Minggu, 02 Desember 2012

eksplore Bogor Salak Endah (Satu)

 

Pada tanggal 16 November 2012 yang lalu akhirnya saya berkesempatan untuk sekali lagi bermotor sendiri ke kawasan Bogor, sedikit meleset karena rencana awalnya hendak jalan pada tanggal merah sehari sebelumnya tetapi urung di lakukan. Yang menjadi incaran saya untuk dikunjungi adalah kawasan wisata Gunung Salak Endah di daerah Bogor sebelah barat, disana terdapat beberapa air terjun dalam satu komplek wisata.

Langkah awal adalah melihat peta "google maps" saya mengira untuk menjangkaunya harus melewati jalan raya Bogor arah Sukabumi, tetapi dari posisi ternyata lebih dekat dari jalur yang saya lalui. Pagi pukul 5 pagi saya sudah bergerak keluar rumah, pukul 6 pagi saya sudah sampai di daerah Parung, arah yang diambil adalah melewati kampus "Institut Pertanian Bogor", jika dua minggu sebelumnya saya mengambil arah mendekati pusat kota Bogor, maka kini mengambil arah yang berbeda menjauhinya.

Kawasan wisata Gunung Salak Endah masih masuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, lebih tepatnya berada di pintu Pasir Reungit. Banyak jalur yang dapat dilewati, tetapi saya itu saya melewati Cibatok, jalan dari jalan raya setelah melewati kampus "IPB" maka akan berbelok ke kiri karena terdapat rambu ke berbagai air terjun sejauh 14 km lagi, sempat pula mengisi bahan bakar kembali karena nampaknya ketika berbelok sudah akan memasuki kawasan perdesaan.

Pukul 7 pagi saya sudah sampai di pintu gerbang, membayar retribusi tiket dengan motor seharga 7rb rupiah saja, tujuan utama saya kesana adalah mengunjungi air terjun Curug Seribu sebagai air terjun yang paling tinggi dan deras disana. Ketika masuk ternyata pemandangan pepohonan pinus mendominasi dan menyegarkan mata, saya memutuskan mengisi perut dahulu, karena ketika akan berangkat hanya mengganjal perut dengan satu mi instan saja.

Ketika berhenti dan sarapan pagi, maka persis disebelahnya merupakan pintu masuk ke air terjun Curug Goa Lumut, sehingga setelah selesai menyarap maka saya menuju kesana dengan bebas biaya parkir, sebelumnya ada beberapa kelompok yang dikenakan biaya parkir dan biaya titip helm, cukup cerdik juga pemilik warung yang posisinya kebetulan strategis.

Jalannya tidak jauh tetapi jalan didekat air terjunnya dipenuhi lumut, jadi harus hati-hati karena licin. Sekumpulan pemuda tadi ternyata dari Depok dan bermain-main air disana berenang, air terjunnya tingginnya sedang, kurang dari 20 meter, alirannya cukup deras. Tepat dibelakang air terjun terdapat goa kecil dan tebing di salah satu sisinya berwarna hijau dipenuhi lumut, tidak lama saya disini, hanya sekitar 15 menit saja kemudian bergegas pergi.

Tujuan saya selanjutnya ya tujuan utama air terjun Curug Seribu, sempat juga melewati gerbang masuk Curug Ngumpet tetapi sengaja belakangan saja, ketika ada spanduk terdapat percabangan jalan kesana (Curug Seribu), ternyata jalannya belum aspal, masih bebatuan. Saya memacu motor secara hati-hati karena bisa saja kepleset, jaraknya 1 km untuk menuju tempat parkirnya saja, kemudian membayar biaya tiket dan parkir senilai 10rb. Dari tempat parkir harus berjalan kaki mengikuti jalan setapak berbatu saja dianjurkan, saya jalan sendiri saja pagi itu.

Jalannya lumayan jauh juga dengan turunan yang cukup curam dan batu-batuannya agak licin, pada satu titik seperti menurun tajam berbelok ke kiri, saya seperti mati langkah, karena perlu mencari batu untuk pijakan kaki supaya tidak jatuh, kemudian setelah itu jalannya cukup terjal, tidak semulus ke air terjun Cibeureum di Cibodas. 

Ketika akan sampai maka terdapat Curug Sawer, dimana kita harus menyeberangi aliran airnya, sepanjang jalan saya hanya menemui satu kelompok pemuda yang beristirahat akan kembali, ternyata mereka dari sana, setelah melihat jam maka sudah jam 9 pagi lewat yang artinya butuh waktu 40 menit untuk sampai di pos atas, dari sini terlihat air terjun tinggi di belakangnya.


Saya melihat dari atas dan melihat banyak juga orang yang sedang di bawah, hingga memutuskan turun juga melewati tangga batu yang licin bercampur tanah, terdapat juga tangga bambu untuk memudahkan turun. Sesampainya dibawah ternyata cukup ramai, di batu lebih luas yang agak tinggi terdapat sekumpulan pengunjung. 

Ketika pengunjung mulai kembali alias sepi maka saya sudah siap untuk mandi membilas tubuh, airnya dingin serta aliran cukup deras, banyak bebatuan besar yang berfungsi sebagai penahan arus, nampaknya pagi itu tidak ada yang berani mendekat ke kolam air terjun karena jalurnya cukup ekstrim harus berjalan di samping arus.

Selesai mandi maka saya ngopi pagi dahulu, kebetulan disana ada penjual kopi dan sejenisnya, 5rb untuk segelas kopi panas. Dijelaskan cuaca di dua hari itu sedang bagus cerah, biasanya berawan. Saya bertanya berapa lama jualannya? Apakah sampai sore? Dijelaskan tergantung cuaca, jika sudah berawan dan gerimis maka sudah harus naik untuk menghindari arus besar, cukup lama saya di bawah hampir 2 jam menikmati suasana, disini sweater celana dan tas saya menjadi kotor karena terkenal tanah yang basah.

Setelah beres saya memutuskan naik kembali, ternyata mulai berdatangan banyak pengunjung lainnya. Saya kembali menikmati pemandangan air terjun dari atas, sempat juga berbincang sama orang yang datang, pernah mendekat ke kolam air terjunnya, dengan jalan di samping bebatuan tadi, biasanya ada "guide" disana tapi hari itu tidak ada. Orang itu ternyata baru dua kali sama hari itu, beda sekali saja bergurau dengan saya, awalnya temannya tidak mau turun karena baru pertama kali kesana, tetapi pada khirnya ikut turun karena memang banyak pengunjung yang turun.

Akhirnya saya selesai dan berjalan kembali, ketika melewati Curug Sawer banyak juga orang yang mandi disana, butuh waktu yang kurang lebih sama sekitar 45 menit untuk kembali ke tempat parkir, meski agak "ngos-ngosan" karena menanjak. Ketika akan mengganti celana di WC umum ternyata saya apes, celana kering saya terjatuh dan menjadi basah seketika saat menyentuh lantai, jadilah hari itu saya memakai celana yang sudah mengering kembali, karena rencana saya bermain air hanya di Curug Seribu saja, selebihnya hanya sekedar "Sightseeing" menikmati suasana tanpa bermain air.

Masih tengah hari ketika saya meninggalkan tempat parkir dan sengaja tidak menyalakan motor karena jalan bebatuannya menurun, ketika sampai dijalan aspal maka seaya bertanya warga dimana lagi air terjun terdekat, yang kalau di hitung terdapat 4 air terjun lagi yang saya datangi hari itu untuk dongeng selanjutnya.