Minggu, 13 Oktober 2019

Zero Chemistry




"Zero Chemistry? Kasian banget deh kalau sampai Zero begitu."
"Kasian? Andai mau Full kan mulainya dari Zero dulu."
:D

Tentang Chemistry ini, saya sudah bahas dan kupas habis disini, berbicara mengenai suatu emosi yang bisa kita rasakan semua. Kembali lagi yang paling mudah adalah tentang kisah cinta dua manusia (lagi dan lagi). :P

Perbedaannya kali ini saya tidak ingin membahasnya lebih lanjut, karena di tulisan yang sudah dikupas habis itu sudah cukup lengkap (monggo di-cek). Bahkan sengaja saya bahas sampai ke akar-akarnya agar kita semua tahu, jadi tidak tanggung-tanggung di dalam mempelajari suatu hal. :)

Jadi apa lagi yang mau dibicarakan? Andai sudah lengkap semua sampai ke akar-akarnya? Jawabannya bukan tentang chemistry-nya lagi, tapi kapan dan bagaimana kita sebagai penikmatnya mengendalikan daya chemistry tersebut. Atau istilah sederhana saya, jika rasa itu datang (atau dijemput), bagaimana kita bersikap dan bertingkah yang benar dan tidak salah (lagi). 

Tapi sebelum kita lanjut lagi, kenapa gambar di atas ada kata kimia? Karena pengertian chemistry sendiri terjemahannya kimia. Mungkin lebih tepat ketika adanya reaksi kimiawi tubuh, maka peristiwa chemistry itu terjadi dan bisa dirasakan. Atau dengan bahasa gaul sehari-hari, chemistry itu bisa disebut sebagai "getaran" yang terasa di dalam diri (tubuh). :D

Ada suatu kutipan yang pernah saya baca. Kurang lebih bunyinya seperti ini :  "Menjauhlah dari orang yang jika berada di dekatnya membuat jantungmu berdebar-debar, sebaliknya dekatilah orang yang jika berada di dekatnya akan membuatmu terasa hangat dan aman."

Menurut saya pemberi kutipan itu tidak salah, tapi hanya berfokus pada apa yang dialami dan bagaimana kita harus menentukan sikap (menjauh atau mendekat). Utamanya saat mengalami chemistry tadi (jantung berdebar-debar atau perasaan hangat). Jika demikian maka secara tidak langsung orang itu hanya pasrah terhadap keadaan sekeliling, saat mengalami chemistry (pasif), bukan balik berusaha mengendalikan chemistry itu sendiri (aktif).

Sebagai orang yang pernah mengalami chemistry tadi, eh yakin sudah pernah? Sepertinya memang pernah, meski pengertian orang bisa berbeda-beda, jika tidak untuk apa saya membahas pengertian chemistry sampai ke akar-akarnya disini. Jawabannya karena kurang lebih pernah saya rasakan, dan mungkin bisa saya bagikan dalam sebuah tulisan, jika chemistry dan kawan-kawannya itu ilmiah dan alamiah, bukan mistis.  Xp

Saya punya pendapat bahwa antara jantung berdebar-debar dan merasa hangat dan aman masih satu paket, dalam artian sebagai reaksi tubuh ketika mengalami sesuatu yang berkesan. Sesungguhnya reaksi tubuh itu alamiah, sebagai reaksi jujur yang tidak dapat berbohong. Yang lebih penting adalah bagaimana kita bersikap, karena tingkah kita dapat berubah dari waktu ke waktu, sesuai dengan pengalaman yang didapatkan.

Contoh lainnya ada seorang teman yang pernah bercerita, bahwa dia mengalami chemistry yang kuat dengan mantan pasangannya sewaktu dulu (ada perasaan yang berdebar-debar dan hangat). Tapi setelah sekian lama tidak bertemu, ternyata chemistry yang pernah ada di antara mereka sudah hilang, alias sudah biasa-biasa saja ketika bertemu lagi. Bagaimana itu bisa terjadi? Karena perasaan teman saya itu juga berubah, tidak lagi "terkesan" dengan mantan pasangannya tersebut. Mengenai perasaan juga pernah saya kupas disini, berbicara tentang bagaimana kita harus menggunakan perasaan dan logika secara bersamaan.

Jadi sebetulnya yang namanya feeling dan chemistry itu bisa berubah, bukan abadi selamanya. Mungkin yang lebih tepat adalah mereka selalu memelihara perasaan tersebut, hingga selalu terkesan dengan pasangan masing-masing, karena selalu dibaharui setiap waktu. Kita bisa lihat bagaimana hubungan orang tua yang tetap langgeng, hingga punya anak dan cucu di masa tua. 

Berdebar-debar dan hangat sendiri sebetulnya tidak bisa dipisahkan, karena keduanya merupakan produk dari emosi dan perasaan. Jika dikaitkan dengan pemberi kutipan yang saya kurang setuju di atas, bagaimana kita bisa merasa hangat dan aman dengan seseorang, andai kita tidak melalui tahapan awal "berdebar-debar" dan sejenisnya, baik yang terasa kencang atau sangat kecil sekalipun, sebagai pintu masuk emosi. Karena untuk merasa aman dan hangat dengan seseorang, idealnya perlu melalui beberapa tahapan, tidak otomatis langsung kejadian, mungkin yang membedakan adalah bagaimana sikap orang tersebut.

Tahapan perkembangan chemistry itu juga berlaku secara akumulasi (bertambah). Misalnya rasa berdebar-debar kita rasakan kepada seseorang, ternyata kita tidak mampu melewati fase itu dengan orang yang sama. Jika begitu bukan berarti dengan orang baru harus memulai dari awal, karena dengan sisa-sisa pengalaman yang ada, seseorang tetap melanjutkan tahapan perkembangan chemistry-nya sendiri, hingga tahu apa yang harus dilakukan dan bisa mengendalikan untuk melewati fase tersebut.

Mungkin di sini ceritanya bisa agak nyambung dengan pemberi kutipan di atas, bahwa mereka lebih mengambil jalan pintas dan tidak ingin drama. Langkahnya merasakan daya chemistry berdebar-debar dengan orang pertama, tapi memilih untuk tinggal dengan orang kedua yang memberi rasa hangat. Padahal sesungguhnya kemampuan orang tersebut yang ikut berkembang, karena dia sendiri yang merasakan, bukan orang pertama atau kedua. Lebih tepatnya orang itu sudah bisa mengendalikan rasa chemistry yang datang, untuk sampai pada tahap selanjutnya berupa hangat dan aman, setelah berdebar-debar dalam ukuran yang sangat kecil.

Tentu menjadi istimewa, andai seseorang dapat melalui beberapa tahapan itu pada orang yang sama. Misalnya pada mulanya terkesan hingga berdebar-debar, kemudian dalam waktu tertentu mampu mengendalikan daya chemistry yang muncul, hingga bisa berpikir jernih tentang apa yang harus dilakukan menggunakan logika. Hingga sampai pada tahapan dapat merasakan hangat dan aman bersama seseorang yang dimaksud.

Contoh kasarnya seperti ini, andai kita ingin mendapatkan air hangat, pastinya air itu harus dipanaskan terlebih dahulu. Apa yang bisa membuat hangat, tentu harus ada api, secara ideal kita menggunakan api secukupnya, jangan berlebihan. Api ini sebagai simbol gejolak rasa debar-debar chemistry tadi. Kalau tidak ada api bagaimana bisa hangat, tentu akan tetap adem dan tidak berubah. :D

Kemudian apakah yang namanya chemistry itu harus berdebar-debar? Jawabannya tidak harus sampai begitu juga, karena itu akan balik lagi kepada orangnya masing-masing. 

Sejauh mana mereka "membuka" hatinya sendiri, itu akan berpengaruh dengan chemistry (reaksi kimiawi tubuh) yang dialami. Tapi yang pasti tahapan itu akan selalu diawali dengan "kesan" yang datang. Berbagai macam hal tentunya apa saja yang membuat seseorang terkesan. Seperti yang kita bahas tadi ranah permainan chemistry dan perasaan itu adalah emosi, sedangkan emosi itu lebih berhubungan dengan sikap hati kita sendiri, itu yang penting. 

Sebagian dari kita mungkin jadi bingung sendiri, chemistry itu bagaimana merasakannya? Mudahnya seperti yang disebutkan di atas, bahwa di dalam bahasa gaul sehari-hari chemistry itu disebut getaran. Sesuatu yang membuat kita "berbeda" dengan seseorang, atau dengan kata lain "tersentuh", karena sudah melibatkan perasaan (hati), umumnya hal itu terjadi andai penyentuhnya itu juga memakai hati (tidak semua juga). Xp


Chemistry = Getaran  (sama dengan) Tersentuh = Touch 
("Touch" di dalam lirik lagu di bawah ini)


Jadi menurut saya, berdebar-debar itu masih setingkat dengan tersentuh. Bedanya berdebar-debar itu bisa dialami karena kuatnya daya chemistry, atau ibaratnya "tersentuh" dalam dosis yang tinggi. Sebaliknya jika dirasakan dalam kadar yang tepat dan ideal, maka sebutan tersentuh itu lebih berkaitan dengan hati (atau memakai hati).

Orang yang sudah kenyang, karena sudah makan minum asam manis pahit penerimaan dan penolakan, pastinya sudah lebih stabil (realistis) bersikap. Hal itu berkaitan dengan banyaknya pengalaman yang sudah dirasakan, hingga mulai mengendalikan chemistry-nya sendiri dan tahu bagaimana bersikap (tidak buta lagi). Sebaliknya bagi mereka yang masih belajar, atau memang masih ditempa oleh keadaan, tentu harus bisa memanfaatkan pengalaman tersebut, sekaligus sebagai ajang membesarkan hatinya sendiri. Jadinya masing-masing dari kita bisa sampai mengalami istilah keren yang berbunyi : "Kita harus berbesar hati untuk menerima bla bla bla...."

Zero chemistry? Artinya yah biasa-biasa aja, tidak ada yang special. Tapi lambat laun bisa saja dirasakan, meski awalnya biasa saja. Seperti contoh seseorang yang sekadar kenal tanpa ada rasa di awal, lambat laut ternyata feeling itu terbangun dengan sendirinya? Apakah itu bisa? Sangat bisa, karena adanya beragam pengalaman yang dirasakan terlebih dahulu, dari awalnya teman biasa ternyata bisa lebih dari sekadar teman. Hal itu bisa terjadi andai didahului keputusan logika, tambahan lagi jika orangnya sudah pernah merasakan chemistry yang menggebu-gebu sebelumnya, jadi hanya tinggal sisa-sisanya saja yang sudah terkendali, alias bisa memilih kepada siapa daya chemistry itu keluar.

Bagaimana dengan orang yang tidak peduli dengan perasaan atau chemistry dan sejenisnya, alias tetap mengandalkan logikanya secara penuh? Jawabannya yah itu hak mereka, kita tidak dalam posisi untuk memaksakan pendapat kita. Betul tidak? :D

Not Zero Chemistry? Brarti itu bukan biasa-biasa aja, itu sebuah tanda. Pertanyaannya tidak biasanya seperti apa? Seberapa jauh batasnya dari yang namanya luar biasa? Balik lagi, andai sudah ada chemistry, artinya sudah ada hasrat, seperti potongan adegan film MIB International di atas. Kalau pakai bahasa Indo gaul sehari-hari, si BaPer (akhirnya) datang. :)


"Full Chemistry? Yakin?"
"Full Chemistry yang under control (Lebih tepatnya)."




Bagian pertama : Para Penari "Buta" dengan mata tertutup
Bagian kedua : Para Penari "Tidak Buta" dengan mata terbuka