Rabu, 29 Februari 2012

Menghitung Waktu (Tahun Kabisat)


Pagi jelang siang ini tanggal 29 Februari 2012 saya baru membaca sebuah artikel koran di harian Kompas di kolom iptek mengenai perhitungan tahun kabisat, sehingga ada keinginan untuk meninggalkan jejang memposting tulisan di tanggal yang jarang ini dengan perpaduan konsep yang sudah terpikirkan untuk di share tetapi belum tertuliskan. :)

Pada tulisan tersebut mengupas mengapa tanggal 29 Februari hanya muncul sekali dalam 4 tahun, hal tersebut berhubungan dengan sistem penanggalan mengenai ilmu astronomi yang berbicara ilmu perbintangan tentang revolusi, rotasi bumi, dsb.

Sebelumnya ditemukan waktu yang di perlukan bumi mengelilingi matahari adalah 365,25 hari oleh Julius Ceasar pada tahun 46 sebelum masehi, tetapi di bulatkan setahun menjadi 365 hari dengan sisa 0,25 hari tersebut di jadikan satu hari tambahan di bulan kedua setiap empat tahun sekali dalam penanggalan masehi versi Julian.

Akan tetapi sekitar abad 15 oleh otoritas Roma di Vatikan, yang dulu menjadi sentral pemerintahan menemukan bahwa perputaran 365,25 hari ternyata memiliki 6 angka di belakang koma. Digambarkan dalam setahunnya dapat menyimpang beberapa menit, tetapi dalam jangka panjang akan terjadi distorsi (penyimpangan) waktu yang cukup tajam. Misalnya dikatakan dalam sepuluh ribu tahun menyimpang 78 hari, kecil memang perbandingannya tetapi berpengaruh keseluruhan dengan pergeseran di setiap tahunnya, hingga ada pembaruan kalender Masehi, dengan tingkat penyimpangan diminimalkan, menjadi 3 hari (saja) dari sepuluh ribu tahun, dinamakan kalender masehi versi Gregorian.

Kasus perhitungan angka yang menyimpang kecil tetapi berpengaruh besar itu ada. Belum lama saya ketahui adalah pada saat baca2 cerita tentang pendakian gunung, khususnya pendakian gunung Semeru di mana cerita2 yang muncul adalah banyaknya pendaki tersesat justru pada saat turun. Dikatakan dari puncak jalur aman untuk turun harus lurus ke utara nol derajat, jika arahnya bergeser beberapa derajat saja yang tidak sampai satu meter maka kemungkinan akan tersesat menjadi besar pada saat dibawah, karena keluar dari jalur yang seharusnya.

Jika kita hendak membandingkan perhitungan waktu yang sangat relevan dan dekat adalah perhitungan usia kita, seperti ada tertulis usia manusia hanya 70 tahun dengan 10 tahun tambahan jika mampu. Rasanya hal tersebut ada benarnya, karena sangat jarang manusia di jaman abad 21 ini yang hidup jauh melebihi apa yang tertulis ( di atas 80 tahun), andaikata di temukan berarti itu anugerah. :)

Seperti juga waktu yang dibedakan dengan adanya sistem penanggalan melalui tahun, bulan, hari, dst. Maka setiap usia manusia juga dapat dibedakan melalui masa kanak2, remaja, dewasa, lansia, yang dijadikan pedoman. Dalam hal ini manusia di usia hidupnya selalu berusaha mengisi waktu2 yang berjalan dengan pedoman usianya menurut rencana dan pandangannya sehingga dapat dikatakan setiap manusia terikan dengan waktu.

Dalam keseharian tanpa kita sadari waktu tetap berjalan, ketika kita bernafas waktu juga jalan perlahan melalui detik-detiknya, manusia di tuntut untuk memaksimalkan waktu yang ada tetapi yang perlu diingat adalah adanya pemilik waktu. Ada kalanya apa yang kita hendak laksanakan didalam usaha mengisi waktu2 kita tidak berjalan sesuai yang dikehendaki atau pada umumnya.

Ketika diperhadapkan dengan pemilik waktu maka saya sangat mempercayai seperti ada tertulis "Segala sesuatu ada waktunya.........."