Kamera Aksi? Apaan tuh?
Yah kamera melakukan bagiannya untuk beraksi.
:P
Untuk cerita kali ini, asal muasal barisan alatnya sudah didongengkan di sini. Berbicara mengenai dunia kamera, serta jenis kamera apa saja yang sudah menemani, alias alat dokumentasi momentum, bagi gambar diam dan bergerak. Kalau sudah begitu, memangnya mau cerita apa lagi? Pastinya ada sesuatu yang baru dan agak berbeda. Xp
Apanya tuh yang beda? Jika sudah membaca judul pasti sebagian dari kita sudah tahu. Alatnya masih sama berupa kamera, bisa mengambil foto atau video. Tapi yang berbeda adalah cara pengambilannya, atau posisi di mana sebuah kamera dioperasikan. Namanya saja kamera aksi, pastinya bukan sekadar kamera biasa.
Apa yang membedakan dengan kamera biasa? Menurut saya pribadi adalah keunikannya sendiri, karena bisa mengabadikan momen di posisi yang sulit. Bagaimana tuh sulitnya? Kan hanya tinggal dipencet saja, jepret dan foto berhasil diabadikan. Jawabannya adalah ketika kamera itu sudah tidak bisa lagi dijangkau oleh kedua tangan, alias menggunakan "tangan ketiga" sebagai keunggulan dari jenis kamera tersebut.
Misalnya kita sedang beraktifitas di mana saja, biasanya kita juga sering menjumpai hasil foto yang unik dari sudut pengambilan gambar. Nah di sini kejelian dari fotografer cukup penting, karena bisa beraksi dari posisi yang berbeda. Misalnya saja naik ke pohon atau tembok, atau bisa juga rebah dan tiduran. Atau posisi lain yang tidak biasa, sambil melompat misalnya dan lain-lain. Kreatifitas dari membidik foto ikut menentukan, tapi secara ideal masih bisa dilakukan dengan kedua tangan dari juru foto tersebut.
Andai masih bisa dioperasikan melalui kedua atau salah satu tangan kita, maka secara ideal keunggulan kamera aksi tidak atau belum berfungsi, karena apa? Yah tangan kita masih bisa menggenggam dan menekan tombol kamera tersebut. Justru secara perbandingan lebih baik kita gunakan kamera yang bukan buat aksi, seperti kamera handphone atau digital biasa, karena punya kualitas yang idealnya lebih baik.
Belakangan kemunculan alat khusus ternyata ikut mengubah wajah dunia fotografi. Apa tuh? Yaitu alat tongsis, alias plesetan dari tongkat eksis. Fungsi utamanya adalah "memanjangkan" tangan kita, hingga punya sudut pengambilan gambar yang lebih jauh. Kalau ini masih belum termasuk kategori kamera aksi, karena posisinya masih bisa terjangkau, serta dioperasikan oleh "tangan sendiri" seperti tombol khusus atau timer. Mungkin posisinya hampir serupa, andai kita meminta tolong orang lain, untuk mengambil foto eksis kita secara lebih utuh. Xp
Menurut sejarahnya, hasil foto kamera aksi itu aslinya dari kamera biasa yang diposisikan sedemikian rupa. Terjadi pada tahun 1963 melalui Bob Sinclair. Salah satu momentumnya saat melakukan terjun payung, dengan meletakkan kamera di helm. Kemudian tidak lama kemudian diajak bekerja sama dengan NASA, untuk mengabadikan sepak terjang astronot mereka.
Kemudian kamera aksi untuk jenis komersial yang diluncurkan perdana, justru baru kejadian di abad dua puluh satu, sesuai dengan data dari Indozone di bawah ini di tahun 2002.
Apakah selambat itu? Baru di abad dua puluh satu ini, kita bisa melihat hasil foto atau video dengan kategori aksi? Bagi saya sendiri ternyata tidak, karena posisi kamera (unik dan sulit) serupa sudah lebih dahulu dinikmati, ketika kalender masih berada di abad dua puluh. Tentunya masih berhubungan dengan kegiatan komersial, karena kepentingan itu yang membuat sebuah karya atau penemuan akan lebih maksimal.
Jawabannya adalah melalui kejuaraan balap F1 dan MotoGP, karena pada kala itu saya sempat bingung dengan keterangan di layar televisi. Ketika ada dua identitas pembalap yang disandingkan di tengah perlombaan, kanan dan kiri bagian bawah. Kemudian salah satunya punya kolom khusus berbunyi "On Board Camera."
Awalnya secara awam saya mengira-ngira, pembalap yang diberi keterangan khusus itu sedang mendapat perhatian khusus, entah berpotensi juara, sedang sangat kencang, atau justru sedang ada masalah. Tapi fakta yang sebenarnya cukup sederhana, berangkat dari tayangan balapan itu sendiri. Ternyata kamera yang dipasang di kendaraan mereka sedang diaktifkan, mengarah ke pembalap lain di depan atau belakang. Hingga untuk saat itu, sesungguhnya saya sudah menikmati sudut unik itu, hasil dari video kamera aksi khusus tersebut. :))
Kemudian ketika mulai dikomersilkan, tentunya harga kamera aksi ini sangat mahal, karena menawarkan sesuatu yang berbeda sama sekali. Sesuai data Indozone di atas, baru di tahun (2004) diluncurkan dengan merk Go Pro Hero 1, dengan sistem analog yang masih memakai film negatif, tentunya hasilnya akan memakan waktu lebih lama (proses cuci cetak foto). Untuk kamera digital sendiri masih tergolong mewah dan mahal kala itu.
Hingga akhirnya zaman maju dan berkembang, teknologi sudah tidak terlalu mahal dan bisa dijangkau semua kalangan. Termasuk juga dengan kamera digital, teknologi foto yang praktis, hasilnya bisa langsung terlihat dalam hitungan detik. Jika tidak sesuai dengan gambar yang diinginkan bisa diulang tanpa batas, sesuai kapasitas media penyimpanan MMC dan SD Card, serta kapasitas battery saja.
Lambat laun kamera aksi juga tidak ketinggalan, dengan keunggulan posisi di luar genggaman tangan. Menjadi satu pilihan alternatif, untuk menyajikan hasil foto yang tidak biasa, atau punya sudut pandang di luar "jangkauan" tangan manusia.
Salah satunya kegiatan dokumentasi yang didukung satu perusahaan, bernama Red Bull sebagai produk minuman berenergi. Sesuai dengan slogan dan semangat dari kampanye produk tersebut, identik dengan tantangan dan berjiwa bebas dan muda. Hingga beberapa karyanya patut mendapat acungan jempol, salah satunya video di bawah ini.
Seperti yang disebutkan di atas, sebuah karya komersial pastinya menuntut sebuah totalitas. Mereka berupaya menyajikan yang terbaik, berbarengan dengan tujuan dibuatnya karya tersebut. Contoh lainnya adalah pengibaran bendera Merah Putih di kawasan Bromo, masih dilakukan oleh pemain dari merk minuman tersebut.
Apakah video bagus hanya yang bersifat komersial? Tentu tidak juga, karena sebagian orang juga bisa membuat video kreatif tersebut, entah dengan berbagai tujuan yang menyertai. Ada satu istilah penting, menyatakan bahwa orang malas membuat sesuatu yang tidak ada (keuntungan) uangnya, apakah itu benar? Beruntung jawabannya tidak, karena jika demikian video non-komersial pastinya akan jelek semua (karena kaga ada duitnya). Xp
Faktanya banyak konten kreator juga bisa membuat karya yang bagus, meski tidak komersial secara langsung. Pastinya kepuasan pembuat video jadi yang terutama, hingga beralih pada strategi, untuk mendatangkan sebanyak mungkin penonton, agar bisa dimanfaatkan pula keuntungan dari tayangan iklan. Beruntung saat ini kecanggihan kamera sudah dan akan terus berlangusung, serta dengan lengkapnya ragam alat yang tersedia. Misalnya saja teknologi Drone, hingga kamera bisa "menumpang" ikut untuk terbang. Sangat mungkin para amatiran menjelma jadi sekelas professional, berlaku untuk sajian konten di dunia gambar bergerak (video) ini. :))
Kembali lagi ke topik bahasan utama, jadinya keunggulan utama kamera aksi ini hanya soal posisi pengambilan gambar saja. Alatnya cukup lengkap untuk mendukung kegiatan tersebut, agar bisa menempel di helm pengguna dengan berbagai posisi, di atas, samping atau depan sekalipun. Kemudian bisa juga diikat di salah satu sisi tubuh pengguna, tujuannya tentu untuk mendapatkan gambar yang unik dan menarik.
Bagaimana jika kamera aksi digunakan seperti kamera pada umumnya? Seperti kamera handphone atau digital dan sejenisnya. Yah bisa juga begitu dan bebas-bebas saja, misalnya saja digunakan dengan alat tongkat selfie. Tapi tentu fungsi utama dari kamera aksi itu jadi tidak terpakai. Lebih baik pakai kamera biasa saja, karena biasanya punya fasilitas lebih lengkap, serta kualitas sensor foto lebih bagus. Xp
Sebaliknya apakah bisa kamera biasa digunakan sebagai kamera aksi? Tentu bisa juga, hanya tinggal mengakali alatnya saja, agar kamera biasa tersebut bisa ada di posisi tertentu, kemudian dapat berfungsi tanpa jangkauan tangan, saat momentum diabadikan. Jadinya seperti yang dilakukan "penemu" hasil aksi dari foto kamera pertama tadi, ketika Bob Sinclair menggunakannya saat kegiatan terjun payung. Atau ada pihak-pihak lain yang berinovasi, agar kamera biasa diposisikan pada sudut yang sulit.
Lanjut lagi dengan keunggulan kamera aksi lainnya. Umumnya sudah dilengkapi dengan casing waterproof (tahan air), hingga bisa digunakan di dalam air dengan aman. Tentunya kebijakan tiap merk bisa berbeda-beda, tentang daya tahan dalam jarak kedalaman tertentu. Menambah beragamnya pilihan, untuk kamera aksi melakukan aksinya secara langsung, sebagai daya tarik utama. :D
Kemudian apakah kamera biasa jadi tidak bisa beraksi di dalam air? Jawabannya bisa-bisa saja, pastinya harus menggunakan casing yang sesuai dengan tipe kamera yang dimiliki. Kini banyak juga tersedia produk casing tahan air ini, baik yang berbahan plastik keras, atau juga plastik lentur. Fungsi utamanya tentunya untuk melindungi gadget dan kamera kita agar aman, saat digunakan basah-basahan di dalam air.
Teknologi kamera juga berkembang dengan pesat, karena kini kita juga mengenal kamera 360 derajat. Alias bisa mengambil gambar dari segala sisi, seperti sedang memotret sekeliling kita dengan memutar, mulai dari depan samping kanan kiri dan belakang. Untuk contohnya bisa kita lihat di penampakan Google Street, karena mereka mengabadikan keadaan jalan yang dilalui pakai kamera tersebut.
Jika berkaca dari pengalaman pertama saya, kala menikmati tayangan aksi "on board camera" di balapan F1 dan MotoGP, artinya posisi kamera itu ada di kendaraan. Biasanya ditempatkan dengan alat tertentu. Hal itu juga berlaku pada kegiatan lain, saat kamera disebar dan dipasang di sudut yang berbeda, tujuannya tentu agar mendapat penampakan baru dan berbeda.
Jika demikian sesungguhnya para pencari rejeki kita juga sudah melakukannya. Siapa tuh? Para ojek online yang berseliweran di jalan-jalan. Mereka menggunakan pengait, serupa dengan alat aksesori yang tersedia di kamera aksi. Ditempatkan di stang motor, agar posisi handphone dapat berdiri tegak. Tujuan utamanya agar dapat melihat peta penjemputan dan keberangkatan. Tapi tentu bisa difungsikan juga untuk beraksi, misalnya merekam perjalanan mereka sendiri dari tunggangannya tersebut. :))
Mirip dengan teknologi jejak peta Google Maps, sudah dituliskan di sini. Sekali lagi sebuah fakta kembali terjadi, bahwa kepentingan komersial memang sudah melangkah di depan. Xp
Bahkan sudah banyak di antara kita, sudah memanfaatkan kamera yang dioperasikan di posisi khusus. Misalnya di dashboard mobil, baik depan dan belakang. Fungsinya juga bisa sejajar dengan CCTV yang beredar di pasaran, tapi dengan pemakaian yang jauh lebih mudah, seperti kamera pada umumnya yang tinggal pencet.
Jadinya kamera aksi itu yang bagaimana? Yah kamera yang bisa mengambil gambar dari titik tertentu, tanpa jangkauan dari kedua tangan kita. Bisa dari kamera biasa yang diberi alat khusus, atau bisa juga dari kamera aksi sungguhan, karena alatnya sudah disediakan secara lengkap.
Serupa dengan nostalgia ketika menikmati "on board camera" dari kendaraan pembalap. Maka kini saya juga ingin ikutan, karena ingin mengabadikan jalan raya yang dilalui. Berlaku pada titik-titik tertentu, atau jalur yang sering dilewati. :))
Untuk saya sendiri, mengabadikan melalui kamera aksi tentu lebih terasa berbeda. Khusus untuk berkendara, jadinya kita bisa menampilkan keadaan dari sisi pengendara. Menggambarkan suasana saat mengarungi jalan, hingga ada sebuah keasyikkan tersendiri. Bukan lagi dari sisi pejalan kaki, karena kita harus berhenti dulu di satu titik, untuk kemudian baru merekam keadaan sekeliling. :D
Mencoba sesuatu yang baru. Sebuah kalimat yang akhirnya saya rasakan, ketika mulai menggunakan kamera aksi di tempat terpilih. Bahkan langsung dua porsi, karena selain situasi jalan raya Puncak, perjalanan juga digabung dengan kondisi rekaman di sekitar air, berlokasi di tempat wisata Curug Panjang.
Mencoba sesuatu yang baru?
Betul sekali, pertama kalinya.
Jika sesuatu itu bukan baru, namanya mengulang.
:D