Sabtu, 14 Januari 2017

SARA + RASIS



Dulu sekali singkatan SARA yang saya tahu adalah Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan.
Apakah itu benar? Yang rancu di sini adalah Antar Golongan, golongan mana? Apakah perbedaan latar belakang pekerjaan atau profesi seseorang? Hingga berujung pada golongan kelas atas, menengah (ngehe) dan bawah? Sepertinya kurang tepat.


Belakangan saya menemukan singkatan yang lebih tepat, dalam urutan Suku, Agama, Ras dan Anatomi (Bentuk tubuh). Jadi andai kita mengejek seseorang dari fisiknya, entah gendut dan ceking, maka kita sudah membawa unsur SARA dalam suatu penilaian.



Jadi saya mengikuti pengertian yang lebih tepat, SARA itu Suku, Agama, Ras dan Anatomi.


Dari empat unsur itu, tiga diantaranya saling terkait dan sudah ada dari sananya. Hanya ada satu unsur yang menyempil,padahal gak begitu penting, tapi anehnya paling didewakan oleh banyak orang. Pasti kita sudah bisa tebak satu unsur itu, yang disebut Agama, sesuatu yang abstrak dan berasal dari sininya (bukan dari sananya).



Apa yang sudah dari sananya?

Suku, Ras dan Anatomi memang identitas manusia yang paling khas, karena itulah yang terlihat jelas secara kasat mata. Kalau diurutkan yang paling luas itu RAS, dari satu RAS (Benua) itu kemudian turun menjadi beragam SUKU (Daerah), lalu dari sana lahir ANATOMI (Rumah). Nyambung tidak? Jadi semuanya terkait dan itu jadi keragaman di antara banyak manusia di satu negara, wilayah dan dunia.


Belakangan untuk ANATOMI sudah bisa diganti, karena kehadiran teknologi OPLAS, alias operasi plastik.  Tapi tetap saja sesuatu yang diganti itu tidak abadi, berbeda dengan sesuatu yang memang berubah dan tetap alami. :)



Jadi ada satu unsur yang nyasar sebagai identitas, AGAMA jadi salah kamar andai dirunutkan dari singkatan si SARA tadi. Apakah Agama jadi yang paling penting? Katanya itu menyangkut urusan kita dengan Pencipta, melalui jalur masing-masing. Memang banyak jalan menuju "Roma", tapi kota Roma itu hanya satu dan bisa dijangkau dari mana saja. :D



Berbeda dengan SAR atau RSA (jika berurutan), kita tidak bisa mengubah benih asli kita, misalnya orang yang lahir sebagai RAS kulit kuning, mana bisa berubah jadi RAS kulit hijau? Terkecuali ada perpaduan (remix) kawin campur dan sejenisnya. Tentunya itu terjadi secara alamiah, bahkan bisa disempurnakan perkembangan teknologi nanti, tentang modifikasi GEN, sebelum manusia brojol dan resmi lahir ke dunia.



RAS menjadi (banyak) SUKU dan menjadi (banyak sebanyak2nya) ANATOMI.

Sesuatu yang tidak bisa berubah dan terus terbawa sebagai identitas. Bahkan Operasi Plastik yang bisa sekadar "mengganti" ANATOMI wajah tidak bisa dilakukan dalam sekejap. Sudah menangkap maksud dari tulisan ini? Bagaimana dengan AGAMA?

"Bagus tuh ide lu bro, kenapa tidak dituliskan saja. Memang benar, agama dan keyakinan itu dinamis. Menit ini gue bisa ngomong jadi Agama Satu, satu jam berikutnya gue bisa jadi Agama Dua, besok bisa jadi Agama Tiga, cuma masalah diomongan saja bukan?" ujar salah satu teman.



"Ini lagi ditulis. Sebetulnya bukan hanya diomongan, tapi ditindakan juga, hingga jadi pegangan kita. Bahkan keyakinan kita itu bisa berubah, andai kita menemukan sesuatu yang lebih meyakinkan. Bukankah begitu?" jawab saya.



"Kamu orang SANA kan? Berarti agama kamu itu SINI?!"

"Bukan, agama saya itu SONO."
Sebuah potongan percakapan yang pernah saya lihat di media sosial. Satu kebiasaan yang terjadi, karena mencampuradukkan Suku dan Agama, oleh karena alasan yang mungkin bisa dimaklumi.
SUKU dan AGAMA adalah dua hal yang berbeda, tidak bisa dan tidak seharusnya dianggap sama.

AGAMA memang abstrak dan berlaku secara subjek, bukan objek. Apa yang terlihat itu hanya kebiasaan dan budaya, berasal dari daerah (SUKU) pembawa beritanya. Kenapa itu yang paling dianggap penting? Harusnya yang diutamakan itu tujuan manusia berhubungan dengan Pencipta, bukan direcoki dengan segala tetek bengek harus begini dan begitu. Segala aturan itu idealnya hanya bertujuan membereskan yang berantakan, agar lebih tertata dan teratur sedemikian rupa, bukan balik mengganggu, setuju?



Jadi kita sudah tahu SARA itu idealnya SAR-A, maksudnya SAR (Suku-Anatomi-Ras) yang memang jadi identitas kita dari sananya, serta adanya tambahan -A (Agama) yang berasal dari sini, kemudian bisa ditentukan saat seseorang terpanggil. :)


SARA selesai, bagaimana dengan RASIS?

RASIS itu dalam pengertian yang luas bisa melekat pada seseorang, oleh karena terobsesi dengan kekayaan Pencipta, memandang beragam RAS-SUKU-ANATOMI manusia di dunia ini. Mungkin bisa kita lekatkan RASIS itu untuk seseorang sebagai pemerhati manusia lainnya. :P



Kalau orang yang mengejek manusia lain dengan membawa SUKU, RAS dan ANATOMI (bentuk dan warna kulit tubuh), mungkin mereka merasa bangga dengan identitasnya sendiri, hingga naluri binatangnya keluar tanpa sadar, ditunjukkan secara nyata dan gamblang. Lebih masuk akal bukan? 



Jadi untuk orang-orang yang mengejek dengan membawa unsur SARA tadi, dengan merendahkan yang lain. Artinya mereka sedang menjadi binatang untuk barang sejenak, karena nilai manusia yang ada dalam diri juga menghilang barang sesaat. Atau bahasa gaulnya itu mereka gagal (sementara) jadi manusia. Xp