Apa yang terlintas di pikiran, saat mendengar kata Pertama Kali? Mungkin saja sebagian di antara kita akan membayangkan pengalaman, karena itu telah terjadi, serta dari kesempatannya berupa yang urutan pertama, sebelum pengalaman selanjutnya menyusul cepat atau lambat.
Bagaimana rasanya? Saat mengalami kejadian atau peristiwa Pertama Kali-nya itu? Apakah berkesan dan menantang? Biasa saja dan tidak ada yang istimewa? Semuanya itu akan tergantung pada masing-masing dari kita. Biasanya itu dipengaruhi dengan sikap kita sendiri, apakah antusias dan bersemangat ketika menyongsongnya, atau memang terjadi secara spontan di luar rencana kita sendiri.
Untuk itu kita angkat dulu bagian yang spontan, alias terjadi di luar dari perkiraan kita sendiri. Biasanya memang terjadi secara mengejutkan, tanpa kita pernah menduga-duga. Meski pengalaman sejenis sudah kita tahu pernah dilakukan orang lain, tapi kita tidak pernah membayangkan, atau sekadar berencana ada di posisi itu. Contoh pengalaman saya yang teringat di bawah ini, ketika naik ke panggung mimbar, terjadi secara dadakan, oleh karena pengaruh dari dorongan teman lainnya.
Mungkin itulah pengalaman Pertama Kali-nya yang seakan jadi kejutan, tapi tetap semuanya akan kembali pada kitanya sendiri, apakah bersedia atau tidak? Misalnya pada saat mendapat ajakan naik panggung di atas, tetap kitanya sendiri yang punya kendali, apakah mau atau tidak, jadi dorongan teman lain idealnya hanya dukungan, bukan yang mengambil keputusan.
Nah untuk cerita selanjutnya, kita akan berfokus pada pengalaman yang kita inginkan. Artinya memang kita rencanakan, serta bersemangat ketika menjalani sesuatu yang berbeda itu. Menjadi baru karena memang pengalaman itu belum pernah kita alami, alias terjadi Pertama Kali-nya, hingga akan memantik rasa ingin tahu dan rasa antusias dalam menjemput pengalaman tersebut.
Untuk contoh cerita ini ada beberapa pengalaman yang diangkat, karena memang terjadinya sudah cukup terencana. Mulai dari durasi waktu, hingga persiapannya untuk menjalaninya, menjadi sesuatu pengalaman yang berharga "mahal" pula, sebagai cara refreshing dengan mendatangkan pengalaman baru.
(Pertama)
Yang paling awal adalah Solo-Trip, alias berwisata dengan jalan sendiri saja. Kala itu di pemikiran sisitem itu akan lebih fleksibel mengatur rute dan sebagainya, beda dengan mengajak teman, yang akan sangat memakan waktu lebih, plus tidak ada jaminan pula akan berhasil akhirnya. Pengalaman ini terbagi dalam dua jenis, antara perjalanan domestik dan mancanegara, keduanya juga terjadi di tahun yang sama dulu.
Untuk perjalanan domestik, cerita lengkapnya sudah ditulis di sini. Pertama Kali-nya jalan sendiri, serta mengambil gaya wisata backpacker, yang menggunakan angkutan umum, bersambung antar satu rute dengan rute trayek lainnya. Selain pengalaman menaiki kendaraan umum, tentu tujuan wisatanya juga serupa, menjadi yang pertama kali pula saya datangi, hingga banyak juga pengalaman "berharga" yang didapat dari sana.
Untuk perjalanan mancanegara, cerita lengkapnya juga sudah dituliskan di sini. Pertama Kali-nya juga jalan sendiri ke luar negeri, serupa dengan perjalanan domestik di atas, hanya beda tujuannya saja yang sudah lebih jauh. Sekaligus sebagai perbandingan, jika negeri tetangga kita, untuk beberapa hal memang sudah selangkah di depan. Menjadi panutan yang baik pula, agar negeri kita mengejar ketertinggalan.
(Kedua)
Selanjutnya yang tidak kalah penting (tidak terlupakan juga), adalah niat untuk mendokumentasikan perjalanan. Untuk pengalaman ini, justru terjadinya hampir berbarengan dengan Solo-Trip di atas, bahkan dimulai lebih dulu, pada perjalanan "Latihan" bersama teman sebelum perjalanan sendiri itu dilakukan.
Momen yang dipersiapkan dengan terencana, adalah untuk mengabadikan perjalanan ke Bali bersama teman tadi. Beberapa gambar video diambil untuk kenang-kenangan, hingga saat kembali disatukan menjadi satu film pendek. Insiprasinya mungkin ingin ikut gaya iklan rokok masa itu, karena menampilkan beberapa tujuan wisata unggulan, sebagai bagian dari petualangan mereka, cerita tentang inspirasi video itu juga sudah diangkat di sini.
Selain tujuan Bali yang jadi TKP pertama niat untuk eksis datang, pengalaman selanjutnya tentu di tujuan Dieng yang jadi Solo-Trip pertama saya. Kemudian pada waktu sebelumnya juga pernah mengambil dokumentasi asal-asalan di Pangandaran, alias hanya untuk sekadar punya video saja. Kala itu belum ada niat untuk disatukan dalam film pendek, hingga file videonya hanya untuk koleksi saja, sebelum akhirnya "bisa" juga diutak-atik, untuk disatukan dalam bentuk film.
(Ketiga)
Berikutnya pengalaman Pertama Kali yang (juga) tidak terlupakan, adalah saat menjalani pertemuan langsung (Kopi Darat) dengan teman online. Untuk masa kini disejajarkan dengan teman yang dikenal melalui media sosial, atau kenalan baru melalui kontak chating dari (mutual) teman lain. Biasanya pula dikerucutkan pada teman yang beda lawan jenis, karena dengan alasan sederhana ingin berkenalan saja, mereka akan berinteraksi mengalir begitu rupa dengan mudah. Agak berbeda dengan teman sesama jenis, karena biasanya selalu diawali minat atau kepentingan yang sama.
Khusus untuk pengalaman saya, itu terjadi pada saat teknologi masih berkembang terus menerus. Zaman itu media yang sedang mengalami masa jaya adalah teknologi SMS, alias pesan singkat melalui handphone. Bertukar pesan dan mengobrol dengan kenalan baru, hingga dirasa cocok dan nyambung, berlanjut pada pertemuan langsung, untuk sampai pada fase "perkenalan alami" tatap muka.
Saya kala itu masih remaja dan baru lulus sekolah, pada rentang usia anak kuliahan. Tentunya banyak juga berkenalan dengan teman lawan jenis, hingga lupa siapa saja yang pernah sampai ditemui secara langsung. Tapi yang pasti ada beberapa nama yang tetap berhubungan baik, bahkan hingga sekarang juga masih terhubung, dengan perubahan teknologi sosial media.
Salah satu yang teringat, tentu pengalaman Pertama Kali-nya melakukan Kopi Darat itu, istilah untuk pertemuan nyata, setelah hanya berinteraksi dengan bantuan teknologi komunikasi. Kala itu tempatnya di Mal Taman Anggrek, serta TKP-nya itu McDonald yang kala itu masih eksis di sana.
Mengobrol dan jalan bersama (teman lawan jenis), ternyata meninggalkan kesan yang indah, tidak terlupa dan cukup berharga. Mungkin itulah yang membedakan dengan pengalaman lain, hubungan antar sesama, tentu akan ada sesuatu hal yang tidak didapat andai dijalani sendiri. Terlebih secara pribadi, sebuah interaksi antara teman, yang kemudian berkembang lebih dekat dan menjadi pasangan.
(Keempat dan seterusnya)
Saat itu saya masih demam panggung, dalam arti tidak suka berfoto diri. Perkembangan teknologi juga masih terbatas, untuk hape saja kualitas kameranya saja masih ala kadarnya. Plus konektifitas masih terbatas, hingga tidak ada transfer foto ke komputer dan sebagainya. Untuk media internet sendiri, baru website Friendster yang muncul, sebagai pioneer dari jejaring media sosial di masa depan.
Jadi hasil foto dari kamera hape yang berhasil "selamat" itu, baru ada pada waktu tahun (2008) dulu. Oleh karena sempat ditransfer ke komputer, hingga menjadi data (kenangan) yang aman tersimpan. Uniknya objek foto Pertama Kali-nya yang diabadikan itu adalah kumpulan hape, dari generasi sebelumnya yang konektifitasnya masih sulit, entah itu melalui e-mail, kabel data, atau infrared dan bluetooth.
Jadinya memang banyak momen Pertama Kali di hidup kita, entah itu pertemanan, pendidikan, pekerjaan dan lain sebagainya. Temanya juga bisa macam-macam, banyak beragam dan tidak terbatas. Untuk contoh yang diangkat di atas hanya sebagian kecilnya saja, seperti Pertama Kali-nya berwisata sendirian, kemudian berniat mengabadikan perjalanan wisata yang berjalan, termasuk pula pertemuan nyata dengan teman yang dikenal dari bantuan teknologi.
Bahkan untuk contoh pembuka di alinea atas, contoh yang diangkat juga cukup unik. Pertama Kali-nya naik panggung di sebuah acara, dengan penonton yang cukup banyak, menjadi satu pengalaman yang tidak terlupakan. Beruntung pula ada bagian dokumentasi, hingga penampakan saya sendiri cukup jelas. Sementara ada pula dokumentasi "amatir" dari teman, yang tidak ingin ketinggalan momentum, pastinya dengan hasil foto ala kadarnya. Xp
hingga bisa mengambil foto dari jarak dekat.
Nah kembali lagi ke awal, antara terjadi secara spontan atau memang kita rencanakan, tentu kesamaannya karena adanya sebuah minat. Alias kita memang menginginkan rencana itu kejadian, hingga perlu diusahakan dengan giat. Istilah jargon klasik sebuah impian, andai kita hidupi dan upayakan, akan menjadi kenyataan, karena itulah yang terpenting.
Masih ingat jargon sederhana tentang keyakinan? Sebuah keyakinan tanpa perbuatan adalah mati. Alias kita harus melakukan bagian kita sendiri, agar yang diimpikan itu terjadi dalam kenyataan kita. Itulah sebuah harapan yang menjadi bahan bakar penting, bagi kita semua ketika menjalani hidup ini.
Kembali pula, bahwa momen Pertama Kali setiap orang itu bisa berbeda-beda. Tentu setiap dari kita akan punya waktu masing-masing. Selain secara general tentang pertemanan atau pekerjaan dan teman-temannya, bisa pula yang disesuaikan dengan minat dan harapan kita ke depan nantinya.
Siapkah (atau sudah) kita mengalami momen Pertama Kali itu? Ambil contoh seperti nyebur basah2an di kolam air terjun, yang diawali dengan membawa motor ke Puncak pertama kalinya (juga), keduanya sepaket sudah diceritakan di sini.
Kemudian juga masih banyak hal lainnya, apakah kita sudah membawa diri kita ke sana, hingga bertemu air terjun dan ikut nyebur bersama? Pastinya pengalaman Pertama Kali-nya itu penting, tidak mudah terlupa, serta akan menjadi titik-titik, andai sampai titik-titik pula. :D