Selasa, 08 Februari 2022

Drama Korona



Korona jadi semakin banyak dan menyebar, gelombangnya bisa naik dan turun, sesuai dengan kepanikan orang-orangnya, di setiap periode peluncuran varian yang baru... Xp

Pada suatu hari di bulan kedua, tahun dua kosong dua dua...

Kor-D    =    Hiks...... hiks...... (sedih)
Cor-A    =    Hei, kenapa lu nangis-nangis?
Kor-D    =    Bokap Nyokap Om....
Cor-A    =    Kenapa memangnya?
Kor-D    =    Mereka hilang Om, kena hajar terus disapu kapas raksasa.

Kapas raksasa (catton bud) itu datangnya dari arah lubang sinar.

Cor-A    =    Oalah, belum dikasih tahu tentang titik rawan bahaya?
Kor-D    =    Belum tahu Om...

Cor-A akhirnya menghibur Kor-D yang masih kecil, karena belum bermutasi terlalu besar. Mengajaknya untuk bergerak ke tempat yang lebih aman. Caranya? Dengan melayang, karena mereka tidak punya tangan dan kaki, jadi seperti mendorong tubuh ke bawah, sebelum mental ke atas dan tertiup angin. Dengan cara melayang, mereka akan bergerak sesuai arah tiupan angin. Atau dengan cara lain yang justru lebih populer, yaitu dengan menumpang di atas cairan di sekitarnya, tinggal pasrah saja ikut ke mana cairan itu bergerak.

Kor-D mulai diajari Cor-A yang lebih senior, serta bergabung dengan komunitasnya di Keluarga Korona. Mulai tahu bahwa ada titik-titik rawan bagi mereka, serta adanya kapas raksasa yang bisa datang kapan saja melalui lubang sinar.

Dalam hitungan hari, akhirnya kapas raksasa datang lagi, bedanya kali ini titik rawan yang dihajar sudah aman. Maksudnya bagaimana tuh? Maksudnya di titik kapas menyapu bagian cairan, maka sudah tidak ada lagi Korona dengan berbagai macam kodenya itu. Mereka sudah berhasil mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Kor-D    =    Kenapa tidak ke terjun ke bawa saja Om?
Cor-A    =    Terjun ke bawah? Bunuh diri itu namanya.

Cor-A bercerita bahwa andai terjun ke bawah, maka di sana sudah ada pasukan tempur yang bersiaga. Beberapa temannya tewas di tangan mereka, saat dirinya berpindah goa melalui cairan yang bergerak. Keadaan saat itu sangat jauh berbeda, dengan saat dirinya pertama kali eksis di dunia melenggang buana.

Cor-A mengenang saat awal mula dirinya lahir, serta masuk ke dalam goa pertama. Di bawah sana seperti jadi taman bermain. Karena dirinya sendiri bisa berubah jadi lebih besar, serta melahirkan banyak teman yang serupa dengan dirinya. Beberapa pasukan tempur datang, tapi masih kalah jumlah jika dibandingkan mereka. 

Bertempur setiap waktu, setiap hari dan sepanjang malam, mereka cukup pede untuk tidak kalah dalam peperangan. Meski pada akhirnya menyerah juga, andai pasukan tempur yang datang cukup kuat berperang, serta bisa mengimbangi jumlah mereka yang banyak. Jika sudah kalah, artinya mereka sudah tidak bisa bermain lagi. Hanya bisa bersembunyi di bagian lorong angin hingga ke lubang sinar, atau sekalian saja berpindah goa. 

Tidak sedikit pula pasukan tempur yang mereka hadapi balik kewalahan, hingga kemenangan diraih, ketika pasukan tempur akhirnya nyerah kehabisan tenaga. Mereka memenuhi semua wilayah, termasuk adanya cairan kental yang terbentuk akibat sisa peperangan mereka. Cairan ini sebagai cara dari pasukan tempur, untuk memborgol mereka, sebelum dibuang keluar dari goa, melalui hisapan angin, atau masuk ke dalam pusaran goa di bawah.

Cairan kental ini namanya Lendir, sangat banyak jumlahnya, sesuai dengan jumlah Korona yang bermain-main dan berperang di sana. Lendir sendiri pada akhirnya berdiam lama di sana, andai tidak ada hisapan angin yang bernama batuk. Kemudian secara tidak sengaja menutup sebagian besar lubang angin. Hingga akhirnya bunyi detak yang selalu menemani mereka berhenti. Saat itu terjadi maka dirinya perlu keluar dari goa tersebut, karena tempat itu sudah tidak bisa memberi kehangatan (tidak hidup).

Cor-A juga semakin terjaga, ketika mengingat pertama kali dirinya dan teman-temannya balik kewalahan. Berpindah ke goa lain menumpang cairan, bergerak di antara tanah lembut berwarna ungu pucat. Niat untuk bersenang-senang akhirnya gagal, karena pasukan tempur yang dihadapinya kali ini beda, teman-temannya banyak yang terbunuh, karena lawannya itu tahu trik menghadapi kegemilangan sepak terjang mereka.

Praktis sejak saat itu, dirinya kesulitan dan tidak bisa lagi bebas bermain-main, andai terjun ke tempat favoritnya, di bawah lorong goa yang punya suhu hangat. Terpaksa jadi pengembara, karena mulai terusir di banyak tempat. Satu dua tiga kali periode, akhirnya ada bala bantuan datang, ketika muncul teman lain dengan perlengkapan senjata yang lebih canggih. Balik diajari hingga punya kemampuan baru dalam berperang, menumbuhkan harapan bagi kaumnya untuk bertahan di dunia yang kejam.

Kemampuan perang yang bertambah jadi sia-sia, karena pasukan tempur di ujung lorong goa selalu bisa mengantisipasi gerakannya. Semakin sulit untuk menembus lubang angin yang terus dijaga pasukan tersebut. Sebaliknya kapas raksasa semakin sering datang dari lubang sinar, tidak terhitung jumlahnya, dari semua goa yang didatangi. 

Cor-A hanya bisa memantau kaumnya saja, serta berusaha menjaga sesuai kemampuan, agar tidak punah terlampau cepat. Mulai berpikir selama ada kapas raksasa datang dari lubang sinar, maka eksistensi kaumnya belum habis. Hanya memberi trik dan peringatan saja, untuk memerhatikan titik rawan dekat lubang sinar, agar bisa terhindar dari hantaman sapuan kapas raksasa.

Setelah beberapa lama Kor-D juga tumbuh dewasa, hampir sama seperti dirinya yang punya kode Cor-A, bersama teman-teman lainnya. Hidup di dalam pengasingan berlokasi di goa sebagai lorong angin, berusaha menyebarkan ilmunya, untuk kaumnya bertahan di dunia yang kejam. Kedigdayaan di awal kemunculannya mulai hilang, tidak lagi ditakuti semua orang, karena hanya tinggal sebagiannya saja yang masih takut dengan keberadaannya.

Selama berada di satu goa tersebut, Cor-A selalu memantau teman-temannya. Beberapa tidak sengaja jatuh ke bawah goa dan langsung mati terbunuh pasukan tempur, sebagian juga jatuh ke dalam pusaran goa. Menunggu nasib seperti hidup segan mati juga tidak mau. Bertanya-tanya untuk apa dirinya ada di dunia?

Sebagain besar teman-temannya sudah mulai pasrah, mulai tidak menganggap kaumnya sebagai yang istimewa. Mulai harus bisa menerima kenyataan, bahwa mereka mulai satu kelas dengan kaum lainnya bernama Go-Flu, yang tidak ditakuti dan dianggap biasa saja. Sebuah kenyataan pahit bagi sebagian dari mereka yang merasa superior, tidak rela posisinya tergeser.

Cor-A pada akhirnya ingin berbuat sesuatu di dalam hidupnya, pamit kepada teman-temannya dan Kor-D sebagai anak didiknya. Berpindah ke goa lain yang menurutnya punya tantangan bagus. Hingga akhirnya memantau situasi di TKP dirinya singgah, menunggu waktu yang tepat untuk melaksanakan tugas, serta melakukan tanggung jawabnya sebagai mahkluk kecil yang sudah berpengalaman.

Cor-A    =    Hey, awas!!!!!!
Vid-O    =    Oke Om, yah, ternyata Om rela berkorban demi kita.

Begitulah ceritanya, ternyata Cor-A akhirnya rela berkorban menyelamatkan kaumnya yang masih muda dan mentah. Dirinya kena hantam kapas, serta terjebak menempel di sana untuk dipindahkan, berlabuh di suatu tempat yang terang benderang.

Cor-A ingin meninggalkan dunia dengan caranya sendiri, sebuah pilihan berani yang tidak banyak dilakukan oleh kaumnya sendiri. Caranya dengan mengetahui titik rawan di goa yang disinggahi, serta melalui media kapas yang kadang masuk dan menyapu bagian tertentu di sana. Beranggapan bahwa kapas itu sebagai simbol ketakutan terhadap kaumnya.

Cor-A juga sudah beberapa kali tertipu. Beranggapan akan ada kapas masuk dari lubang sinar, ternyata yang masuk adalah berupa kulit lentik. Benda tidak asing itu mengais batu-batu kenyal di sana, baik yang sudah mengering, atau yang masih basah diselimuti lendir.

Ada juga pengalaman khusus, dialami olehnya sendiri serta balik memuji kecerdikan pemilik goa, caranya? Dengan membasahi tempat dirinya berdiam dengan limpahan air. Masuk melalui lubang karpet (mulut), bahkan melalui lubang sinar (hidung) yang tidak biasanya terjadi. Tidak lama kemudian kapas raksasa masuk dari lubang sinar, serta menyapu titik-titik tertentu. 

Pada saat terkena guyuran air, maka dirinya bersama teman lain terpleset, nyaris jatuh ke bawah. Andai jatuh, maka Korona dkk umumnya akan mengarah ke lorong angin (Paru-Paru), tapi tidak sedikit pula yang salah masuk, kemudian jatuh di pusaran goa (Lambung). Hal itulah yang membuat dirinya takjub dengan pemilik goa, untuk bersih-bersih dulu, sebelum kapas raksasa masuk, kemudian menyapu tempat yang kosong, karena sudah bersih.

Cor-A sudah tahu, jika dirinya ada di antara kapas yang diproses kemudian, maka akan keluar hasil positif. Meski tingkat akuratnya juga tidak ada yang bisa jamin, karena yang dideteksi adalah bagian luar dari dirinya. Bagian luar itu juga terdapat pada kaum-kaum lain yang tidak terhitung banyaknya dan belum dideteksi, salah satunya kaum Go-Flu yang (sudah dideteksi) dan di sejajarkan dengan kaumnya.

A    =    Ini positif.
B    =    Buat negatif saja kalau yang ini.
A    =    Serius? Nanti kalau ketahuan bagaimana? 
B    =    Gampang, pakai saja sample pasien lain, tapi yang siap dihancurkan yah.

Si B memberi si A sejumlah uang, karena sudah mendapat bayaran, agar pemilik lendir itu bisa melakukan perjalanan dengan lancar. Beruntung mereka sebagai oknum bisa bertemu orang itu, yang tidak ingin liburannya bisa terganggu. Xp

Cor-A meratapi nasib menjelang ajalnya, sudah berusaha mati sebagai pahlawan, tapi ternyata keberadaanya tidak diakui dalam data fakta, atas ulah segelintir oknum.

Hingga pada akhirnya level keganasan kaum Korona berkurang drastis, tidak ditakuti lagi oleh banyak orang. Kenapa? Asal mulanya sejak senyawa kembaran dari dirinya sendiri diluncurkan, bernama vaksin dengan beberapa teknik. Tujuannya agar pasukan tempur dapat mengetahui titik lemahnya, kemudian bersiaga andai musuh yang asli datang. Andai berperang dengan mereka, kemenangan semakin sulit diraih, untuk menduduki bagian penting di dalam paru-paru.

Satu dua tiga kali punya strategi untuk perpanjangan waktu (profit taking), melalui peluncuran Keluarga Korona yang berbeda jenis varian, agar bisa punya daya serang yang lebih baik, tapi ternyata tidak berjalan terlalu sukses. Sistem pertahanan alamiah tubuh manusia ternyata jauh lebih pintar, ketimbang sistem penyerangan yang dirancang secara ilmiah oleh manusia yang terbatas itu. :))

Lebih pintar mana? 
Kejeniusan Manusia?
Atau yang merancang Manusia Jenius?

Sebagian orang mulai tidak peduli, karena seperti layaknya penyakit flu, andai sudah sembuh yah bukan berarti sudah tidak akan terkena flu (lagi), setuju? Jika mereka pernah kena positif, serta beristirahat dan sembuh, bukan berarti tidak akan terpapar kembali. Jika demikian maka jalur hidung kita akan kosong, alias tidak akan ada kotoran (upil) di sana. Xp

Kenapa di dalam hidung kita ada kotoran? Yah pastinya semua sudah pada tahu. Itu karena adanya berbagai macam zat asing, seperti debu-debu, virus, bakteri dan lain-lain. Berhasil masuk jalur hidung, serta terjebak di antara peralatan dari sistem kekebalan tubuh, seperti rambut-rambut di dalam lubang hidung. Hal itu juga berlaku pada semua jenis zat asing, termasuk kaum Korona yang ditakuti tersebut.

Dongeng tentang drama Keluarga Korona, awalnya mulanya sudah diserempet sedikit di tulisan ini. Bercerita mengenai perubahan zat cair padat dan gas, sebagai solusi untuk mengencerkan atau membersihkan lendir di paru-paru, agar bisa kering menguap dan menghilang melalui perantaraan uap panas.

Kemudian agak banyak juga diserempet di tulisan ini. Bercerita menganai cara kerja tubuh manusia dan dijelaskan melalui analogi rumah. Kemudian bagaimana pula kaum Korona masuk ke dalam tubuh, serta diperangi oleh pasukan tempur yang disebut sistem pertahanan tubuh.

Jadi dongeng tentang situasi dan kondisi pandemi ini, sudah tiga kali diangkat termasuk tulisan ini. Mungkin bisa dianggap sebagai trilogi ala-ala, hingga pada akhirnya situasi kembali membaik seperti sebelum kaum Korona menyerang, alias cerita selesai. B)

Ini hanya cerita fiksi untuk hiburan saja,
Andai ada yang mirip, anggap saja memang disengaja.
Xp