Sabtu, 22 Mei 2021

Masa (Lalu) Kini


Masa Lalu atau Masa Kini?
Ini bukan pilihan.
:D

Kali ini saya ingin bercerita lagi, mengenai satu tema yang secara umum cukup dihindari. Pastinya kita sudah bisa tahu jika lihat judul, andai berbicara tentang Masa Lalu dan lain sebagainya. Hal itu dianggap sebagai penghambat, karena sejatinya kita sedang ada di Masa Kini. Apakah demikian? Masa Lalu selalu jadi penghambat? Jawabannya antara iya dan tidak.

Ada banyak pendapat dan kutipan, khususnya dari orang-orang bijak yang berpengaruh. Bahwa kita harus "melepaskan" Masa Lalu agar dapat menuju Masa Depan. Apakah memang benar begitu? Jawabannya untuk kali ini benar, karena secara ideal andai kita ingin melangkah maju, tentu arahnya harus ke depan dan bukan sebaliknya.

Dengan demikian apakah yang namanya Masa Lalu itu buruk? Hingga harus dilepaskan atau dilupakan? Jawabannya antara dilepas dan dilupakan juga berbeda. Kita bisa melepas tanpa harus melupakan, bisa ditangkap perbedaannya? Memang cerita Masa Lalu ada banyak jenis, entah itu yang buat senang, sedih dan lain sebagainya. 

Jika kenangan di Masa Lalu itu baik, tentu bisa kita terima dengan perasaan senang gembira. Misalnya andai kejadian itu baru saja terjadi, pastinya kita tidak rela pengalaman itu akan selesai, bahkan sebisa mungkin ingin kita ulangi kembali, setuju? 

Tapi ceritanya bisa berbeda jika berlangsung dalam keadaan tidak baik, di sini akan jadi "batu sandungan" bagi kita sendiri, andai pengalaman itu terlanjur masuk dalam ingatan. Jika tidak dibereskan, bukan tidak mungkin kenangan "buruk" itu berubah jadi kepahitan. Untuk solusi yang satu ini sudah saya bahas di sini, berbicara bahwa kita harus punya hati yang besar.

Jadi pada saat kenangan yang tidak enak itu sudah beres, artinya kita sudah menerima "Masa Lalu" dengan baik, meski realitasnya tidak menyenangkan. Kita tidak lagi mengubur sebuah pengalaman untuk dilupakan, melainkan menerima bahwa pengalaman itu sudah berlalu. Jika demikian artinya kita tidak harus sampai melupakan, karena fakta Masa Lalu turut andil membentuk kita yang sekarang, setuju? Karena tanpa Masa Lalu, belum tentu kita akan menjadi diri kita yang sekarang.

Kemudian apakah yang namanya Masa Lalu itu harus benar-benar ditinggal di belakang? Jawabannya juga tidak selalu begitu, karena ada juga Masa Lalu yang tiba-tiba datang menanti kita di depan. Jadi maksudnya bagaimana tuh? Apakah kenangan lama kembali datang? Kalau meminjam istilah romansa, apakah cinta lama bersemi kembali itu benar adanya? Jawabannya bisa benar dan tidak, tergantung dari masing-masing kita menyikapinya.

Andai ada Masa Lalu yang kembali datang, idealnya itu bukan sebagai Masa Lalu, karena Masa Lalu itu pengertiannya sangat jelas, sudah berlalu dan tidak akan berulang kembali. Mungkin ada kata lain yang lebih tepat untuk menggambarkan, bahwa pengalaman itu belum selesai, terjadi pada waktu dulu. Kemudian memasuki "Masa Tunggu" yang entah sampai kapan, jadi tidak ada yang tahu andai nantinya menjumpai kita kembali  di depan. 

Masa Tunggu? Istilah apa lagi tuh? Buatan saya sendiri saja, untuk menjembatani sebuah peristiwa yang terjadi secara unik. Masa Tunggu adalah ketika Masa Lalu akhirnya datang kembali, bisa dengan berbagai macam bentuk. Misalnya dalam pengalaman, apa langkah yang kita ambil, termasuk juga dengan hubungan dengan pribadi lain, ataupun mengalami perasaan yang berulang, meski kejadiannya sudah berbeda dengan dulu.

Untuk yang satu ini kita bukan saja menerima dalam tanda kutip, melainkan juga mengoreksi apa yang keliru di Masa Lalu. Secara kebetulan kesempatan itu datang dan masih ada, hingga kita bisa membetulkan kesalahan yang terlanjur terjadi. Jika demikian bentuk pengalaman ini bukan ditinggal di belakang, tapi tersimpan sejenak, untuk menjadi jalan yang harus kita lalui kembali nantinya.

Kemudian ada juga yang namanya Masa Tunda, kembali lagi ini merupakan istilah buatan saya sendiri. Masa Tunda berbeda dengan Masa Tunggu, karena secara ideal belum ada cerita, alias belum pernah terjadi dalam tanda kutip. Ibaratnya seperti sebuah cerita baru, tapi tidak sepenuhnya baru, karena ide untuk cerita itu sudah muncul sejak lama, tapi dalam kenyataan tidak atau belum pernah terjadi.

Masa Tunggu itu pernah punya cerita yang benar-benar terjadi, tapi harus berhenti pada satu titik, kemudian cerita itu bisa "berlanjut" lagi di Masa Nanti. Agak lain dengan cerita Masa Tunda yang belum pernah terjadi, meski kesempatan pada waktu lalu itu sesungguhnya ada, tapi seakan terlewat ditinggal oleh waktu.

Masa Lalu adalah pengalaman yang sudah selesai, termasuk di dalamnya ketidakjelasan yang mungkin saja buat kita bertanya-tanya dalam benak. Seterusnya ada pula Masa Tunggu, tentang kejadian dari Masa Lalu yang kembali datang. Kemudian ada pula Masa Tunda, sebuah cerita yang tidak kesampaian terjadi pada waktu lalu, akhirnya bisa tersaji untuk kita jalani di Masa Kini.

Jadi antara Masa Lalu, Masa Tunggu dan Masa Tunda, semuanya itu sudah terjadi (hari kemarin). Berbeda dengan Masa Kini (hari ini), yang justru lebih penting kita perhatikan, sebagai persiapan untuk menuju Masa Nanti (hari esok).

Salah satu nasehat penting bagi kita semua adalah tentang jangan menoleh ke belakang. Hal ini cukup penting juga untuk kita sadari, karena menoleh itu bicara tentang pandangan kita. Apakah hanya mau diam dan menatap hari kemarin? Meski kenangan yang lalu itu rasanya terlalu indah untuk dilepas. Atau bergerak dan menyongsong hari esok? Bertumpu pada imajinasi kita tentang keyakinan, untuk kita jemput dalam realitas yang sebenarnya.

Jadi secara ideal pandangan kita tetap harus ke depan, karena kita ada di Masa Kini untuk menuju Masa Nanti. Ibarat membawa kendaraan, tentu pandangan kita harus fokus ke depan, agar bisa selamat sampai tujuan tanpa celaka. Bisa saja menoleh ke belakang tapi momentum itu sangat terbatas, seperti melihat kaca spion untuk berpindah jalur dengan aman. Atau ada perseneling mundur, fungsinya hanya untuk parkir, atau mundur sedikit guna berganti arah, bukan jalan mundur ke arah belakang.

Tapi jangan lupakan pula sebaliknya, adapula beberapa orang yang terjebak dalam Masa Nanti. Alias selalu menetap hari esok, tapi lupa bahwa dirinya sedang ada di hari ini di Masa Kini. Misalnya larut tenggelam dalam imajinasi, menikmati suasana baik yang berulang kala itu terjadi. Kemudian jadi lupa melakukan yang seharusnya dilakukan, untuk beraksi dalam pengertian yang sebenarnya, karena sedang amnesia bahwa waktu terus berjalan. 

Untuk kasus yang satu ini (terjebak dalam Masa Nanti) cukup jarang terjadi, ketimbang mereka yang terjebak Masa Lalu. Tapi sama juga berbahaya, karena artinya kita tidak melangkah di Masa Kini, karena sebatas terus berangan-angan saja tanpa bertindak. Xp

Lepas Masa Lalu, bertindak di Masa Kini, untuk bergerak ke Masa Nanti. Tahapan sederhananya demikian, seperti pola (dari-oleh-untuk), dari hari kemarin, oleh hari ini, sampai untuk hari esok. :D

Masa Lalu dan Masa Kini?
Dua-duanya itu bagian dari kita.
Bedanya yang satu sudah lewat, yang satu lagi terjadi detik ini.
:D