Kamis, 11 Maret 2021

Modal Percaya



Yang bagus itu, Percaya saja.
Percaya saja? Belum tentu.

Pasti kita sering mendengar kata tersebut, Percaya saja. Apakah itu baik? Sangat baik tentunya. Dengan kita memercayai sesuatu, hal tersebut akan mendatangkan sebuah energi, bisa dari dalam diri kita dan juga dari sekeliling. Untuk itulah ada sebutan universal bagi setiap orang, tanpa memandang dari mana asalnya, atau apa tradisi spiritual yang dianutnya. Mereka adalah orang-orang percaya.

Orang percaya? Percaya kepada siapa? Bisa siapa saja dan apa saja, tergantung bagaimana orang tersebut berkehendak, serta di mana menempatkan kepercayaannya sendiri. Tapi yang pasti percaya itu sebuah kata kerja secara tidak langsung, karena lebih berupa kata sifat. Kemudian hanya berlaku di ranah nurani dan pikiran kita, atau secara puitis berada di hati masing-masing pribadi orang.

Tapi masalahnya tidak bisa hanya sekadar percaya saja, karena ada bagian lanjutan yang perlu dilakukan. Jika percaya ranahnya ada di pikiran yang bersifat non-fisik, maka untuk mewujudkan kepercayaan tersebut perlu upaya dan tindakan, dalam hal itu berupa fisik yang terlihat. Kenapa jadi begitu? Karena sesuatu yang abstrak itu tidak ada bentuknya, perlu kita bentuk sedemikian rupa menjadi absolut, hingga terlihat dengan mata kita semua. 

Misalnya jika kita percaya bisa pergi ke daerah Puncak, apakah itu akan kejadian andai kita diam saja di kota? Tentu tidak. Jika ingin kejadian, maka kita harus bergerak ke sana, entah naik kendaraan umum atau pribadi andai jauh. Jadi kata percaya itu bukan hanya sebuah kata-kata saja, tapi memang kejadian dalam realitas, berupa kita yang sedang berada di daerah Puncak. Sudah menangkap maksudnya?

Jadi percaya itu salah satu bentuk dari tenaga dalam yang kita miliki, hingga bisa terhubung dengan keadaan di sekitar kita. Mengenai Tenaga Dalam sudah saya tuliskan di sini. Andai kita aktifkan maka akan terhubung dengan Tenaga Luar di sekitar kita, mereka yang mungkin bisa dibilang semesta, terhubungan kepada Pencipta.

Saya juga baru saja menonton film Raya & The Last Dragon (Ada Spoiler), kebetulan salah satu pesannya itu mengenai kepercayaan (trust).

Ada adegan ketika tokohnya percaya kepada tokoh lain, namun balik dikhianati. Kenapa bisa demikian? Karena tokoh itu kurang awas dengan sekelilingnya, tulus seperti merpati, namun kurang cerdik seperti ular. Penggambaran pepatah itu sudah cukup baik, untuk kita bisa mengimbangi penilaian kita terhadap sekitar.

Percaya kepada siapa menjadi penting di sini, kita perlu bijak untuk memilah-milah kepada siapa dan apa yang kita percaya. Apakah mereka bisa diandalkan? Apakah mereka baik? Jangan sampai kepercayaan kita balik dimanfaatkan, atau malah dikhianati hingga akan merugikan kita sendiri.

Kemudian yang namanya kepercayaan itu juga punya kekuatan, seberapa besar dan berasal dari mana saja sumbernya. Siapa yang percaya, dan siapa saja yang bersama menaruh kepercayaan tersebut, maka akan berpengaruh juga dengan "hasil" yang akan dituai.

Jika dilihat dari beberapa adegan film itu secara berurutan, maka pada awalnya ada Empat Naga yang mengumpulkan kekuatan ke dalam Bola Energi, serta percaya kepada Satu Naga. Sehingga Naga terakhir itu mengemban tugas untuk menyebarkan kekuatan tersebut, serta menghilangkan keberadaan Cahaya Jahat yang merubah mahkluk hidup jadi batu.

Kepercayaan itu tenaganya masih kurang, karena hanya berasal dari Empat Naga, kemudian dieksekusi oleh Naga Terakhir tersebut. Berhasil menghilangkan musuh, serta mengembalikan orang-orang yang jadi batu menjadi hidup. Tapi tidak demikian dengan teman-teman Naga lain, karena mereka tetap menjadi batu. 

Kala itu diceritakan orang-orangnya mulai terpecah belah, karena memperebutkan Bola Energi tersebut, menjadi lima kawasan daerah. Kemudian di akhir film Bola Energi itu kembali pulih, setelah fisiknya pecah oleh karena diperebutkan juga di awal film. Kekuatannya bukan berasal dari Naga Terakhir, melainkan dari perwakilan kelima kaum orang-orangnya, mereka yang menggenggam pecahan kepingan Bola Energi tersebut.

Hasilnya? Musuh mereka kembali menghilang. Bahkan lebih dari itu, Naga-Naga yang pada masa lampau menjadi batu akhirnya hidup kembali. Hal itu sebagai penggambaran bahwa andai kepercayaan dibangun oleh semua (segenap), maka akan menghasilkan kekuatan yang luar biasa. Misalnya perwakilan kelima kaum tadi, mereka percaya juga bahwa Bola Energi akan mengembalikan semua seperti sedia kala, termasuk kaum Naga dari Naga Terakhir yang mereka jumpai.

Hasil dari kepercayaan di dua adegan tersebut juga tidak otomastis terjadi. Misalnya pada bagian awal, Naga Terakhir perlu menyebarkan kekuatan dari Bola Energi tersebut. Kemudian pada adegan terakhir, perwakilan orang terakhir juga perlu berusaha, untuk mengembalikan pecahan Bola Energi itu menjadi utuh, hingga kekuatannya baru keluar.

Ah Bola Energi itu kan hanya ada di film, animasi pula. Memang benar, karena dengan teknologi animasi tersebut, sesuatu yang abstrak dapat digambarkan. Dalam realitas kita abstrak itu tidak terlihat, tapi tetap ada di sekeliling kita, misalnya saja salah satu bentuknya itu udara yang kita hirup. :D

Jadi kepercayaan yang dibentuk ke dalam Bola Energi itu tetap ada, meski tidak terlihat. Kita boleh saja punya kepercayaan, tapi itu semua masih berupa kata-kata saja, tapi tidak ada bentuknya jika belum diwujudkan dalam tindakan. Percaya kepada sesuatu? Artinya kita harus mengambil tindakan, hingga apa yang kita percayai benar terjadi, setuju?

Kemudian ada lagi pendapat tentang kepercayaan tanpa batas, apakah itu bisa? Tentu sangat bisa. Tanpa batas di sini juga perlu dipahami maksudnya, dalam arti diupayakan terus menerus, hingga batas demi batas akan terus dilewati. 

Misalnya contoh di atas, kita bisa pergi ke Puncak tanpa batas. Artinya kita tetap harus bergerak dulu ke sana, hingga tinggal menetap di sana, hari demi hari, tahun demi tahun, itulah yang disebut tanpa batas. Bukan diam saja di kota dan tidak bergerak, kalau demikian kepercayaan itu hanya kata-kata saja, alias tidak hidup. Sudah mengerti?

Kita bisa pergi ke Puncak tanpa batas juga bisa berarti lain, misalnya ternyata kita bisa bergerak ke sana sesuka hati. Kapan saja kita mau kita bisa bolak-balik ke sana. Kembali lagi itu menggambarkan upaya kita yang terus-menerus di lakukan. Pilih yang mana? Tanpa batasnya saat kita mencapai tujuan, atau kita bisa tanpa batasan mencapai tujuan kita berulang kali, itu semua kepada pada pilihan masing-masing.

Dengan Percaya, apa yang kita lakukan bisa saja tidak langsung mendatangkan hasil, tapi paling tidak kita sudah mengambil langkah pertama. Kemudian saya percaya, bahwa kita juga dipersiapkan, untuk mendapat yang kita percayai dan itu ada waktunya. 0:)

Terakhir kita analisa soundtrack lagu dari film tersebut, khususnya di bait utama, video klipnya ada di bagian bawah. Sebagian liriknya cukup penting, karena cukup menggambarkan apa yang harus dilakukan mengenai kepercayaan.

When we just trust
Trust and believe it
You'll see that, we'll lead the way

Terjemahan bebasnya, andai kita percaya, maka kita harus benar-benar percaya. Kita akan melihat (membayangkan) yang dipercayai, kemudian mencari jalan ke sana (berusaha). Alias kita perlu mengambil langkah dan tidak diam, setuju?

Kepercayaan tidak lain dan tidak bukan keyakinan kita, bisa juga disebut sebagai iman dalam bahasa spiritual. Ada pepatah bagus yang berbunyi, iman tanpa perbuatan pada hakekatnya mati.


Kamu Percaya? Lakukan.
Tidak bisa hanya Percaya Saja tanpa melakukan apa-apa.
Kepercayaan bisa jadi modal berharga untuk kita semua.