Senin, 06 Juni 2022

Balap Kuda Besi (MotoGP)


Untuk cerita kali ini kita akan membicarakan tentang satu tontonan, karena sifat dari olah raga ini yang sudah jadi sarana hiburan. Untuk jenis olah raga yang sudah jadi industri ini, satu dua sudah juga saya ceritakan. Tentang yang lebih umum di tulis di sini, sedangkan yang lebih spesifik juga sudah di sini tentang sepak bola, serta di sini tentang balap F1.

Kemudian untuk tulisan kali ini apa lagi yang ingin diceritakan? Jawabannya adalah tentang versi balap roda duanya, ketika pembalap memacu kuda besi dalam satu kejuaraan. Konon kejuaraan tertinggi untuk kategori ini dipegang oleh MotoGP, sebagai identitas komersial yang digunakan.

Kegandrungan saya juga berlaku untuk balapan MotoGP, ketika pertama kali menyukai dan mengikutinya masih bernama balapan 500cc. Waktunya berbarengan dengan versi roda empatnya dengan nama F1. Kala itu pembalap di kelas tertinggi dipegang oleh Mick Doohan, tapi belum terlalu saya sukai, karena yang jadi perhatian ada pembalap lain bernama Alex Criville.

Pada saat yang sama, kala itu stasiun TV dalam negeri menyiarkan semua kelas, termasuk juga balapan 250cc dan 125cc. Nah di kelas 125cc mulai ada pembalap yang menarik perhatian, siapa lagi kalau bukan legenda MotoGP saat ini, secara kebetulan baru saja pensiun, serta balapan tahun (2021) kemarin menjadi karier terakhirnya sebagai pembalap.

Meski menjagokan Alex Criville atau Tadiyuki Okada, tapi bukan berarti Mick Doohan tidak saya dukung sama sekali. Ketiganya turun sebagai trio pembalap Repsol Honda kala itu, masih bebas dan belum ada aturan ketat, tentang satu tim hanya punya jatah dua pembalap saja. Salah satu momen yang cukup menyenangkan itu, ketika Mick Doohan berhasil jadi juara di satu seri balapan, oleh karena pesaingnya Max Biaggi terkena black flag, meski tetap memacu motornya sampai garis finish.

Hingga pada akhirnya Alex Criville juga bisa menjadi juara dunia, pada musim kelas 500cc di tahun 1999. Tapi sayang hanya berlangsung satu musim saja, karena di musim berikutnya sudah ada pembalap lain yang jadi juara. Criville juga pensiun lebih cepat di musim 2001, alasannya karena masalah kesehatan, cukup dimaklumi karena kariernya sendiri sudah berlangsung cukup lama. 

Kembali pada pembalap Valentino Rossi, setelah berhasil jadi juara di kelas 125cc, di musim berikutnya naik kelas ke 250cc selama dua tahun. Kemudian di tahun 2000 turun sebagai pendatang baru (roookie), tapi mungkin masih meraba-raba kekuatan motor. Pada musim itu balapan bersama juara bertahan Alex Criville, tapi yang jadi juara di musim itu adalah Kenny Robert Jr.

Nah pada musim 2001 ini awal mulanya legenda Rossi mendominasi, bersama Honda menjadi juara selama tiga musim. Termasuk perubahan regulasi motor dari 500cc, naik menjadi 990cc, dari motor 2-tak menjadi 4-tak, sejak itu pula kejuaraan 500cc berubah nama menjadi MotoGP. Pada tahun terakhir bersama Honda, seringkali Rossi bermain-main di sirkuit, memimpin cukup jauh, kemudian sengaja melambat, sebelum akhirnya memacu kembali kecepatan menjelang finish.

Keputusan berani Rossi, tentu saat pindah dari tim juara, menuju tim yang biasa-biasa aja. Menjadi punggawa Yamaha dan berusaha mengimbangi persaingan. Konon motor Yamaha kurang punya kekuatan (power), tapi punya rangka yang lincah ketika berbelok. Satu yang tidak terlupakan adalah ketika menjadi juara di Catalunya, kalah di lintasan lurus, tapi bisa unggul ketika menari di belokan. 

Rossi akhirnya tetap menjadi juara dunia 2004, dengan perjuangan yang lebih ekstra. Kemudian muncul foto legendaris, ketika Rossi mencium motornya ketika berhasil jadi juara pertama kali. Dengan motor yang tidak paling kencang di sirkuit, ternyata bisa memberi perlawanan, bahkan memenangi gelar dari kepiawaian pembalapnya sendiri.

Rossi masih jadi juara di musim berikutnya, kemudian tahun 2006 dan 2007 absen, karena gelar juara diangkut Nicky Hayden dan Casey Stoner. Kemudian berlanjut menggondol gelar di musim 2008 dan 2009, sebagai tahun terakhir keberhasilannya menjadi juara dunia. 

Kemudian sempat pindah ke Ducati selama dua tahun, tapi sepertinya kurang sukses di sana. Motor mereka gagal "ditaklukan" oleh The Doctor, sebagai julukan bagi Rossi sendiri, hingga kembali lagi ke Yamaha dan menjadi pembalap veteran di sana.

Pada musim 2015 sempat pula bersaing dalam perebutan gelar, tapi strategi psywar yang dilancarkan tidak berhasil. Pesaing yang disebut olehnya justru melakukan aksi "ekstrim" di sirkuit langsung, sebagai balasan dari psywar yang dilancarkan, hingga merugikan Rossi sendiri di sana. 

Kronologinya ketika pesaing menyundul helm ke arah kaki, hingga dengan refleks kakinya bergerak keluar dari arah pedal. Selanjutnya pesaing mengalami jatuh, seolah2 terkena tendangan "maut" dari Rossi tersebut. Xp

Langkah pertama = Pepet dulu, biar jarak nempel buat serangan.

Langkah kedua = Pas udah nempel, serang "cium" kakinya.

Langkah final = Pas kakinya kena & gerak, misi selesai, waktunya jatuh.

Bahkan belum lama ini bos Yamaha berkomentar, andai saja kala itu Rossi tidak memulai psywar, mungkin saja ceritanya akan berbeda. Tidak akan ada "aksi balas dendam" dari pesaing yang awalnya (masih) dapat respek itu. Istilah diledek melalui kata-kata, tapi dibalas langsung melalui aksi di sirkuit, hingga nilai-nilai professional jadi agak tercoreng di sini.

Konon dari persaingan tersebut, hingga kini keduanya belum "berdamai" sebagai bagian dari nilai respek satu sama lain. Rossi seolah-olah sudah ogah mengenal pesaingnya tersebut, yang dinilai melakukan cara kotor dalam balapan. Sebuah persaingan yang terbawa hingga keluar sirkuit, termasuk pula persaingan dengan Max Biaggi di awal2 kariernya di kelas tertinggi.

Biasanya saya juga punya beberapa jagoan sebagai bentuk dukungan. Pembalap nomor satu yang utama si Rossi sendiri, atau ada juga pembalap lainnya sebagai sayap, tentunya masih ada hubungan dengan jagoan utama. Misalnya Jorge Lorenzo dan Maverick Vinales sebagai rekan setim, atau beberapa nama lain yang jadi kandidat, ketika sang jagoan akan gantung helm.

Pada akhirnya di musim 2020 yang kacau balau, muncul satu nama yang menarik perhatian. Bahkan hingga setengah total sirkuit yang dijelajahi, ada peluang menjadi juara melalui tim satelit, atau yang berdiri secara independen. Menjadi musim terakhir pula bagi Rossi bergabung dengan tim utama Yamaha, karena di tahun berikutnya "turun kelas" ke tim satelit.

Pada musim 2021 akhirnya menuai kejutan, karena nama yang menarik perhatian itu dipromosikan untuk naik ke tim utama. Fabio Quartararo akhirnya langsung menjawab kepercayaan tersebut, dengan menjadi juara dunia di musim itu. Sebaliknya menjadi musim terakhir bagi Valentino Rossi sebelum pensiun. Sebuah "peralihan" jagoan yang cukup tepat waktu. Xp

Peralihan yang identik itu mirip juga dengan musim tahun 2001, terjadi 21 tahun yang lalu. Musim ketika Rossi juara dunia perdana di kelas utama, berbarengan dengan musim terakhir Alex Criville. Sedangkan sekarang Fabio Quartararo yang naik ke tim utama dan langsung jadi juara dunia, berbarengan dengan musim terakhir Valentino Rossi. Sebuah pengulangan bentuk dukungan, untuk jenis olah raga komersial ini. :P

Tongkat estafet dari identitasnya tetap berlanjut, karena langsung mendirikan tim balap indepeden bernama VR46 Racing.

Bahkan pada musim 2022 ini, nomor motor 46 milik dari Rossi langsung dipensiunkan. Inisiatifnya tentu dari penyelenggara kejuaraan. Mungkin saja karena pengaruh sang pembalap sendiri, begitu kuat menancap selama berlaga di sana. Pengabadian nomor ikon itu diselenggarakan dalam satu acara, hingga daya tarik untuk penggemar masih cukup besar.

Kemudian sepak terjang Rossi sendiri mulai dikenang, ketika beraksi di musim terakhir bersama tim satelit Petronas Yamaha. Caranya? Melalui peluncuran produk dengan warna yang sesuai, identik dengan warna kebangsaan sang pembalap tersebut, pada produk motor yang diluncurkan tahun ini (2022).

Untuk produk dengan edisi khusus juga pernah diluncurkan Yamaha, tepatnya pada tahun 2013, ketika pada musim 2012 pembalapnya Jorge Lorenzo menjadi juara dunia. Livery motor yang dikeluarkan bernuasa mirip dengan kuda besi sang pembalap.

Pada akhirnya pembalap memang tidak akan membalap selamanya, karena yang tetap berlangsung sejak dulu dan nanti itu kejuaraan. Sebagai wadah untuk talenta2 berbakat lainnya, serta akan ada nama pembalap lain yang akan menghiasi sirkuit. Boleh saja kita memberi dukungan pada siapa saja, sesuai dengan ketertarikan masing-masing. B)