Kamis, 30 April 2020

Sensasi Mabuk


"Bro, nge-fly yuk, udah lama nih."

Untuk tema tulisan ini sepertinya sudah saya siapkan sejak dulu, tapi entah mengapa selalu tertunda-tunda. Kemudian ketika tidak sengaja memutar ingatan yang berkaitan, akhirnya memang sudah waktunya saya tuntaskan untuk mengangkat tema "mabuk" ini. :D


Mabuk adalah suatu kondisi yang bisa dialami oleh banyak orang. Salah satu cirinya adalah ketidakmampuan untuk mengontol dirinya sendiri, bahkan tidak bisa mengingat apa yang sedang dilakukan olehnya sendiri. Dengan kata lain mabuk itu bisa disejajarkan dengan ketidaksadaran, alias kita tidak tahu apa yang kita perbuat.

Antara pengertian tidak dapat mengendalikan diri sendiri dan tidak sadar, dalam pembahasan kali ini saya lebih condong mengupas salah satunya, yaitu kondisi kita tidak bisa mengontrol diri sendiri. Tapi lebih gampangnya kita lihat dulu contoh keduanya agar mudah dipahami.

Mabuk yang tidak sadar, adalah ketika seseorang bertingkah laku, tapi hal itu tidak akan diingat olehnya saat sudah sadar. Biasanya kondisi itu didapat saat mengkonsumi minuman keras beralkohol, hingga orang itu mabuk dan bisa mengekspresikan diri dengan lancar, misalnya seperti bicara melantur tanpa terkendali. Kemudian tidak malu pula menari di lantai dansa dengan berbagai macam gaya. Padahal sesungguhnya orang itu sedang dipengaruhi efek minuman keras, alias sedang mabuk dan tidak sadar. Sesuatu kondisi yang mungkin tidak akan dilakukan andai orang tersebut sedang sadar.

Kemudian yang kedua adalah mabuk karena tidak bisa mengendalikan diri, dipengaruhi dengan keadaan sekeliling. Nah untuk contoh kedua yang sangat terkenal dan umum adalah peristiwa "Mabuk Laut." Satu keadaan yang sesungguhnya membuat saya bertanya-tanya dulu, Mabuk Laut? Apa itu? Kenapa orang bisa mabuk gara-gara laut? Memangnya orang itu minum dari air laut? Layaknya orang mabuk karena minum minuman keras.

Pertanyaan itu baru terjawab ketika saya pergi ke Phuket sewaktu dulu. Saat sedang menaiki speedboat yang melaju kencang, serta banyak menerjang ombak dengan guncangan di dalam perahu. Beberapa di antara penumpang akhirnya muntah-muntah, sudah disiapkan pula lembaran kantong plastik dari kru kapal. Mungkin itu yang disebut mabuk laut, dalam arti mengalami guncangan kencang, serta kena cipratan ombak seperti hujan. Tapi kala itu saya masih biasa saja, ternyata begini doank? Saya bisa aman dan menikmati perjalanan itu tanpa harus Mabuk Laut. :P

Kemudian yang kedua selain gunjangan dan merasakan udara laut, mungkin saja mabuk lainnya bisa didapat dari penglihatan. Hal itu baru saya saksikan di trip yang saya lupa ke mana, tapi kapal sedang melaju santai di tengah laut. Tiba-tiba salah satu penumpang muntah-muntah, padahal tidak ada guncangan sama sekali. Jika manatap lautan yang ada di sekeliling kami dengan fokus, mungkin ada beberapa reaksi yang bisa dialami, kaget dan waspada, bahkan bisa saja mual, seperti penyesuaian situasi dan kondisi, alias bisa pusing sendiri jika tidak biasa.

Mabuk dari guncangan (gerakan) dan penglihatan itu sangat berbeda, meski keduanya punya efek yang sama, yaitu sama-sama mabuk. Di keadaan itu kita bereaksi dalam kondisi kesadaran penuh, misalnya langsung mengambil lembaran plastik, serta mengarahkan wajah untuk muntah karena merasa mual. Keadaan yang belum pernah saya rasakan kala itu, Mabuk Laut? Ah itu khusus untuk orang yang lemah saja, harusnya mereka minum  obat anti mabuk saja, selasai urusan. Xp

Mabuk yang saya remehkan itu akhirnya saya rasakan juga, pada saat melakukan trip Krakatau sewaktu dulu. Pada saat menaiki kapal dari pulau Sumatera sampai pulau Sebesi masih aman. Tapi esok paginya, ketika hendak bergerak ke Krakatau cerita baru dimulai.

Kami naik kapal dengan kondisi laut bergelombang, karena ombaknya yang cukup kencang, sampai akhirnya kru kapal memerintahkan penumpang untuk turun dari atap. Kami duduk di dalam kapal yang melaju naik turun, alias bergelombang. Pada saat inilah saya merasakan Mabuk Laut perdana, jadinya cukup teringat sebagai pengalaman penting. :P

Guncangan kapal tidak terlalu kencang, cenderung lambat dan santai. Tapi guncangannya itu cukup tinggi naik dan turun, mungkin efeknya seperti kita bermain kora-kora di Dunia Fantasi. Awalnya masih saya nikmati, sebagai satu sensasi yang bisa kita dapatkan dalam perjalanan, tapi lambat laun situasi berubah.

Berawal dari satu penumpang akhirnya muntah-muntah ke dalam plastik yang sudah disiapkan. Hingga saya ikut merasa mual ketika melihat orang itu. Berganti mengalihkan pandangan ke setiap sudut ruang dalam kapal, dengan guncangan cukup tinggi, meski intensitasnya tidak kencang.

Rasa mual saya makin menjadi, apalagi beberapa penumpang lain akhirnya ikut tumbang muntah-muntah juga. Guncangan kapal tidak semakin berhenti, sebaliknya makin tinggi pula naik turunnya. Menahan diri agar tidak ikut muntah, meski rasa mual semakin besar dirasakan. Hingga saya menemukan solusi dadakan, gerakan sederhana yang justru mengurangi rasa mual karena Mabuk Laut tersebut. 

Saya kemudian memejamkan mata, tidak lagi melihat sekeliling yang sebetulnya punya suasana cukup menantang. Guncangan kapal naik turun masih berlanjut, tapi dengan keadaan tidak melihat apa-apa, akhirnya rasa mual mulai menghilang dengan sendirinya.

Hal itu sesungguhnya menjelaskan tentang asal muasal tahapan Mabuk kita semua. Pancaindera kita tetap berlaku sebagai pintu masuk, untuk kita merasakan berbagai pengaruh dari keadaan. Reaksi kita tentu akan berlainan satu sama lain, tergantung pula dari masing-masing kondisi dan kemampuan kita, bagaimana menjawab respon dari keadaan yang kita alami tersebut.

Dalam hal cerita ini tentang Mabuk Laut, guncangan dan situasi di dalam kapal mulai berpengaruh pada setiap penumpang. Khusus untuk saya sendiri juga sempat ingin pula muntah-muntah, meski akhirnya tidak sampai kejadian. Bermula dari reaksi "menutup mata" dan justru membuat keadaan lebih baik, meredakan pula rasa mual yang tadinya dirasakan.

Jadinya Mabuk itu berkaitan erat dengan kondisi di luar dugaan, serta bagaimana reaksi kita sendiri. Kejadian yang datang tanpa diduga, awalnya tidak bisa kita kendalikan, tapi selanjutnya kita balik dituntut untuk menguasai keadaan tersebut. Tahapan itu yang berlaku secara alami, karena bisa pula berlaku sebaliknya, dan itu sudah bukan alamiah lagi.

Mabuk (fisik) yang alamiah idealnya hanya sekali, kalaupun terulang itu terjadi tanpa disengaja, bahkan sudah bisa diantisipasi. Misalnya tentang Mabuk Perjalanan tadi, orang yang gampang mual bisa saja langsung berjaga-jaga, caranya? Dengan meminum obat anti mabuk. Bisa ditangkap maksudnya? Andai terjadi berulang-ulang dan disengaja, itu namanya sudah masuk dalam fase "Mabuk" psikologis, yang sudah bersifat non-fisik.

Mabuk psikologis? Maksudnya bagaimana? Mabuk psikologis itu bisa disebut pula sebagai Mabuk Jiwa, tapi sangat beda dengan yang namanya Sakit Jiwa. Misalnya sudah tahu bagaimana rasanya Mabuk Laut, akhirnya orang itu jadi "ketagihan" dan ingin mengulanginya kembali. Pada titik ini akhinya makna kata dari Mabuk itu mengalami perluasan, bukan lagi terjadi di dalam tubuh (fisiologis), tapi sudah merasuk ke dalam pikiran (psikologis).

Awalnya sensasi Mabuk hanya bisa didapat dari kegiatan tertentu, yang sebatas memengaruhi tubuh kita, antara sadar atau tidak. Kemudian secara sadar kita menaruh minat pada sesuatu, hingga mendatangkan keasyikkan tersendiri. Pada tahap itu sesungguhnya orang itu sedang mengalami Mabuk Psikologis, mungkin sejajar dengan yang namanya kecanduan.

Kalau contoh di tulisan ini mengambil kasus Mabuk Laut, maka kejadian itu masuk dalam kategori Mabuk Perjalanan (Laut).  Tapi bisa pula Mabuk Perjalanan dilekatkan pada minat seseorang, karena yang bersangkutan sedang menyukai dan ingin melakukan berbagai perjalanan, ingin ke sini, ingin ke sana dan ke mana saja.

Jadi jika dikaitkan dengan Mabuk Psikologis, maka bidang-bidangnya sangat luas tidak terbatas. Misalnya ada Mabuk Penghargaan (Puji-pujian), Mabuk Materi (Harta), Mabuk Perkerjaan (Karier), Mabuk Spiritual (Agama) atau yang lain-lain, bahkan termasuk juga Mabuk Asmara (Cinta). Xp

Kalau begitu apakah orang yang Mabuk Psikologis itu salah? Kembali lagi ke kata dasar Mabuk yang artinya tidak sadar. Mereka melakukan kegiatan (Minat) berulang-ulang itu dengan sangat sadar, hingga mendatangkan sensasi yang baik pula bagi mereka. Jadi tidak ada salahnya karena itu pilihan mereka dan setiap orang. :))

Andai ada seseorang yang Mabuk dalam bidangnya dan menjadi terkemukan, pasti kita akan kagum dengan cara kerja mereka yang umumnya dilakukan berulang-ulang. Tentunya mereka dan kita punya kebiasaan yang mirip, misalnya? Ternyata kita hanya mau membicarakan sensasi dan keasyikkan dari Mabuk (Minat) mereka, tidak peduli dengan bagian "mual dan muntah-muntah" yang mereka rasakan, benar tidak? Xp

Tapi yang pasti dan tidak dapat dibantah, kata Mabuk itu berkebalikan dengan kata Sadar. Kita semua juga tahu, segala sesuatu yang berlebihan juga tidak baik. Bukankah begitu? Jadinya sensasi Mabuk itu memang berkesan, meski ada juga bagian yang tidak enaknya, itu yang justru perlu kita sadari. :D


"Nge-fly? Mao nge-fly ke mana? Dalam atau luar negeri?"