Rabu, 29 Februari 2012

Serunya memburu tiket (Promo)



Sepertinya fenomena menjadi pemburu tiket murah sudah menjadi kebiasaan bagi kita. Khususnya yang suka jalan-jalan dengan pesawat dengan harga murah. Kini membeli tiket pesawat sudah tidak sesulit dahulu, hanya bermodalkan komputer yang terhubung internet, kita sudah bisa membeli tiket.

Dahulu pikiran saya masih agak tertinggal di dalam memandang tiket murah. Karena ada kekhawatiran keamanan dan keselamatan, tentang perjalanan dengan biaya yang kurang masuk akal tersebut. Kekhawatiran itu lambat laun menghilang, seiring pengetahuan saya jika melakukan promo tiket hanyalah bagian dari strategi marketing.

Pemberian harga promo itu dirasa cukup cerdas, karena bisa menjaring konsumen berbarengan dengan adanya publikasi tentang maskapai yang bersangkutan. Pengetahuan yang didapat tidak terlepas dari adanya keinginan, untuk mengunjungi berbagai tempat dengan harga yang terjangkau. Hingga saya merasakan bagaimana kesabaran dan ketepatan diuji, ketika mencari2 tiket yang berstatus "Siapa cepat dia dapat..."

Menghitung Waktu (Tahun Kabisat)


Pagi jelang siang ini tanggal 29 Februari 2012 saya baru membaca sebuah artikel koran di harian Kompas di kolom iptek mengenai perhitungan tahun kabisat, sehingga ada keinginan untuk meninggalkan jejang memposting tulisan di tanggal yang jarang ini dengan perpaduan konsep yang sudah terpikirkan untuk di share tetapi belum tertuliskan. :)

Pada tulisan tersebut mengupas mengapa tanggal 29 Februari hanya muncul sekali dalam 4 tahun, hal tersebut berhubungan dengan sistem penanggalan mengenai ilmu astronomi yang berbicara ilmu perbintangan tentang revolusi, rotasi bumi, dsb.

Sebelumnya ditemukan waktu yang di perlukan bumi mengelilingi matahari adalah 365,25 hari oleh Julius Ceasar pada tahun 46 sebelum masehi, tetapi di bulatkan setahun menjadi 365 hari dengan sisa 0,25 hari tersebut di jadikan satu hari tambahan di bulan kedua setiap empat tahun sekali dalam penanggalan masehi versi Julian.

Akan tetapi sekitar abad 15 oleh otoritas Roma di Vatikan, yang dulu menjadi sentral pemerintahan menemukan bahwa perputaran 365,25 hari ternyata memiliki 6 angka di belakang koma. Digambarkan dalam setahunnya dapat menyimpang beberapa menit, tetapi dalam jangka panjang akan terjadi distorsi (penyimpangan) waktu yang cukup tajam. Misalnya dikatakan dalam sepuluh ribu tahun menyimpang 78 hari, kecil memang perbandingannya tetapi berpengaruh keseluruhan dengan pergeseran di setiap tahunnya, hingga ada pembaruan kalender Masehi, dengan tingkat penyimpangan diminimalkan, menjadi 3 hari (saja) dari sepuluh ribu tahun, dinamakan kalender masehi versi Gregorian.

Kasus perhitungan angka yang menyimpang kecil tetapi berpengaruh besar itu ada. Belum lama saya ketahui adalah pada saat baca2 cerita tentang pendakian gunung, khususnya pendakian gunung Semeru di mana cerita2 yang muncul adalah banyaknya pendaki tersesat justru pada saat turun. Dikatakan dari puncak jalur aman untuk turun harus lurus ke utara nol derajat, jika arahnya bergeser beberapa derajat saja yang tidak sampai satu meter maka kemungkinan akan tersesat menjadi besar pada saat dibawah, karena keluar dari jalur yang seharusnya.

Jika kita hendak membandingkan perhitungan waktu yang sangat relevan dan dekat adalah perhitungan usia kita, seperti ada tertulis usia manusia hanya 70 tahun dengan 10 tahun tambahan jika mampu. Rasanya hal tersebut ada benarnya, karena sangat jarang manusia di jaman abad 21 ini yang hidup jauh melebihi apa yang tertulis ( di atas 80 tahun), andaikata di temukan berarti itu anugerah. :)

Seperti juga waktu yang dibedakan dengan adanya sistem penanggalan melalui tahun, bulan, hari, dst. Maka setiap usia manusia juga dapat dibedakan melalui masa kanak2, remaja, dewasa, lansia, yang dijadikan pedoman. Dalam hal ini manusia di usia hidupnya selalu berusaha mengisi waktu2 yang berjalan dengan pedoman usianya menurut rencana dan pandangannya sehingga dapat dikatakan setiap manusia terikan dengan waktu.

Dalam keseharian tanpa kita sadari waktu tetap berjalan, ketika kita bernafas waktu juga jalan perlahan melalui detik-detiknya, manusia di tuntut untuk memaksimalkan waktu yang ada tetapi yang perlu diingat adalah adanya pemilik waktu. Ada kalanya apa yang kita hendak laksanakan didalam usaha mengisi waktu2 kita tidak berjalan sesuai yang dikehendaki atau pada umumnya.

Ketika diperhadapkan dengan pemilik waktu maka saya sangat mempercayai seperti ada tertulis "Segala sesuatu ada waktunya.........."




Minggu, 26 Februari 2012

Jualan Motivasi Sukses


Apa yang terlintas ketika melihat dua kata seperti di judul? Sukses dan motivasi? 

Pasti sebagian berpendapat bahwa kedua kata itu serupa, sebagai cara dan jalan menuju kemapanan hidup. Umumnya dipercayai dengan adanya karier perkerjaan dan keluarga yang baik, apakah sedemikian sempitnya makna kedua kata tersebut kini? Jawabannya tentu tidak demikian. :D

Selasa, 07 Februari 2012

eksplore Singapura



Perjalanan di Singapura ini termasuk salah satu rute tujuan saya, saat liburan pada Desember 2011 yang lalu. Satu tempat yang cukup buat penasaran, karena siapa saja sudah dapat pergi ke sana, tapi baru saat itu giliran saya ke sana. :D

Saya memulai merasakan atmosfer negara itu pada saat subuh, ketika menaiki bus milik Singapura SBS Transit, yang beroperasi hingga terminal Larkin di Johor Bahru. (Bisa juga naik bus Causeway Link milik Malaysia). 

Memasuki terminal pada pukul 5 pagi, setelah beberapa jam sebelumnya dari turun bus dari Kuala Lumpur.


Para penumpang sudah mengantri membentuk barisan untuk naik, cukup tertib tanpa harus diatur oleh petugas. Cara bayar tiketnya dengan memasukkan uang ke dalam box, kemudian ambil tiket dari mesin kecil. 

Minggu, 05 Februari 2012

eksplore Yogyakarta



Melanjutkan perjalanan dari catatan sebelumnya dari Baturraden dan Dieng di pertengahan Agustus 2011, maka tujuan berikutnya sekaligus akhir adalah kota Yogyakarta, dimana kedengarannya ketinggalan jaman tetapi baru saat itulah saya menginjakkan kaki disana. :D

Saya memulai petualangan di kota pelajar ini ketika menaiki bus dari Borobudur ke terminal Jombor yang sudah masuk wilayah daerah istimewa Yogyakarta, pada saat naik bus oleh kondektur bus saya di kira turis asing lebih tepatnya turis Jepang dikira, karena sempat berbincang singkat ketika bus terus melaju tetapi tidak penuh.