Sabtu, 06 Februari 2016

Mata-Mata




Dalam satu peristiwa terdapat beberapa bagian yang menjalankan tugas, bisa berbarengan atau bergantian, tergantung dari waktu "office hour" dari sifat tugasnya sendiri. Kalau diibaratkan dari tubuh manusia, bagian apa yang paling menyenangkan? Apakah jadi ekor dan bukan kepala? Memilih jadi kaki tangan, atau mata telinga dan yang lain?

Pada era sekarang di dekade kedua abad dua puluh satu, sebuah tren untuk kegiatan berekspresi semakin mudah, sesuatu yang dulu sangat sulit dilakukan. Hingga banyak dari kita yang perlu menunjukkan diri, karena sudah melewati zaman yang terbuka. Jadilah berani dan jangan takut, itu kata mereka. Sarananya juga sekarang sangat mendukung, sebagai upaya membuka jalan bagi bidak-bidak untuk bergerak.

Jika berkaitan dengan alinea di atas, pastinya mulut memegang peranan penting, karena setiap orang harus "bersuara" bahkan kalau perlu teriak, hingga orang-orang yang cukup bisa mendengar. Mungkin analogi air beriak inilah yang sedang menjadi tren, apa saja bisa disuarakan, termasuk remeh temeh yang sebetulnya gak penting2 amat.

Tapi bukan itu yang mao saya angkat, karena itu sudah biasa sekali. Ibarat pasukan perang, mereka memang terjun langsung ke lapangan, ada panglima prajurit dkk-ny. Kalau menang sudah pasti gembira, hingga koar-koar dengan mulutnya itu, mendeklarasikan kemenangan. Itu sudah biasa, semudah katakan kalau ingin bicara, meski kalau keterusan jadinya bawel kaya radio rusak. :P

Ada satu bagian yang punya istilah cukup populer dulu, tapi mungkin sering disalahartikan dari sudut pandang lain. Jika melihat dari judul tulisan ini pastinya sudah engeh, karena bagian mata (diulang 1x) yang mau dibahas. Mata-mata, itulah kegiatan yang terlihat menyenangkan (berlaku relatif), meski bertolak belakang dengan mulut sebagai timbal balik secara umum.

Andai sudah meraih kemenangan, ketika banyak warga dan pasukan berpesta, mungkin saja si mata-mata sudah liburan duluan. Atau sedang molor di balik markas, menikmati hidangan yang memang diperuntukan untuknya.  Selama gerik-geriknya biasa2 saja pasti tidak akan ketahuan, karena memang untuk itulah mereka menyelinap.

Itu berlaku para peran mata-mata di zaman dahulu kala, seperti cerita kedua belas pengintai yang hanya membuka jalan. Atau sekadar melihat dengan istilah telik sandi sebagai identitas Nusantara secara regional. Bagaimana dengan zaman sekarang? Istilah baru dengan nama intelijen mulai dikenal, bukan lagi hanya membuka jalan, tapi mengarahkan jalan yang dibuka untuk ditutup sesuai dengan tujuan.

Pahlawan tanpa tanda jasa justru lebih cocok disandang mereka, karena tidak ada yang tahu, alias no profile, bukan lagi sekadar low profile..... :P

Pastinya peran mereka dalam realitas itu wajar2 saja, tidak seperti aksi di film yang terlihat sempurna dan tidak bercela. Namanya saja film, berbicara tentang agen rahasia (yang ditonjolkan), kemudian tujuannya memang untuk menghibur.... :D

Saya menganggap mereka sebagai ahli strategi, ikut bermain dalam menjalankan tugas, atau membuka sebuah kemungkinan. Banyak jalan menuju Roma, mungkin itulah slogan yang dipercaya oleh banyak orang, terutama untuk profesi ini. (Konon katanya pekerjaan Intelijen adalah satu dari dua profesi tertua di dunia)

Seorang mata-mata selain bisa membuka jalan, idealnya juga dapat menyiapkan jalan penutup, meski alurnya itu misteri ketika itu terjadi. Seperti untuk melakukan strategi C, hal itu baru dapat dilakukan ketika sudah melewati tikungan B.

Mata-mata bisa menjadi orang yang tidak terlihat tadi, no profile. Atau menjalankan fungsinya dengan diam-diam. Bisa saja ternyata doi orang yang terkenal, menyiapkan perhitungan dengan segala kemungkinan, hingga julukan "Master of Strategy" diberi oleh mereka yang menyadari alur permainan.

Mata-mata itu unik, karena bukan sekadar mata sebagai bagian dari panca indera, tapi lebih dari itu. :)