Untuk tema ini, dongeng terakhirnya dituliskan di sini, berjudul Kepala Gadget, dalam arti mengangkat yang utama di antara koleksi yang diangkut. Jika ada lanjutannya sekarang, tentu ada perkembangan (tajam) yang cukup menarik, hingga posisi perangkat telepon genggam ini mengalami perubahan sedemikian rupa.
Jumlah terakhir yang didongengkan menyentuh julukan Quarter, alias ada empat perangkat dimiliki. Meski awalnya jadi bingung sendiri, oleh karena belum terbiasa melihat banyak hape di depan mata sekaligus. Lambat laun akhirnya terbiasa, karena yang difungsikan tetap dua atau tiga saja yang dipasangi kartu seluler, jadi tidak semua bisa diajak keluar, karena fungsi telekomunikasi tidak tersedia di semua perangkat.
Cerita langsung menuju jelang akhir tahun lalu, di mana ketika melihat toko online, ternyata banyak hape yang diluncurkan dengan harga murah meriah. Plus definisi murah meriah versi saya adalah rentang harga di sekitar satu jutaan, kurang atau lebih sedikit saja. Tentunya dengan melihat apa yang ditawarkan, apakah ada yang dikurangi? Sengaja mengorbankan beberapa fasilitas unggulan demi menekan harga.
Pertama adalah mengangkut hape murah ZTE Nubia Music, dengan desain yang agak unik. Dari awal pembelian memang untuk entertainment saja, alias disiapkan untuk hiburan. Karena hardware yang tertanam itu biasa saja, tapi tidak apa dengan kapasitas penyimpanan yang besar. Diawali dengan keisengan belaka, menjadikan hape untuk hiburan saja, meski bisa saja semua aplikasinya difungsikan dengan bantuan sinyal Wi-Fi.
Untuk sementara status Quartet Gadget masih bertahan, setelah ada pergantian pemain gadget ke tangan lain. Tentunya jadi sebuah keunikan tersendiri, dari awalnya jadi repot sendiri, hingga bisa mengatur meriahnya hape "koleksi" yang dipunyai, tentunya dengan harga yang sesuai kantong. Kala itu mengakali bahwa hape utamanya tetap tiga saja, sementara yang lainnya sebagai pelengkap saja.
Tidak memakan waktu lama, tangan gatal untuk "jajan" lagi, tentunya untuk menjajal beberapa label dan tipe yang menarik perhatian. Salah satunya perangkat dari label Itel RS4, yang lebih mengutamakan performance, karena punya dapur pacu prosessor yang kuat, plus dengan harga yang agak miring pula.
Status Quintet Gadget akhirnya tercapai, alias perangkat berlima di dalam lemari. Sesuai dengan keadaan aslinya, karena saya selalu menaruh hape2 itu di laci lemari, andai sedang tidak digunakan atau dibawa2 ke sana dan ke sini. Kembali lagi, perangkat tambahan hanya sebagai pelengkap saja, asal punya saja, hingga tidak bingung saat akan menggunakan hape sesuai kebutuhan.
Lambat laun, karena melihat harga hape yang semakin bersaing adu murah, nampaknya mata masih gatal untuk melihat-lihat. Tambahan lagi, jika saya membeli perangkat, sudah pasti harus ada yang "paling" baru di antara yang lain. Alias memang ingin mencoba pengalaman baru, dari perangkat yang diluncurkan berbagai produsen label hape.
Jadilah akhirnya label Infinix Hot 50 "ikut" mampir ke lemari, salah satu keunggulan yang tidak dimiliki yang lain adalah penyimpanan besar. Punya memory internat 256GB, paling tinggi di antara semua hape saya, bahkan mengalahkan perangkat utama pula. Hingga untuk beberapa bagian, bisa juga diandalkan untuk penyimpanan file berukuran besar.
Kemudian status berikutnya yang tercapai adalah julukan Sextet Gadget, alias berenam ngumpul di lemari. Uniknya saya tidak lagi kekeh ngotot, pilih hape yang punya tenaga besar. Karena andai mengincar di satu aspek, pasti akan ada aspek lain yang dikurangi, jika bertahan di rentang harga yang sama. Lain cerita jika berani membayar harga lebih tinggi, tentu banyak aspek fasilitas yang akan kita nikmati, sesuai hukum ekonominya, ada harga ada barang.
Tapi kalau hanya untuk gadget saja, saya masih ogah merogoh kocek yang tinggi, hanya untuk sebuah perangkat hape. Hal itu terlihat pula dari rekam jejak saya sendiri, bahwa hape saya belum ada yang harganya menembus kepala tiga juga, cerita peringkat harganya sudah didongengkan di sini, berbicara mengenal lima besar hape termahal saya, sepanjang masa. Xp
Awalnya masih tiga perangkat yang "terpakai" jadi andalan, sisanya hanya sekadar pelengkap atau tambahan saja. Sampai akhirnya sayang juga jika hanya jadi pajangan, hape akhirnya difungsikan sebagaimana mestinya, dua perangkat tambahan mendapat asupan kartu seluler yang aktif, untuk koleksi nomor seluler juga ada dongengnya di sini.
Jadi hanya tinggal hape ZTE Nubia Music saja yang murni tanpa campur tangan sinyal seluler, karena seluruh hape lain punya akses, untuk terhubung dengan sinyal selular.
Praktis saya juga mulai membatasi "lirikan" terhadap tipe2 hape baru lainnya, yang selalu dihadirkan oleh tiap produsen. Sepertinya koleksi hape yang menyentuh julukan Sextet Gadget, mengambil ala2 hitungan anggota pemain dari dunia musikal sudah (lebih dari) cukup. Hingga tercetuslah ide, mengabadikan perjalanan membeli tiga tambahan perangkat ini, hanya dalam rentang waktu dua bulan saja.
Pastinya setiap orang punya kegemaran dan kesenangan yang berbeda-beda, untuk saya sendiri mengoleksi hape dengan tipe standart, sudah cukup memuaskan. Tambahan lagi slogan saya belum berubah, bahwa julukan smartphone idealnya juga diimbangi dengan tingkat smart dari pemakainya langsung, itu yang membuat cerita berimbang.
Demikianlah dongeng untuk kali ini, gadget hape yang ngumpul berenam, sudah terlihat sebagai Keluarga Gadget yang mumpuni, sesuai judul tulisan ini. :P