Sabtu, 03 Juli 2021

Zona (Tidak) Nyaman


Untuk kali ini langsung saja, karena ceritanya cukup singkat terfokus. :D

"Kita harus keluar dari zona nyaman!!!" seru sebagian kalangan, tatkala sedang berupaya membangun semangat. Arahan itu umumnya datang ketika dihadapkan pada sebuah pilihan, tentang kita yang harus melangkah ke dalamnya.

Teori yang berlaku adalah bahwa kita jangan hanya diam di zona nyaman. Alasannya karena zona nyaman tidak akan membuat kita bergerak dan tidak berkembang, karena berdiam dan terjebak pada satu titik, karena sudah terlanjur membuat kita nyaman, apakah demikian?

Jawabannya relatif, untuk zona atau wilayahnya memang bisa serupa, yaitu sebuah keadaan yang membuat kita atau seseorang menjadi nyaman. Satu kondisi ideal yang banyak dan ingin dicapai oleh banyak orang, bisa bermacam-macam bentuknya, entah kepuasan, kecukupan, kebebasan dan lain sebagainya.

Tapi ceritanya bisa berbeda jika menyangkut dengan orangnya, tentang gambaran nyaman dari masing-masing kita. Hal ini yang menyebabkan nilai kenyamanan sangat relatif. Ambil contoh terjadi pada kondisi A, seseorang yang sudah cukup puas dan nyaman dengan pencapaian hidupnya. Pada kondisi yang sama, pencapaian tersebut tidak atau belum memuaskan si B, hingga perlu tetap berjuang untuk mencapai titik kenyamanan yang diinginkan. Bisa ditangkap perbedaannya?

Nilai Tujuh Puluh (70), bagi si A sudah lebih dari cukup, hingga merasa nyaman dan justru menikmati nilainya tersebut. Sementara nilai Tujuh Puluh (70) yang sama, bagi si B masih belum cukup, karena standart atau titik tujuan yang diinginkan berbeda. Keadaan itu berlaku bagi tiap-tiap orang dan bisa berbeda satu sama lain. Bahkan jadi tidak ideal andai seluruhnya ingin diseragamkan, kenapa? Karena andai demikian, maka titik tujuan jadinya penuh dengan unsur pemaksaan, hingga semua orang harus punya titik tujuan sama.

Pemaksaan nilai? Maksudnya bagaimana? Misalnya mulai banyak yang menentukan, bahwa nilai sekian dianggap sebagai batas keberhasilan. Jika seseorang belum sampai pada batas itu (nilai yang ditentukan), maka dianggap gagal. Sepertinya fakta itu memang terlalu memaksakan standart, padahal idealnya setiap orang punya standart sendiri, tidak perlu harus sama dengan yang lain.

Hendaknya setiap orang bekerja, jika tidak janganlah dia makan. Pepatah itu sudah cukup menggambarkan hukum alam bagi kita yang hidup di dalamnya. Kemudian cara dari tiap-tiap orang, selain dari pada titik tujuan yang tadi disebut, tentu akan berbeda juga dalam realitas. Banyak macam tentunya jenis dari pekerjaan yang dilakukan, dimulai dari yang formal sampai yang informal sekalipun.

Secara urutan, maka seseorang akan bekerja dan mendapat upahnya. Cara bekerja tiap orang juga bermacam-macam, ada yang kerja secara giat, punya banyak sampingan atau yang lain-lain. Perbedaan itu ikut menentukan hasil yang didapat, hingga tiap-tiap orang akan berbeda pula dalam pencapaian, untuk menentukan titik keberhasilan masing-masing.

Ada satu hukum alam manusia yang tidak tergantikan sejak dulu, yaitu kemampuan untuk bertahan hidup. Kondisi inilah yang memaksa seseorang untuk giat bekerja, ada istilah kasar yang tepat menggambarkan, ketika seseorang bekerja untuk "Menyambung Hidup."

Hidup? Nah di sinilah sesungguhnya zona nyaman dari masing-masing kita. Kapan dan di mana? Saat kita merasa HIDUP sungguhan? Ini yang penting, karena pada saat hidup itu, kita sedang menyadari keberadaan kita, di mana dan apa yang kita kerjaan, setuju?

Keluar dari zona nyaman? Untuk apa? Bukankah kita semua justru sedang mencari titik zona nyaman tersebut? Yang lebih tepat pada satu waktu, kita bisa saja mulai tidak nyaman dengan posisi kita sekarang. Satu posisi yang sebetulnya kita anggap cukup nyaman sewaktu dulu, tapi mulai berubah karena kebutuhan lain, hingga perlu bergerak dan keluar, selanjutnya? Tentu mencari titik baru sebagai ukuran kenyamanan selanjutnya.

Tiba-tiba saja saya jadi ingat kutipan terkenal, bahwa Pencipta tahu yang kita inginkan, tapi apa yang kita butuhkan itu lebih penting, ada amin? 0:)

Zona nyaman? Itu tempat tinggal ideal, bukan justru ditinggalkan. :D