"Lagu cinta melulu...."
Sebuah tema yang tidak akan pernah ada habisnya dibahas. Jika masih ada seorang lelaki dan perempuan, idealnya mereka diciptakan berpasangan. Hingga hubungan kedua insan itulah yang selalu mendatangkan banyak cerita.
Umumnya saya melihat banyak karya lagu, film dan cerita yang membicarakan cinta tersebut. Biasanya membuat penikmat karyanya seakan-akan diajak hanyut di dalam skenario yang dibuat. Sedangkan saya percaya setiap pribadi memiliki pengalamannya sendiri, jadi tidak harus sama dengan cerita default tentang cinta tersebut.
Ada sebuah buku dari seorang penulis terkenal. Mungkin inilah salah satu karya bertema cinta yang berebda, karena kita seperti dibangunkan, bukan sebaliknya yang rata-rata mengajak kita hanyut di dalam cerita.
Salah satu kutipan yang saya ingat adalah "Saat mulai mengizinkan suatu cinta sejati datang, maka kebiasaan yang awalnya teratur dan terkendali akan menjadi berantakan dan tidak beraturan......"
Pendapat itu tidak salah, tapi tidak harus menjadi acuan. Cinta sejati idealnya hanya sebagai tahap akhir dari kita yang mencari apa itu cinta. Mengalami dan belajar dari padanya. Jadi cinta itu bukan tentang hal yang selalu manis dijalani, bahagia dan lancar-lancar saja.
Menurut pendapat pribadi saya sendiri, suatu cinta sejati tidak akan pernah terlihat di awal. Predikat Sejati bisa kita analogikan sebagai "gelar" sarjana. Untuk meraihnya tidak bisa dengan cara sulap karena harus menyelesaikan bobot "kuliah" seperti yang telah ditentukan, mungkin lain ceritanya dengan gelar Sejati yang dapat dibeli.
Tentang pandangan yang tidak biasa tersebut, menjadi tidak beraturan dan berantakan, mungkin bisa disejajarkan dengan "kehilangan diri". Sebuah keadaan yang saya ketahui saat mendengar lirik lagu dari Heather Nova, yang petikannya berbunyi "like lovers do, they loose themselves for days."
Kemudian belum lama saya juga melihat si Paulo Coelho memberi kuote di jejaring sosial tentang hal tersebut.
Kutipan lain dalam yang cukup bagus adalah "Zaman dahulu dan sekarang gadis-gadis itu tahu dari siapa mereka harus menghindar dan siapa yang akan mereka bolehkan menangkapnya."
Dari kutipan di atas, justru berseberangan dengan pendapat masa kini, tentang seseorang yang mungkin bisa salah jatuh cinta. Menurut pendapat pribadi saya itu suatu kewenangan dari mereka sebagai pemilik hatinya sendiri, untuk dijatuhkan kepada siapa, dalam hal ini cukup dipengaruhi dengan cinta eros dalam diri masing-masing pribadi.
Menurut saya kutipan yang menjadi titik pusat dari tema adalah kembali lagi ke waktu, dijelaskan jika belum siap waktunya maka dua orang tidak akan bertemu. Dengan tegas dibagian lain si Coelho memberi kutipan lain yang saya ingat kurang lebih "Jika bukan sekarang, mungkin besok, mungkin tahun depan, atau mungkin tidak pernah...." Hal tersebut bercerita tentang tokoh di dalam buku yang seperti memaksakan waktu.
Dari awalnya saya menangkap tentang keinginan dari seseorang, jika demikian cukup berbeda dengan yang dinamakan kebutuhan. Buku lain yang pernah saya baca adalah tulisan Dedi Oedji dalam buku "Chemistry cinta di Wakatobi" yang dalam akhir narasinya memberi kutipan "Tuhan tahu apa yang kita inginkan, tetapi Tuhan memberi yang kita butuhkan."
Jika dikaitkan dengan pendapat pribadi, kita memulainya dengan suatu keinginan yang baik dan yang berkenan, sehingga kita akan memiliki beberapa kebutuhan untuk mencapai keinginan tersebut.
Cukup berbahagia andai kita memiliki keinginan yang baik, maka pada suatu tingkat tertentu keinginan tersebut akan berubah menjadi kebutuhan, hal yang tidak akan terjadi jika kita balik dengan mendahulukan kebutuhan tanpa adanya keinginan yang dapat kita yakini. :)
Jadi keinginan yang didasari oleh cinta tidak akan pernah lenyap, selama manusia ada di dunia. Mungkin yang salah kita terlalu memperhatikan hal tersebut secara berlebihan, padahal memang hidup tidak semata-mata bukan hanya cinta saja. :D
Setuju?