Minggu, 05 Februari 2012

eksplore Yogyakarta



Melanjutkan perjalanan dari catatan sebelumnya dari Baturraden dan Dieng di pertengahan Agustus 2011, maka tujuan berikutnya sekaligus akhir adalah kota Yogyakarta, dimana kedengarannya ketinggalan jaman tetapi baru saat itulah saya menginjakkan kaki disana. :D

Saya memulai petualangan di kota pelajar ini ketika menaiki bus dari Borobudur ke terminal Jombor yang sudah masuk wilayah daerah istimewa Yogyakarta, pada saat naik bus oleh kondektur bus saya di kira turis asing lebih tepatnya turis Jepang dikira, karena sempat berbincang singkat ketika bus terus melaju tetapi tidak penuh.

Setelah tiba di terminal Jombor sekitar pukul 16.00 maka dari referensi dilanjutkan naik bus TransJogja yang merupakan busway nya Yogya, tetapi tidak ada jalur khusus karena bus tetap membaur dengan kendaraan lain tetapi tetap tamai teratur, ada sekitar 6-8 jurusan dan saya akan menuju Malioboro untuk bermalam di sana.

Turun di kawasan Malioboro, maka tujuan selanjutnya adalah mencari penginapan murah di jalan Sosrowijayan yang sudah terkenal sebagai penginapan turis rasa backpackernya, ketika menyusuri jalan tersebut plus keluar masuk gang untuk tanya2 penginapan maka banyak tukang becak yang memanggil2 untuk menggunakan jasanya berkeliling atau menawarkan penginapan, sekali lagi saya dikira turis asing disini. ;D

Akhirnya saya mendapatkan penginapan yang sesuai budget, kemudian istirahat sebentar dan bersih2 badan sambil keluar melihat suasana malam Malioboro. yang saya rasa meski kawasan Malioboro ini ramai tetapi nampaknya kurang nyaman jika dibandingkan Dieng tempat saya menginap sehari sebelumnya.

Saya menyusuri jalan Malioboro dari ujung ke ujung, jalan dimana saya menginap itu lebih dekat ke stasiun kereta api Tugu, sementara di ujung lainnya itu dekat dengan kraton. Jalan kaki sambil menikmati suasana dengan banyak berjejeran tukang makanan, mal dan toko2 yang rata2 menjual pakaian hingga jelang malam.

Sebelum kembali rencana awal adalah saya hendak menyewa motor untuk keesokkan harinya, mencari info tetapi untuk wisatawan domestik diharuskan menjamin uang sebesar 1 juta rupiah, beberapa rental motor saya tanya prosedurnya sama semua, jika wisatawan asing maka paspor jaminannya. Berhubung di dompet dan atm yang saya bawa tidak ada uang sebesar itu, maka diurungkanlah niat menyewa motor untuk beralih ke angkutan umum lagi.

Belakangan diketahui prosedur itu untuk jaminan karena banyak peristiwa motor sewaan yang tidak pernah kembali alias dibawa kabur penyewanya karena wilayah Yogya yang bebas keluar masuk ke kawasan lain di Jawa tengah atau timur, plus di wilayah pinggiran kota rawan pencurian kendaraan bermotor, maka saya juga tidak mau mengambil resiko deh.

Akhirnya cari info di tourist information dekat penginapan, berbincanglah saya dengan penjaganya, ketika membandingkan keamanan dengan Purwokerto atau Wonosobo dijelaskan memang wilayah Yogya sampai Bromo sekarang sudah rawan, sehingga banyak rental motor harus menjaminkan uang, berbincang2 membicarakan tujuan wisata saya esok akhirnya di pilihlah ojek karena jika harus naik angkutan umum nampaknya waktu tidak terkejar karena rute saya dari ujung ke ujung :D

Pagi2 maka saya keluar jalan untuk sarapan di resto siap saji, kemudian pukul 09.00 berangkat sama tukang ojek setelah janjian kemarinnya, tujuan awal saya adalah Kaliurang yang merupakan kawasan wisata di lereng merapi letaknya di utara Yogyakarta.

Pukul 10.00 saya telah sampai disana tetapi karena si tukang ojek kurang familiar dengan kawasan itu karena dia asalnya dari Parangtritis maka mutar2lah saya didalam komplek wisata itu dan berhenti di dekat telaga putri, disana masih dapat melihat sisa2 erupsi Gunung Merapi yang meletus setahun sebelumnya setelah memasuki taman nasional Gunung Merapi, masih banyak pohon dan tumbuh2an yang masih botak meski banyak juga yang telah menghijau kembali.

Air terjun tebing yang setinggi 20 meter hanya terlihat tetesan air kecil karena dijelaskan di atas belum sepenuhnya pulih, disana juga terdapat viewpoint untuk melihat gunung Merapi melalui bukit Pronojiwo karena ada petunjuk jalannya tetapi saya tidak menemukan jalannya sampai dijelaskan sama ibu2 penjual minuman dimana arahnya yang ternyata kita harus melewati jalan rusak yang sudah dipenuhi batang pohon yang patah. :D

Jalan rusak tersebut lebih panjang tetapi landai karena terdapat jalan lain yang tidak jauh tetapi langsung menanjak tinggi, berbeda kali ini saya sudah tidak terlalu menggebu2 untuk sampai kesana. mungkin karena tau saya malas, maka si ibu tadi menawarkan jasanya untuk mengantar dengan biaya jasa tentunya tetapi saya kurang berniat dan hanya membeli minuman sama si ibu itu saja sambil santai di gazibu yang sebagian sudah hancur atapnya.

Ketika santai dan berbincang maka ada sepasang turis asing yang langsung berburu bukit tersebut, awalnya mau ambil jalan yang rusak tadi tetapi kembali lagi karena memang jalannya cukup ekstrim dan diarahkan naik melalui jalur yang menanjak tajam, sampai kemudian saya selesai hanya sekitar 30 menit saja saya di sana.

Saya baru mengetahui jika kita dapat mendekat ke gunung Merapi melalui Kaliadem ketika berbincang di touris information kemarin harinya. Jadi dari Kaliurang si bang ojek saya minta menuju kesana, dan dijelaskan kawasan Kaliadem dulunya bukan apa2, hanya kampung biasa tempat tinggal mbah Marijan tetapi mendadak menjadi terkenal dan di komersilkan sejak letusan tahun lalu.

Ketika mendekat kesana semakin nampak jelas sisa2 letusan gunung dan tebing yang hancur dan si bang ojek hanya sampai tempat parkir, karena jika hendak ke atas disanrankan naik ojek lagi dari sana, tetapi saya lihat Gunung sudah tertutup kabut dan tidak ada jaminan kita akan mendapatkan view gunung terbaik sehingga saya membatalkan mendekat karena hanya mengurangi rasa penasaran saja setelah itu bergerak ke arah selatan.


Pukul 13.00 maka kami sudah memasuki pusat kota lagi, berhubung si tukang ojek akan mengantar saya sampai sore, maka kami mampir di tempat si bang ojek biasa makan siang sesuai permintaan saya dan sekalian mentraktirnya, warung nasinya sangat murah, yah kalau di Jakarta sekelas warteg deh :DSetelah selesai isi energi maka kami bergerak ke arah selatan tepatnya pantai Parangtritis, meski dari review pantai tersebut kalah dengan yang disekitarnya tapi rasa penasaran saya tetap ingin mengunjungi pantai ini karena belum pernah.

Pukul 14.00 lewat kami sampai dan disana angin bertiup sangat kencang dan cukup terik mataharinya, ini adalah kali kedua saya melihat laut lepas di selatan pulau jawa yang terkenal dengan ledenda mitosnya, jika diperhatikan gelombangnya sangat tidak beraturan yang saya ketahui dari info di internet bahwa hal itu sebagai akibat dari abrasi yang tinggi karena tidak adanya kepulauan di laut lepas yang memecah gelombang sehingga selatan jawa ini berbatas langsung dengan samudera luas.

Pantai tidak ramai hanya warga lokal saja mungkin main2 di tepi pantai, cukup lama saya disini sekitar 1 jam-an, pantai ini sangat luas dan gunungan pasir pantai sangat banyak, katanya bangunan yang berdiri di sepanjang pesisir hanya kuat jika memakai material pasir dari Merapi. Plus di bang ojek bilang seminggu kemudia kawasan ini bisa dipastikan seperti lautan manusia karena libur Lebaran, setelah itu pukul 15.00 lewat saya kembali ke Malioboro.

Setelah selesai istirahat sejenak di penginapan dan kembali jalan2 malam, setiap jalan saya telusuri sampi ujung dan kembali memutar lagi, sampai lelah baru kembali dan untuk beristirahat.

Esoknya saya sengaja keluar lebih lambat karena sekalian check-out sambil memenuhi baterai kamera dan hp sampai penuh, pukul 08.30 saya keluar dengan membawa komplit tas backpack saya, sempat berpapasan dengan tukang becak yang menawarkan saya penginapan dan berbincang sejenak kalau kemarin tidak jadi ke Merapi karena kabut telah naik, dijelaskan kalau ingin melihat Merapi dengan jelas maka harus jalan dari pagi hari, pantas saja ternyata saya kurang info, tetapi saya tidak menyesal karena tujuan awalnya hanya ke Kaliurang saja.

Pagi itu saya berjalan dari jalan Sosrowijayan yang dekat ujung utara Malioboro ke ujung Selatan dengan mampir sarapan pagi di depan salah satu pasar saya lupa namanya, kemudian jalan tidak jauh masuk ke museum Vredeburg, ini adalah kali pertama saya mengunjungi museum lagi setelah terakhir waktu jaman sekolah dasar ikut karyawisata, didalamnya terdapat berbagai peristiwa penting yang tergambar boneka2 sosok pejuang.

Setelah selesai saya kembali jalan sebentar lagi dan awalnya ingin ke keraton, ketika masuk sepertinya sepi tidak ada apa2, belakangan saya ketahui ternyata yang saya masuki itu alun-alun utara keraton saja.

Ketika keluar banyak guide berseragam batik yang menawarkan jasa sebagai guide, saya menyetujuinya untuk menuju taman sari, jalannya tidak jauh tetapi kita akan menyusuri jalan perkampungan warga, dan ternyata wisata objek wisata taman sari sudah tidak berbentuk utuh, karena hanya bagian pentingnya saja yang tersisa, selebihnya sudah menjadi pemukiman warga.

Sambil jalan maka si guide tadi menjelaskan tentang sejarah keraton dan sebagainya berikut mengapa taman sari menjadi pemukiman warga, dijelaskan di masa lalu Sultan yang menjadi kepala pemerintahan di kawasan Yogya membantu warga dengan cara memberi sebagian lahan dari taman sari yang menjadi istana raja sebelumnya.

Awalnya saya berencana selesai tetapi ditawari kenapa tidak masuk keraton utama, saya tidak mengetahuinya karena yang saya masuki sebelumnya ternyata keraton utara sehingga saya di arahkan menuju keraton utama yang banyak dikunjungi orang.

Ketika hendak membeli tiket masuk, maka kembali petugas tiketing keraton yang rata2 ibu-ibu kembali mengira saya sebagai turis jepang karena mirip katanya, yah saya jelaskan bahwa saya dari Jakarta dan ada guide lagi yang disediakan untuk berkeliling didalam. Didalam merupakan halaman belakang yang dibuka untuk umum, sementara Sri Sultan Hamengkubowono X juga tinggal disana tetapi dibatasi pintu karena tentunya tidak seluruhnya dapat dibukan untuk umum.

Setelah selesai waktu sudah siang hari saya lupa pukul berapa yang pasti saya kembali ke jalan Malioboro untuk menaiki transJogja kembali ke arah Prambanan, sebelum sampai bus melewati halte bandara Adisucipto terlebih dahulu sehingga jaraknya berdekatan dan oleh sebab itu saya check-out pada pagi hari membawa backpack untuk searah pulang pada hari itu. Ketika sampai maka kita harus jalan sebentar, cukup lumayan jauh letaknya itu di tepi jalan utama yang menghubungkan Yogyakarta-Solo.

Candi Prambanan sudah terlihat dari jalan, langsung saya membeli tiket paket Prambanan-Boko dan terlebih dahulu diantar ke candi Ratu Boko oleh petugasnya menaiki minibus hanya saya sendiri yang diantar, letaknya agak naik ke bukit. Sesampainya di Boko maka minibus kembali ke Prambanan karena sudah ada beberapa wisatawan yang telah selesai, dan saya masuk mendekat ke candi Ratu Boko.

Tidak terlalu ramai disini, hanya ada beberapa wisatawan saja yang berkunjung, ketika mendekat ke candi saya jumpai seorang turis jepang yang sudah berusia, saling lah kami menjadi juru foto bergantian, Candinya menurut saya lebih mirip seperti pintu gerbang kerajaan. Tidak lama juga saya disini, tidak sampai setengah jam maka saya sudah selesai dan petugas menghubungi ke Prambanan untuk menjemput saya, sambil menunggu saya lihat panorama disekitar dan terlihat candi Prambanan dikejauhan kerena memang saya sedang berada diatas bukit tetapi tidak terlalu tinggi.

Dalam perjalanan si supir menjelaskan jika liburan jalur yang sedang dilewati ini macet total oleh karena ramainya wisatawan, jarak jemput jadi agak lama dan mobil selalu terisi penuh, kemungkinan itu terjadi ketika libur lebaran minggu berikutnya. Jadi seluruh mobil yang tersedia akan keluar semua, sementara pada hari itu hanya satu yang beroperasi yaitu minibus yang saya naiki :D

Ketika kembali ke Prambanan maka itu adalah tujuan akhir saya, mendekati candi saya lihat seperti ada mahasiswa magang yang bertugas yang belakangan saya ketahui mereka ditugaskan menjadi guide bagi turis asing karena saya melihat sendiri mereka sangat cakap menjelaskan sejarah candi pada wisatawan asing. Disini saya juga cukup lama karena sambil menunggu waktu pulang plus kompleks candi cukup luas untuk dijelajahi, terdapat beberapa candi yang berdiri sebagian sedang ditutup karena pembersihan mungkin.

Pukul 16.00 lewat saya sudah keluar tempat wisata dan kembali berjalan kaki menuju halte transJogja yang lumayan juga jaraknya dan mampir untuk membeli nasi bungkus didepan masjid, sepertinya mereka berjualan untuk masyarakat yang hendak buka puasa. Karena mengetahui gaya saya seperti wisatawan ditanya darimana kenapa jalan kaki, dan saya jelaskan kemudian disetujui oleh ibu2 sana biar sehat jalan katanya, mungkin liat postur tubuh saya yang agak berisi :p

Pukul 17.00 lewat saya telah sampai di bandara Adisucipto, karena waktu penerbangan saya masih lumayan maka sambil menunggu waktu check-in jalan saja disekitar bandara sampai waktuya tiba dan berakhirlah perjalanan perdana saya seorang diri keluar kota menggunakan transportasi umum yang tercakup dalam 3 edisi ini. :D