambil makan siang saja hingga hujan agak reda. Setelah itu tujuan saya sebenarnya mengunjungi Curug Luruh atau Curug Nangka, tetapi dijelaskan penjaga tiket bahwa itu terletak di luar kawasan wisata. Dan baru mengetahui bahwa saya masuk dari pintu atas karena untuk menuju kedua Curug itu harus berbelok di pertigaan sebelum masuk tadi, sedangkan jika kita lanjut jalan maka akan keluar kawasan wisata lewat pintu bawah. Wisata terdekat adalah objek air panas tetapi nampaknya saya tidak berminat kesana.
Maka saya arah kembali ke jalur saya masuk tadi karena jaraknya juga lumayan jauh, pemandangan diatas juga lebih menyegarkan dengan banyak pohon pinus. Akhirnya saya mampir ke Curug Ngumpet yang terletak di pinggir jalan, masuk biaya parkir dan tiket sebesar 8rb rupiah, ternyata saat sampai hujan lagi lebih deras sehingga berteduh dahulu. Ketika hujan reda maka waktu sudah menunjukkan hampir pukul 3 sore, jalannya lebih pendek, hanya 200 meter.
Saat tiba pertama-tama saya sendiri tetapi diikuti petugas yang berjaga, dijelaskan sudah tidak boleh berenang di kolam dekat guyuran air terjun, karena cuaca diatas sudah tidak baik alias hujan, mengantisipasi arus besar tiba-tiba, indikatornya adalah busa arus air yang sudah agak keruh. Dijelaskan pula bahwa aliran airnya mengalir ke Curug Cigamea dibawahnya sedangkan diatasnya adalah Curug Pangeran ketika bertanya tentang curug tersebut. Ternyata makin banyak juga yang tiba meski sudah dilarang berenang, air terjunnya itu tidak terlalu tinggi, tidak terlalu lama juga saya disini ketika akan kembali kabut tebal turun.
Pukul 3 sore lewat saya memutuskan lanjut saja ke Curug Pangeran, tidak jauh dari sana dari jalan utama maka berbelok ke satu jalan yang menanjak. Saat tiba sepertinya sudah tidak ada pengunjung lagi, penjaga tiketnya pun awalnya melarang saya masuk tetapi diperbolehkan dengan syarat jangan turun ke aliran air terjun, hanya di tangganya saja, biaya tiket dan parkir hanya 5rb, dan fasilitasnya lebih sederhana. Jalannya tidak jauh, saat tiba sempat mengira mungkin saya sendiri tetapi tidak, ada dua orang yang sedang duduk santai di warung kosong berteduh karena hujan gerimis lagi.
Saya pun mengikuti anjuran penjaga tiket yaitu hanya sampai di tangga nya saja, tinggi air terjun sepertinya tidak terlalu tinggi, hanya 10 meter lebih saja. Hanya sebentar saja saya disini, ketika kembali untuk berteduh saya santai di pondokan kosong dekat tempat parkir, meski hujan reda kembali sebentar tetapi saya memutuskan hendak tidur-tiduran di pondok itu, rasanya seperti rileks, tidak ada siapapun di sekeliling, sambil menghirup udara segarnya secara dalam, lewat setengah jam maka pukul 4 sore saya hendak jalan lagi.
Ketika kembali saya melihat keramaian yang ketika datang sempat saya tanyai arah ke Curug Seribu, ternya setelah diperhatikan itu kawasan wisata juga, Curug Cihurang namanya yang gabung dengan tempat perkemahan, jadi saya mampir saja sebentar, bayar tiket dan parkir sebesar 5rb. Jalannya tidak jauh arena melewati suatu tempat lapang banyak tenda berdiri, ketika sampai sudah tidak ramai, hanya ada beberapa orang yang bergegas pulang, sepertinya tempat ini yang paling ramai dikunjungi karena paling dekat dari pintu masuk.
Air terjunnya ada dua aliran berdekatan tetapi tidak tinggi, hanya sebentar saja saya disini dan memutuskan kembali. Dari Curug Cihurang sampai pintu keluar hamparan pemandangan pohon pinus mendominasi, kemudian sempat melewati pintu masuk objek wisata Kawah Ratu yang disebelahnya terdapat Curug Ngumpet lain tetapi saya tidak kesana.
Pukul setengah 5 sore saya sudah sampai di gerbang kawasan wisata dan mulai menghitung seberapa lama akan tiba di rumah, apakah lebih cepat atau lambat. Ternyata terasa lebih lama, dahulu saya merasa jika pulang lebih cepat, tetapi kini berbalik, nampaknya rasa antusias saya berpergian sudah lebih tinggi dari pulang, karena enjoy maka waktu mejadi tidak terasa.
Jalan pulang dihiasi dengan hujan gerimis hingga besar, saya sampai di Parung pukul 6 sore karena sempat makan malam dahulu. Sempat juga salah jalan alias nyasar ke Depok pukul setengah 8 malam, tetapi hitungannya melewati jalur lain, bukannya nyasar harus kembali lagi, pukul setengah 9 saya sampai dengan selamat dan istirahat. :)
Meski tidak keseluruhan Curug dapat dikunjungi tetapi tidak mengapa, tandanya mungkin saya harus kembali lagi nanti ketika sedang ingin rekreasi yang lumayan dekat.