Senin, 10 Oktober 2011

Kecanduan Travelling



Judul diatas tidak bisa disepelekan begitu saja, karena saat ini saya sedang (sudah=2013) mengalaminya. :D

Dahulu saya paling ogah (baca=tidak suka) dengan yang namanya berpergian, apalagi ke tempat yang jauh. Menurut saya kala itu imbasnya hanya menghabiskan uang, tetapi tidak mendapat apa-apa. Saya berkesimpulan bahwa pada saat itu saya belum butuh dengan yang namanya aktualisasi diri. :)

Ada teori yang dikenal dengan sebutan "Hierarchy of effect model" dicetuskan Abraham Maslow. Dalam teorinya kebutuhan manusia akan semakin bertambah kualitasnya, dengan Aktualisasi Diri sebagai puncak. Sementara kebutuhan terbawah atau paling dasar adalah seperti makan/minum (fisiologis) yang disebutkan sebagai kebutuhan primitif.

Dahulu saya enggan untuk mengeluarkan uang untuk hal abstrak (termasuk travelling), sesuatu yang tidak dapat kita lihat bentuknya seperti apa, gunanya bagaimana, serta apakah bisa kita simpan dan bawa pulang. Berbeda dengan sekarang, ketika saya mulai tidak perhitungan lagi, untuk membeli "pengalaman" yang tidak ada bentuknya tersebut.

Travelling dapat dilakukan dengan berbagai cara, pertama jika ada modal lebih bisa beli paket tour yang tersedia. Umumnya yang ikut tour adalah orang yang tidak ingin pusing dan mengutamakan kenyamanan sehingga semuanya telah diatur. Kedua adalah travelling pribadi yang tetap mengutamakan kenyamanan tetapi susunan acara kita yang atur sendiri, yang terakhir adalah travelling gaya backpacker (ransel) dimana umumnya pelancong jenis ini rela mengorbankan kenyamanan untuk mendapat lebih pada bagian pengalaman perjalanan, semuanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing2.

Yang pasti pengertian gaya travelling itu tidak dibatasi oleh apa yang di bawa pejalan, apakah dengan koper atau cukup ransel, karena makna gaya meski dari perkataan brarti apa yang dibawa pada kenyataannya mulai dipahami sebagai tingkat kenyamanan yang akan didapatkan selama perjalanan.

Posisi saya sendiri lebih ke arah gaya backpacker, karena saya hendak melakukan perjalanan atas biaya sendiri, rela bersusah2 mengurangi jatah jajan saya demi menyisihkan uang untuk biaya perjalanan, tambahan lagi jadwal travelling yang saya susun selalu direncanakan jauh hari sebelum keberangkatan, sehingga untuk biaya2 tertentu dapat di hemat seperti tiket pesawat, jika perjalanan akan mencicipi transportasi penerbangan. Tapi jika ada tawaran ikut tour gratis saya akan sangat senang sekali.  :)

Asal mula saya mulai kecanduan adalah akibat rasa penasaran yang tinggi, untuk merasakan liburan keluar negeri. Hal itu di pertegas dengan inisiatif saya membuat paspor pada akhir 2010, sebuah keputusan yang diambil secara pribadi tanpa pengaruh orang lain, tentang kemungkinan jalan-jalan ke luar negeri suatu saat nanti, meski belum tahu kapan jalan-jalannya :D

Langkah besar pertama terjadi juga, ketika saya dengan pede (baca=percaya diri) membooking tiket promo Air Asia (JKT-KUL) PP pada bulan Februari 2011,  untuk keberangkatan desember 2011 seorang diri. Seketika langsung terbayang susunan acara yang hendak saya jalankan, meski PP via Kuala lumpur tapi saya berniat ke Singapura juga melalui jalanan darat, perhitungan yang saya rasa benar2 "low cost".

Tanpa bermaksud meninggalkan teman, saya langsung mengambil tiket 225rb PP,  sudah termasuk airport tax pulang untuk awal Desember 2011 sendiri (satu tiket saja). Hal itu terjadi karena rencana mengajak teman banyak saja alasannya, sehingga tertunda-tunda. Pada awalnya   dapat harga oke di bulan Oktober lalu kehabisan, mundur November lalu kehabisan lagi akibat menunggu teman.

Niat saya mem-booking tiket sudah terlihat beberapa hari sebelumnya, karena saya meng-apply "Key BC4",  sebagai alat yang wajib dipakai untuk transaksi di internet banking. Beberapa bulan setelahnya saya juga menambah rute perjalanan,  akibat adanya promo lanjutan dengan rute Penang-Phuket, karena booking-nya menggunakan mata uang non-IDR, maka saya juga niat banget sampai apply kartu kredit.  :D

Tidak ada rasa takut sedikitpun untuk jalan-jalan sendiri, karena toh sesungguhnya banyak juga teman2 di luar yang travelling sendiri. Mungkin karena saya bergaul di kalangan teman2 yang tingkat kebersamaannya tinggi jadi dirasa aneh.  Tapi belakangan agak canggung juga jika langsung jalan sendiri di negeri orang pula, sehingga saya pengen latihan sambung menyambung angkutan umum di dalam negeri dahulu.

Niat latihan awalnya saya rencanakan untuk liburan di Bali sendiri, yang belakangan malah jadi berdua sama teman pada awal Agustus (tahun ini). Tapi ada yang berpendapat bahwa di Bali itu seperti plesiran, selentingan yang memang tidak salah, karena saat keluar airport saya sudah merencanakan sewa motor. Jadi dari segi pengalaman transportasi sepertinya tidak berbeda dengan aktifitas kita di Jakarta, tapi niat ke Bali juga tinggi untuk berpuas diri di sana, karena beberapa tahun sebelumnya saya ikut tour ke Bali bersama keluarga rasanya kurang puas. :)

Saya mulai rajin2nya gabung di subforum Kaskus tentang dunia travelling, hingga akhirnya naksir juga sama daerah Dieng sebagai salah satu destinasi wisata. Perjalanan ke sana saya pikir tempat yang tepat, untuk latihan sambung menyambung angkutan umum. Hingga akhirnya direncanakanlah perjalanan ke Dieng, awalnya lebih cepat dari jadwal Bali sebelum ada perubahan rencana.

Belakangan niat "latihan" jadi backpacker ini bergeser, saya malah lebih berhasrat untuk menikmati pemandangan alamnya (Dieng). Sejak saat itu pengetahuan saya baru terbuka, bahwa negeri kita ini Indonesia sesungguhnya memiliki potensi kekayaan pariwisata yang melimpah, utamanya jika berkaitan dengan wisata alam yang saya minati. :)

Sekarang juga saya lebih mengutamakan wisata alam sebagai tujuan utama, seperti gunung-pantai-air terjun (ukiran alam).   Jenis wisata alam ini sudah ada dari sananya, manusia hanya tinggal mengelola saja. Wisata kedua yang menjadi favorit saya adalah wisata sejarah, seperti candi (historis) dsb. Yang masih belum (mungkin esok) menjadi pilihan lain adalah wisata budaya dan kuliner :)


Ada satu lagu di masa remaja, dulu saya abaikan cerita lirik di dalam lagunya karena memang belum mengerti. Ternyata baru saya sadari isi lagunya sangat relevan untuk saya belakangan (kemarin) ini. "Base Jam - Gunung Pantai Luar kota"