Bulan Agustus 2011 yang lalu saya mendapatkan kesempatan untuk berlibur, ke salah satu tujuan yang sangat saya inginkan beberapa bulan sebelumnya yaitu dataran tinggi Dieng di Jawa Tengah.
Nyatanya hal itu semakin lengkap dengan tujuan tambahan, sebagai akibat dari informasi yang saya dapatkan dari teman. Daerah Baturraden yang juga terletak di kawasan sejuk, karena perjalanannya searah di rampungkanlah kedua tujuan utama tersebut.
Perjalanan diawali dari agen bus jembatan gantung di Daan Mogot yang kebetulan tidak jauh dari daerah saya, menaiki bus malam Malino Putra tujuan Wonosobo yang tanggalnya kebetulan dua minggu sebelum lebaran sehingga ada juga perantau yang mudik lebih dahulu, karena saya sempat berbincang dengan salah satu orang yang mengantar istri dan anaknya menaiki bus yang saya tumpangi untuk mudik duluan darinya. Bus meninggalkan Jakarta di atas pukul 21.00 WIB karena terlebih dahulu singgah di agen lain daerah pulo gadung serta bergelut dengan kemacetan ibukota, bus yang saya tumpangi tidak penuh sehingga bisa santai menikmati kursi lebih lega dan memanfaatkannya dengan tidur :D
Pada pukul 23.00 lewat bus stop di tempat peristirahatan pertama yaitu di daerah Indramayu sehingga dapat dipastikan melewati jalur pantura, karena beberapa waktu sebelumnya yang saya review bus sementara lewat jalur selatan yang memakan waktu lebih lama karena pantura belum bisa dilewati akibat perbaikan jembatan di jalur Brebes .
Pukul 03.00 dinihari bus kembali stop dan saya kembali dibangunkan dari tidur, karena pada saat itu masa-masa bulan puasa maka banyak penumpang yang sahur disana, saya tidak terlalu ingat didaerah mana karena tidak adanya reklame restoran :D yang pasti setelah itu saya terus terjaga karena sudah subuh.
Pukul 05.00 lewat dan masih gelap bus akhirnya tiba di Purwokerto dan saya turun disana karena akan mampir terlebih dahulu ke Baturraden, disana saya menunggu sampai agak terang sampai angkutan kota dan desa beroperasi dari terminal.
Pada akhirnya saya naik ojek ke kawasan Baturraden yang jaraknya lumayan sekitar setengah jam sampai. Tujuan saya adalah lokawisata yang seperti taman wisata dan ternyata belum buka, sambil menunggu jalan pagi karena hawa sejuk dan membeli nasi bungkus untuk sarapan.
Ketika loket buka, sayalah yang jadi orang pertama membelinya dan langsung masuk langsung cari tempat untuk menyantap nasi bungkus yang dibeli tadi, setelah isi tenaga barulah saya jalan menyusuri taman dan mengikuti terus petunjuk arah dan jalan setapak ke pancuran pitu yang merupakan sumber mata air panas alami yang mengalir.
Sempat ingin nyerah dan balik karena jalannya ternyata jauh dan tidak sampai2, menanjak pula sehingga nafas juga terengah-engah, sekeliling jalan hanya barisan pepohonan rindang sampai ketemu jalan aspal dan belakangan saya ketahui telah berjalan sekitar tiga kilo meter dan ternyata letak pancuran pitu terpisah dengan lokawisata karena ada loket terpisah.
Akhirnya beli tiket sampai loket buka dan perlu jalan lagi sekitar 500 meter, sampailah saya di pancuran pitu dan disana sudah ada beberapa orang yang sampai (pas loket masih tutup ternyata bisa aja kita masuk gratis) beberapa diantaranya pada pijat belerang sama warga setempat dan sayapun akhirnya tergoda dengan pijat belerang tersebut dan seluruh badan pula (bisa juga hanya tangan dan kaki) sekalian mandi pagi pas bersih2nya.
Mandi di bilik terbuka dengan sumber air panas alami yang dialirkan dari pipa cukup membuat segar tubuh saya pagi itu apalagi setelah jalan dari lokawisata sudah mandi keringat duluan karena kehabisan nafas :D
Sehabis "mandi" akhirnya menikmati pemandangan alam, dimulai dari pancuran pitu yang ternyata tidak sebesar yang saya bayangkan tetapi dari sini sumber air panas mengalir dengan tujuh aliran, (Pitu) merupakan bahasa jawa untuk angka tujuh. Air mengalir ke tebing besar didepannya yang melandai turun berwarna kekuningan yang disebabkan kandungan belerang, semakin jalan turun terlihat tebing terjal yang warnanya lebih pekat kemerahan. Saya tidak turun lagi ke bawah takut waktu tidak cukup karena saya belum jalan-jalan di lokawisatanya dan rencana sore hari saya harus sudah sampai di Wonosobo.
Setelah cukup melihat dan foto2 akhirnya saya harus jalan kaki ke lokawisatanya lagi, bisa sih naik ojek tapi tetap pada jalur semula aja pikir saya. Jalan kaki ini tidak terlalu makan tenanga karena menurun plus saya sudah mengetahui kondisinya :D
Sampailah saya di lokawisata, disini terdapat air terjun mini karena hanya setinggi 10 meter saja, dan banyak objek menarik untuk di foto dan berfoto diri, didalam lokasi ini juga terdapat sumber mata air panas yaitu pancuran telu yang mengalirkan 3 saluran mata air, (telu) juga merupakan bahasa jawa tiga tetapi saya melewatkan karena perlu berjalan lumayan jauh tetapi tidak sejauh pancuran pitu, karena kaki sudah lelah ya di lokawisatanya saja saya menghabiskan waktu.
Saat itu mulai banyak pengunjung berdatangan yang nampaknya merupakan warga lokal karena cukup terlihat. Waktu pun sudah siang hari dan saya membeli sate ayam lontong untuk makan siang sebelum melanjutkan perjalanan.
Dari Lokawisata saya menaiki angkot ke terminal Purwokerto dengan satu kali pergantian angkot dan hanya menghabiskan 1/4 dari tarif ojek, ada kejadian yang tidak enak saat hendak menaiki angkot di depan lokawisata otot kaki saya tiba2 keram, cukup pegal itu kaki.
Tiba di terminal berniat menaiki bus tanggung antar kota ke arah Wonosobo, perjalan memakan waktu 2 jam dengan melewati daerah Purbalingga dan Banjarnegara terlebih dahulu.
Waktu yang ditempuh ternyata lebih cepat dari yang diperkirakan karena pukul 15.00 saya sudah sampai di Wonosobo, karena waktu masih memungkinkan langsung tanya warga setempat dimana tempat mangkal micro bus ke arah Dieng ketika turun saat bus berhenti, jalanlah sebentar ke ujung jalan dari pusat kota Wonosobo. (rencana awal adalah menginap di wonosobo jika sampainya sore karena micro bus Wonosobo-Dieng hanya beroperasi pagi-sore saja).Saya menaiki micro bus ke arah Dieng dan sampailah di tujuan utama saya pada pukul 16.00 lewat, cerita selama saya di dieng akan saya lanjutkan dibagian tersendiri yang berjudul Dieng :D