Minggu, 26 Februari 2012

Jualan Motivasi Sukses


Apa yang terlintas ketika melihat dua kata seperti di judul? Sukses dan motivasi? 

Pasti sebagian berpendapat bahwa kedua kata itu serupa, sebagai cara dan jalan menuju kemapanan hidup. Umumnya dipercayai dengan adanya karier perkerjaan dan keluarga yang baik, apakah sedemikian sempitnya makna kedua kata tersebut kini? Jawabannya tentu tidak demikian. :D

Memang sebagian besar kedua kata tersebut, antara sukses dan motivasi lebih banyak digunakan,  menjadi topik hangat di masyarakat untuk dibicarakan. Pada khususnya saat kegiatan memotivasi yang menjamur, hal tersebut memang ada baiknya, tetapi jangan dijadikan sebagai cara utama. :)

Pada kenyataannya setiap motivator berusaha mengubah cara pandang para pendengarnya, dengan waktu yang singkat melalui jurus kata-katanya. Tentu wejangan yang keluar tidak otomatis, karena mereka memang mencari bahan untuk diperkatakan. Jadinya tetap harus kita hargai, karena ada kalanya hal yang terucap seakan-akan menyadarkan kita.

Ketika pencarian bahan tersebut mulai dipengaruhi dengan hal lain, tentu akan mengurangi tujuan yang sesungguhnya. Dalam hal ini pencarian topik untuk motivasi mulai agak spesifik, menurut opini saya cenderung mengikuti tuntutan pasar, seperti banyak yang mengeluh tentang susahnya hidup. Solusinya adalah bagaimana cara untuk "sukses" dalam arti sempit tersebut. Saya bisa mengatakan demikian karena sempat belajar tentang permasalahan agenda setting, apa yang jadi keinginan pasar, itulah yang diminati. :P

Belakangan saya melihat bahwa yang namanya kegitan per-motivasian itu hampir serupa semuanya. Lebih dikerucutkan kepada dua hal yaitu karier dan percintaan, karena kedua hal itulah yang mendapatkan rating yang tinggi dan selalu laku dijual. :D

Saya menyadari bahwa setiap orang memang memiliki berbagai watak, salah satunya perlu adanya motivasi sebagai dorongan. Jika demikian adanya mengapa kita tidak me-motivasi diri sendiri? Hingga kata2 yang keluar memiliki kesesuaian karena kita yang merasakan, bukan mencari nasehat orang lain sebagai solusi, tapi kita lah yang menjadi solusi untuk diri sendiri, karena toh kita sama2 memiliki akal budi, tidak ada yang beda, setuju?

Hal tersebut sebetulnya mulai terlihat, banyak dari kita yang mengeluarkan kata-kata sakti di jaringan media sosial, sehingga wejangan untuk diri sendiri dalam berbagai balutan telah banyak dilakukan.

Contoh saja ketika seseorang baru lulus kuliah atau sekolah, tiap kali bertemu orang yang dikenal pasti ditanya apa langkah selanjutnya yang diambil? Bagi kebanyakan pemikir menganggap bekerja mandiri, atau dengan kata lain bekerja dengan pihak lain baru disebut sukses. Padahal sesungguhnya bekerja itu memiliki banyak cabang kegiatan. Setelah "sukses" menyelesaikan studi, idealnya seseorang akan terjun ke lapangan pekerjaan, seperti ada tertulis jika tidak bekerja janganlah dia makan. :)

Populernya kata "Pengacara" yang artinya pengangguran banyak acara, itu sesungguhnya juga keliru, karena dengan adanya banyak acara, tentu bermakna ada yang sedang dikerjakan, bukan diam-diam saja dan tidak melakukan apa-apa. Tetapi penemu kata tersebut memang telah "sukses", dalam hal memberi makna pada orang yang non-pekerja kantoran, sebagai pihak yang gagal dalam tanda kutip, jadi masih agak keliru dari segi pemaknaan.

Lebih baik mana? Super sibuk tapi penghasilan hanya numpang lewat dan tidak seberapa. Atau santai-santai saja, tapi penghasilan itu menghasilkan, asal tidak diboroskan. Untuk investasi juga harus berhati-hati, karena lebih baik saving, ketimbang ikut-ikutan invest tapi rugi melulu, atau berujung pada status buntung. Syukur2 apa yang di-invest itu berkembang.  Xp



Update 2022 =
Tema ini sepertinya masih terus menarik untuk diangkat. Kemudian ketika kita sudah memasuki era media sosial seperti sekarang, maka siapa saja dapat bebas berbicara apa saja, termasuk juga memberi wejangan tentang kesuksesan atau motivasi itu.

Istilah netizen atau warga internet berkembang dengan pesat. Setelah tulisan ini mengangkat tentang para motivator, hingga siapa saja juga bisa memberi nasehat tersebut. Kini keadaannya semakin berkembang, bahkan semakin "gagah" ketika seseorang (warga biasa) berani  menyampaikan pandangan pribadi, tentang ukuran kesuksesan yang sesungguhnya berlaku relatif. Apa tuh ukurannya? Yah kesuksesan itu sendiri.

Banyak tentunya yang bisa diangkat oleh siapa saja, tidak hanya bicara kesuksesan saja. Bisa pula dari hal kecil berupa tips & trik sesuai minat masing-masing. Tapi yang perlu digarisbawahi, apa yang disampaikan hanya berupa pendapat yang bersangkutan, tidak harus langsung kita terima sebagai kebenaran mutlak. Kenapa? Karena yah itu hanya pendapat pribadi mereka, biasanya didapat dari pengalaman masing-masing. Jika tidak sesuai atau justru bertolak belakang dengan apa yang kita yakini, yah anggap saja hanya iklan tidak (masuk) bobot kita sedang lewat. Xp

Ada juga contoh tentang pendapat "sok tahu" ini. Misalnya saja sebuah opini yang banyak jadi pergunjingan, tentang seseorang harus punya tabungan di angka sekian di usia sekian. Hal itu bagi saya sendiri sekadar untuk hiburan saja, karena siapa saja dapat bebas bersuara. Punya pendapat burung bisa berenang, kemudian ikan bisa terbang tinggi, yah tidak ada yang larang. Tapi menjadi masalah serius, andai ukuran (ngasal) itu dijadikan acuan "resmi" bagi generasi kita, karena bisa jadi akan banyak yang merasa gagal. :O

Ada sebuah meme (gambar lelucon) yang sangat menarik. Ketika seorang bayi baru lahir, kemudian tahu dirinya jadi anak seorang artis yang kaya. Dalam impiannya sudah langsung berbangga, serta punya tujuan jauh ke depan. Sehabis lulus kuliah langsung jadi motivator sukses di usia muda, pasti akan banyak peminatnya. Xp

Kenapa banyak peminat? Karena tipikal dasar manusia sendiri, mereka senang mendengar hal-hal yang menyenangkan telinga. Sangat gemar dan gesit berburu hadiah secara instan, tapi kurang suka untuk berusaha, karena untuk mencapai "hadiah" itu yang konon ada jatuh bangun, kesukaran dan mungkin juga penderitaan. 

Secara alamiah tidak ada yang instan, karena mencari kekayaan instan punya resiko yang besar. Salah satunya dengan berjudi, tapi para pelakunya tahu betul bahwa dirinya sedang bertaruh, melipatgandakan taruhannya, atau hilang semua. Kemudian bisa juga dengan trip tipu sana tipu sini, biasanya mereka sangat mudah meraup uang secara cepat, dari para korban tentunya, hingga statusnya diberi nama "uang panas", secara ideal tidak akan bertahan lama. Dari sini sangat penting bahwa seseorang juga harus dibekali pengetahuan yang cukup, agar tidak mudah terkena tipu daya, dengan iming-iming menjadi kaya secara cepat. . :))

Contoh lainnya lagi seseorang yang menampilkan hasil kesuksesan, dengan cara bergaya hidup mewah dan mahal. Pada zaman internet ini sebuah informasi akan bergerak sangat cepat. Fakta dari media sosial, apa yang ditampilkan bukan jaminan realitasnya akan begitu. Misalnya pamer kekayaan, belum tentu barang yang dipamerkan itu milik orang itu, karena bisa saja hanya sewa. Atau yang paling terkini, ternyata ada jasa capture screenshot gambar dari gadget terkenal. Xp

Saya tidak banyak berbicara mengenai ini (motivasi), tapi hanya (sekadar) memberi saran, bahwa tiap-tiap orang punya cerita sukses dari jalur masing-masing. Sukses seseorang itu bisa berbeda-beda dalam pencapaian, tidak bisa kita sama ratakan harus begini begini dan begitu. 

Ketimbang membandingkan diri dengan orang lain (asing) yang tidak kita kenal, lebih baik bandingkan dengan orang-orang yang kita kenal baik di sekitar, termasuk juga keluarga (inti) yang tentunya paling tahu bagaimana perkembangan kita. :))

Sebuah tolak ukur boleh saja dibuat, tapi itu tidak berlaku untuk semua orang, karena situasi dan kondisi seseorang bisa berbeda-beda. Ingin hasil lebih banyak, tentu harus berupaya dan berusaha lebih banyak pula, sesederhana itu timbal baliknya.

Saya jadi mengingat slogan dari teman atau kenalan yang cukup keren. Bunyinya tentang pengangguran yang berpenghasilan, sepertinya ini menarik juga. Tapi harus ingat, pohon tidak tumbuh jika tidak ditanam, alias kita tidak akan menuai jika tidak menabur, setuju? :D