Selasa, 17 Agustus 2021

Arsip Nusantara



Saya pernah bercerita tentang dongeng tetangga di sini. Pada tulisan itu mengangkat satu sejarah, menggunakan perumpamaan tentang tokoh, serta nama daerah fiktif yang menyerupai. Pada intinya menekankan, bahwa sejarah resmi itu dibuat oleh anak bangsa sendiri, bukan yang  dibuat dari warga dari bangsa lain, setuju?

Jika pada tulisan itu saya menyerempet tentang satu buku sejarah, maka kali ini juga agak mirip. Saya akan mengangkat sepotong sejarah yang ada, karena pada faktanya belum pernah menjadi buku utuh. Kejadiannya di mana? Tidak perlu lagi disamarkan, karena terjadi di tanah air kita sendiri, serta kali ini tidak menyerempet tentang keyakinan banyak orang. :D

Sejarah itu tentang apa dan bagaimana sebuah peristiwa terjadi, sebagai dokumentasi beberapa pihak, pada khususnya yang berkepentingan. Berbeda dengan zaman sekarang, pada zaman dahulu kala itu, dokumentasi itu hanya dari tulisan saja, atau dari sebuah sketsa gambar saja, karena memang teknologi belum semaju sekarang. Atau belum semaju di abad kedua puluh, ketika teknologi mulai bisa mengabadikan suara, melalui radio dan sejenisnya, atau sudah ada teknologi fotografi.

Untuk cerita sejarah di Nusantara, memang hanya terbatas di pelajaran buku sejarah sekolah dasar saja. Bahkan menurut beberapa pihak, banyak peristiwa yang sengaja disembunyikan, karena hukumnya sebuah sejarah dituliskan oleh pihak yang menang. Hal demikian bisa saja terjadi, rangkuman sejarah yang dibuat seketika dalam satu waktu, langsung mengangkat segala cerita dari berbagai zaman. Bahasa kasarnya tidak terjadi secara alamiah, karena bukan ditulis sesuai dengan zamannya masing-masing.

Apa saja kitab-kitab yang kita ingat dan ada di sejarah wilayah Indonesia? Sudah bisa menebak? Contohnya saja Kitab Negarakertagama, Kitab Paraton, dan lainnya. 

Contoh juga ketika Raffles mendapat laporan dari warga dan pasukan, tentang keberadaan sebuah candi tertimbun dalam tanah. Beliau dikabarkan juga mengubek-ubek sejarah, hingga yakin memang ada sebuah candi besar di sana. Jadi sumber si Raffles itu memang berdasarkan arsip yang dituliskan, bukan bermodalkan imajinasi belaka. Hingga akhirnya nama itu yang tercatat sebagai penemu candi Borobudur.

Ada dua potongan sejarah yang terjadi sesuai peristiwa, tentang keruntuhan dua kerajaan besar di masa lampau. Kemudian ada satu sejarah yang masih belum jelas bagaimana peristiwanya, tapi meninggalkan banyak cerita (juga). Kita kupas saja bahwa sebetulnya negeri kita ini juga punya wahyu sendiri, tidak kalah dengan bangsa-bangsa di Timur Tengah nan jauh di sana.

Versi Pertama adalah Jangka Jayabaya, setelah ditelusuri banyak sumber, ternyata yang menulis itu bukan dari raja yang bersangkutan, yang konon memimpin kerajaan Kediri pada masa emas dan jaya. Jadi siapa tuh yang menulis? Kemungkinan dari Pangeran Wijil yang berasal dari Kadilangu, daerah kekuasaan Demak. Salah satu sumbernya dikatakan berasal dari tulisan yang namanya Kitab Asrar atau Musarar.
Liputan6.com

Jadi untuk Jangka Jayabaya ini, peristiwanya masih gelap, alias belum jelas bagaimana kejadiannya. Tapi bisa saja ternyata memang tulisan itu dibuat oleh salah satu tokoh kerajaan. Misalnya saja karena keluhuran budi pekerti yang dimiliki, seperti mendapat sebuah "inspirasi" untuk menuliskan karya yang pertama. Kemudian ditulis ulang oleh pihak-pihak lain, hingga kita membaca arsip sejarah tersebut versi sekarang, kemudian ada versi-versi lainnya juga, terutama tentang tema Satria Piningit.

Kerajaan Kediri sendiri runtuh digantikan oleh kerajaan Tumapel pimpinan Ken Arok. Kala itu tidak ada catatan khusus, karena terjadi secara alamiah, pihak yang kalah sudah pasti menyerah pada pihak yang menang. Cerita berbeda justru berlaku pada dua peristiwa lain, sebagai potongan sejarah yang sangat jelas bagaimana sebuah peristiwa terjadi. Tentang runtuhnya kerajaan Pajajaran dan Majapahit.

Versi Kedua itu adalah Uga Siliwangi, peristiwanya cukup jelas digambarkan dan diceritakan. Berbicara mengenai keruntuhan Kerajaan Pajajaran, ketika berperang dengan musuhnya kesultanan Banten. Bahkan dari sejarah musuhnya sendiri, kemenangan itu diraih ketika berhasil mengangkut batu, yang digunakan untuk menobatkan seorang raja (Watu Gilang Banten).
detiknews.com

Nah dari cerita yang ada, kejadiannya itu pada saat sang raja menyingkir dari pusat kerajaan, bertahta di daerah sebelah barat dari Pakuan (Bogor) sebagai ibu kota kerajaan. Pada saat itu Rajanya yang bernama Suryakencana membuat sebuah pengakuan, mengarahkan pengikutnya hendak mengambil jalan yang mana. Membebaskan mereka untuk menentukan nasibnya masing-masing. Ucapan itu yang dituliskan sebagai Uga Siliwangi, lengkapnya di sini.
Suryakencana - Gunung Gede

Sudah cukup jelas bukan? Peristiwanya? Bahkan kepada mereka yang melarikan diri ke Barat, identitas mereka konon masih ada sampai sekarang. Mereka dikenal sebagai suku Baduy, yang dari ceritanya masih memegang keyakinan Sunda Wiwitan.

Versi Ketiga itu adalah Serat Darmogandul, ditulis oleh Kalamwadu di era tahun 1900an. Selain dari beberapa pengetahuan sejarah, baik yang tidak tertulis, maupun yang tertulis. Salah satunya konon berasal dari tulisan Babad Kediri, termasuk pula kumpulan sejarah Babad Jawi di tahun 1700an. Salah satu bunyi yang terkenal adalah cerita tentang keruntuhan Majapahit, kronologi lengkapnya (termasuk silsilah keluarga raja terakhir, anak & istri) dari cerita turun menurun bisa dibaca di sini

Kejadiannya itu ketika Raja Majapahit menyingkir dari daerah kekuasaannya, karena berperang lawan Demak pimpinan anaknya. Kenapa anak bisa memerangi ayahnya? Tidak ada yang tahu. Mungkin saja karena pengaruh dari keyakinan yang dianut anaknya, hingga mendirikan kerajaan sendiri, setelah meminta "bantuan" dari sang ayah, sebelum melakukan pemberontakan. Atau bisa juga karena sakit hati, mengetahui ibunya sebagai permaisuri raja, tapi dibuang ke Palembang karena sudah ada permaisuri baru, sebuah tradisi yang kala itu lumrah tapi jadi kurang bijak di masa kini. 
kumparan.com

Mereka sudah berada di Blambangan (Banyuwangi), siap menyeberang untuk meminta bantuan ke Bali. Tapi pada akhirnya ada tokoh spiritual yang berhasil memengaruhi Raja, untuk menyerah dan berdamai ketimbang berperang. Konon kala itu Sang Raja yang bernama Raden Kertabhumi, dengan gelar Brawijaya itu akhirnya "ngalah" dan berpindah agama, tujuannya untuk meredam peperangan, hingga mengajak Penasehatnya untuk ikut. Tapi Sang Penasehat menolak, hingga membuat pengakuan yang kita kenal sebagai Serat Sabdo Palon itu, bunyi lengkapnya ada di sini.
Trowulan - Bajang Ratu

Pengakuan yang keluar itu hampir mirip dengan versi Uga Siliwangi, tentang adanya penolakan untuk "menyerah" kepada musuh. Ada salah satu kalimat yang cukup penting sebagai tanda, bahwa kelak Gunung Merapi menggelegar, kemudian mengeluarkan lahar berbau busuk ke arah barat daya. Sebuah ramalan yang sudah terjadi, kita lihat saja peta, arah barat daya dari puncak Merapi itu wilayah mana? Kemudian kita buka lagi berita tentang erupsi gunung tersebut di tahun 2010 di sini.

Bahkan kutipan Sabdo Palon mungkin juga jadi inspirasi sebuah film, ketika berkata akan kembali 500 tahun lagi. Sudah pula saya tuliskan di sini, berjudul Dongeng Inspirasi, ketika mengupas sedikit cerita tentang film Raya & The Last Dragon. Dengan ilmu cocoklogi secara kebetulan, tentang tokoh utama Naga yang sudah tidur 500 tahun dan terbangun. Xp

Jika demikian, tentunya kita juga punya sejarah sendiri bukan? Bahkan ada pengakuan dari zaman dahulu kala, akhirnya kejadian juga di masa sekarang. Tidak kalah dengan sejarah versi Timur Tengah, mereka punya dua versi kitab dengan pengikut yang paling besar di dunia. Kemudian andai ada kejadian penting, tentu terjadinya di sana juga, hingga penting sekali kita memahami sejarah ditulis di mana, di situ pula akan kejadian, bukan di ujung belahan bumi yang lain. Itulah maksud dari tulisan Dongeng Tetangga tadi di sini (sekali lagi). :P

Kalau tafsiran saya sendiri tentang sejarah yang tertulis di atas, ketiga versi itu punya tujuan yang berbeda satu sama lain, tapi pastinya saling melengkapi. Misalnya versi Jayabaya lebih mengangkat gaya hidup rakyat di masa nanti, sementara Siliwangi lebih menekankan tentang siapa penguasa yang akan datang, kemudian Sabdo Palon lebih menekankan tentang nilai spiritual yang akan kembali nantinya.

Pada akhirnya karena kita hari ini merayakan kemerdekaan Indonesia, boleh juga kita angkat sebagian alinea penting (Versi Siliwangi), karena bisa jadi berhubungan. Potongan alinea itu sudah saya unggah di Instagram, dengan perwakilan foto bendera Merah Putih kekinian, dari layar handphone. Xp

Burung menetaskan telur di ujung laut utara? Bisa ditafsirkan ketika pasukan Sekutu menjatuhkan bom atom ke Jepang, melalui pesawat tempur.

Penguasa dari orang biasa, ibunya seorang putri pulau Dewata, siapakah dia? Tentunya Bapak proklamator kita, Pak Soekarno.





Update 2022 =
Ada sebuah (tanda) data dari peringkat film, terlaris s/d tahun 2022 sekarang ini, untuk semua kategori lokal dan internasional. Perhatikan judul film peringkat dua (sekarang) KKN, kemudian selanjutnya naik ke peringkat satu sebagai puncaknya (nanti) endgame. Xp

Penguasa itu akan menjadi tumbal, tumbal untuk perbuatannya sendiri, kapan waktunya?


Siapa tuh penguasa yang jadi idola banyak rakyat? 
Hingga dipercaya kedatangannya bakal bawa mujizat? 
Alias didewakan karena pamornya yang sudah seperti artis. 
Jadinya punya banyak penggemar (fans) garis keras. 
Sebagian mau kontra tapi udah terlanjur jadi penggemar militan.
Xp


Nusa Jaya, jaya deui. Sabab ngadeg ratu adil, ratu adil nu sajati.
Tapi ratu saha? Ti mana asalna éta ratu? Engké ogé dia nyaraho. 
Ayeuna mah, siar ku dia éta budak angon!