Sabtu, 07 Agustus 2021

Analogi (Casing) Manusia


Casing Manusia? Wih, emanknya handphone?
Bukan,kan itu sekadar buat analogi aja.
:D

Sebagai manusia tentu kita harus mengenal bagian tubuh kita sendiri, setuju? Itu adalah hukum dasar yang seharusnya kita semua tahu. Jadi untuk itulah tulisan ini ingin membahas hal tersebut, agar kita mudah menangkap cara kerja tubuh kita, jadi tidak hanya tahu makan minum tidur bangun, terus buang air kecil dan besar saja. :P

Tubuh kita ini sebagai manusia, ibaratnya seperi casing bagi diri kita sendiri. Lapisan terluar adalah kulit, dengan berbagai tingkat warna yang beragam. Terus melalui hidung, kita akan bernapas menghirup udara. Kemudian dengan mulut, kita akan makan dan minum. Kedua bagian tubuh inilah yang penting bagi kita, sebagai tempat masuk resmi dalam tanda kutip, untuk ketiga zat, yaitu cair padat dan gas.

Analogi yang mau saya angkat? Anggap saja tubuh kita itu seperti sebuah Rumah. Kemudian apa yang membuat kita hidup? Tentunya Jantung yang berdetak tanpa henti, hingga membuat Tubuh kita berfungsi sebagaimana mestinya, tidak mati. Kemudian kita ibaratkan juga, bahwa Jantung itu seperti Generator penting di dalam rumah, hingga bisa mengalirkan listrik, serta membuat rumah jadi hidup dengan lampu-lampu penerangan, sudah mengerti maksudnya? Lanjut di bawah.

Bedanya Rumah dengan Tubuh itu apa? Kalau Rumah biasa itu bukan sebuah mahkluk hidup, meski tanpa ada listrik yang mengalir di dalamnya, maka Rumah akan tetap bisa berdiri. Sementara bagaimana dengan Tubuh? Andai Jantung berhenti berdetak, maka dalam waktu tempo sesingkat-singkatnya, maka Tubuh manusia akan mati. Kemudian sesudah mati, secara almiah tubuh akan membusuk dimakan mikroorganisme, kenapa bisa begitu? Karena manusia itu mahkluk hidup, tapi sudah mati dan jadi santapan "mahkluk hidup lain."

Sudah menangkap perbedaannya? Nah jadi selama hidup, Rumah yang bernama Manusia itu punya aliran listrik yang disebut aliran Darah, dioperasikan oleh Generator sebagai simbol Jantung. Untuk bisa menggerakan alat itu, maka manusia perlu bernapas, andai bisa menahan napas, yah itu sangat terbatas sekali, tidak mungkin dalam hitungan jam. Kalau pakai analogi Rumah, anggap saja Hidung itu seperti jendela, tempat udara keluar masuk.

Manusia bernapas dari Hidung langsung ke Jantung? Bukan seperti itu, karena ada beberapa tahapan. Dari Hidung, udara akan memasuki Paru-Paru, nah dari sana udara ditukar, antara Karbondioksida (sisa-sisa pembakaran metabolisme) dengan Oksigen, untuk masuk ke dalam aliran Darah, termasuk membawa Oksigen ke Jantung. 

Kalau organ tubuh pertukaran udara itu adanya di Paru-Paru, maka anggap saja analoginya itu seperti kipas angin atau AC dan sejenisnya, berhubungan dengan udara. Atau ada contoh yang mendekati, yaitu kompresor AC, karena cara kerjanya juga mirip, menghisap udara di sekitar, kemudian menggantinya dengan udara bersuhu panas, tujuannya untuk menjaga suhu ruangan di dalam Rumah tetap sejuk.

Jadi jalurnya itu seperti lorong angin, sebelum masuk ke dalam kabel utama. Nah di sana pasti ada alat, berupa lubang kecil seperti baut dan sejenisnya, tempat udara itu keluar masuk. Kalau di organ tubuh kita itu namanya Alveoli, sebagai tempat pergantian udara. Konon di bagian inilah penderita Covid mengalami infeksi, hingga menghasilkan lendir berlebih, sebagai limbah sisa peperangan sistem kekebalan tubuh dan virus. 

Ibaratnya andai lubang kecil itu mengalami hambatan, udara tidak bisa masuk dan keluar secara normal, bahkan bisa saja tertutup karena lendir yang kental berlebihan tersebut. Kalaupun gejala sesak napas tidak dirasakan, kemampuan lubang itu mengalirkan Oksigen ke dalam darah jadi jauh berkurang, imbasnya tidak terasa secara langsung, tapi dengan efek yang sama berbahaya. Kenapa bisa begitu? Karena tidak tersedianya bahan bakar yang cukup di kabel utama (aliran Darah), hingga generator (Jantung) terganggu, tapi pastinya didahului oleh kesadaran pemilik rumah. Andai kekurangan Oksigen dalam darah, pasti berpengaruh pada kesadaran, atau bisa saja tiba-tiba tidak sadar, alias pingsan.

Nah aliran darah itu mengelilingi seluruh tubuh manusia, anggap saja sebagai kabel utama yang mengaliri listik seisi rumah. Posisinya itu ada di balik seluruh tembok, kemudian punya banyak stop kontak, tujuannya? Untuk membuat beberapa alat penting berfungsi, misalnya Jantung tadi sebagai generator rumah, serta otak yang digambarkan sebagai CCTV memantau seisi rumah. Jadi penting sekali untuk kita semua bernapas, karena itu sebagai simbol kehidupan. Menghirup oksigen sebagai bensin atau bahan bakar gas, agar generator (Jantung) bisa berfungsi.

Bahan bakar udara (Oksigen) yang masuk akan terbawa di kabel utama (aliran Darah) menuju Generator (Jantung), hingga organ penting ini akan bekerja tanpa henti, sebagai salah satu keajaiban Pencipta. Kemudian mengalirkan Oksigen itu ke beberapa organ penting yang lainnya, termasuk Otak.

Hampir sama tapi berbeda, berlaku juga untuk mulut, yang bisa diibaratkan sebagai pintu utama rumah. Tempat kita makan dan minum, tertelan masuk ke dalam tenggorokan, kemudian lambung, untuk seterusnya menuju usus kecil dan diserap tubuh di sana, sisanya akan masuk ke usus besar. Nah jalur pencernaan ini juga penting, tapi sifatnya tidak segenting pernapasan, kenapa? Karena manusia masih bisa bertahan hidup, meski tanpa makan dan minum selama beberapa hari. Sementara bernapas? Rekor paling lama tidak bernapas itu hanya 24 menit saja (buka Google). :P

Jalur Pernapasan Udara > Hidung - Tenggorokan - Trakea - Paru2 - Alveoli (Pertukaran Udara berasal dari darah yang mengalir di Alveoli).

Jalur Pencernaan Makanan & Minuman > Mulut - Tenggorokan - Kerongkongan - Lambung - Usus Halus - Usus Besar (Penyerapan Nutrisi makanan dan minuman melalui dinding pembuluh darah di Usus Halus).

Dua jalur itu adalah yang terpenting, antara pernapasan (Buka 24 jam), serta pencernaan (2-3x sehari). Serta banyak organ-organ penting di tubuh kita yang lain, seperti Otak, Ginjal, Tulang dan lain-lain. Jadi tidak semua akan dibahas, karena kita akan mengambil contoh pentingnya saja, tujuannya agar kita mengerti, khususnya jika berangkat dari situasi pandemi sekarang. Tangan saya gatal untuk menuliskan ini, tentang perbedaan beberapa solusi untuk memagari tubuh kita dari virus.

Virus Corona sedang eksis melakukan tur keliling dunia, keberadaannya hanya bisa dideteksi oleh sebuah alat. Namanya itu Tes Swab PCR, caranya dengan mengambil lendir di belakang hidung dan mulut. Nah jika dianalogikan sebagai rumah, maka alat ini hanya mengambil "debu" di wilayah ruang tamu, yang sangat dekat dengan jendela dan pintu utama. Jadi sebetulnya yah masih 50-50, karena belum resmi masuk ke Paru-Paru.

"Kalau saya banyak minum air saja mas, jadi andai virusnya masuk langsung turun ke perut, gak masuk paru-paru" ucap tukang cukur, mengemukakan alasan yang sederhana dan sangat bisa diterima secara logika.

Tes Swab selain jenis PCR juga ada yang namanya Antigen, "debu" yang diambil memang sama, tapi diprosesnya berbeda. Cara kerjanya itu hanya mendeteksi tiga jenis debu saja, alasannya karena tiga jenis itu banyak ditemukan di mayoritas penderita Covid Positif. Tapi intinya masih sama, debu yang diambil itu masih berada di Ruang Tamu bagian depan, dekat dengan Pintu Utama dan Jendela.
Homecare24

Bagaimana dengan Tes Darah? Atau yang dikenal dengan Rapid Test? Nah jenis tes ini menggunakan darah sebagai ukurannya. Di dalam aliran darah inilah, zat Antibodi dan Sel-T Pembunuh berpatroli, setiap saat dan setiap waktu apabila dibutuhkan. Hubungannya dengan virus itu bagaimana? Jawabannya karena ada sebagian virus yang "lolos", oleh karena "kejeniusan" virus buatan ini. Entah itu bermutasi atau bersembunyi, serta mampu mengecoh sistem kekebalan tubuh, hingga kemudian berhasil masuk ke dalam jalur aliran darah.

Tentang Rapid Test ini, cara kerjanya hanya mendeteksi zat Antibodi yang ada di dalam darah kita. Serupa dan Sama, serta hanya beda sebutan saja. Ternyata jenis tes ini tidak lain dan tidak bukan, merupakan jenis tes yang sama pula dengan tes HIV. Tentang tes HIV ini dongengnya sudah saya bahas di sini. Maksud dari tulisan itu agar kita tidak terlalu parno, karena Tubuh (Rumah) kita sebagai Manusia itu sifatnya Holistik, semuanya terhubung dan tidak bekerja sendiri-sendiri.

Zat Antibodi dan Sel-T Pembunuh berpatroli apabila dibutuhkan? Maksudnya bagaimana? Maksudnya itu andai sudah tidak dibutuhkan, alias selesai bertugas (virus sudah kalah), maka mereka akan kembali ke basecamp. Kembali ke kandang hanya berlaku pada Sel-T Pembunuh, sementara Antibodi akan dimakan oleh Makrofag (Jumlah mereka menurun), untuk bersih-bersih jalur peredaran darah. Kenapa bisa begitu? Karena Antibodi itu sejenis senjata yang digunakan oleh sistem kekebalan tubuh, jika nantinya ada virus baru lagi yang masuk, maka senjata Antibodi akan keluar (lagi), diproduksi oleh Sel-B.

Nah dari penjabaran di atas tadi, kemungkinan orang-orang yang masuk kategori OTG, yang tanpa gejala adalah mereka yang jalur peredaran darahnya bersih dan aman. Sementara yang punya gejala "umum" mungkin saja ada virus yang berhasil lolos, hingga perlu diperangi secara mikro (juga) di dalam darah, termasuk di titik-titik dekat jalur pertukaran udara, sebagai tempat peperangan besarnya (makro). Tempat pertukaran udara itu seperti lubang kecil, serta berjumlah sangat banyak, hingga banyak sisa peperangan berupa limbah lendir banyak pula berserakan di sana.

Saya juga menulis tentang solusi untuk mengeringkan lendir tersebut di sini, berbicara tentang kejaiban perubahan zat yang bisa terjadi. Secara alamiah, maka pada saat kita batuk atau bersin, hal itu merupakan mekanisme dari pertahanan tubuh, untuk mengenyahkan virus dan bakteri keluar dari tubuh. Andai banyak lendir atau cairan di paru-paru, maka pergerakan itu bisa terjadi melalui reaksi batuk. Tapi tentang tulisan tadi itu, saya lebih mengutamakan bahwa kita perlu menghirup udara panas, lebih efektif ketimbang berjemur menghangatkan tubuh.

Hidung menghirup udara panas > Analoginya seperti membuat saluran khusus dari jendela, agar udara panas sampai di lubang pertukaran udara, efeknya secara langsung agar cairan dan lendir kental dapat menguap dari sana (kering).

Tubuh berjemur di matahari > Analoginya seperti terik panas matahari diarahkan ke segala sudut rumah, tapi hanya sekadar tembok sisi luar saja yang berpengaruh, termasuk adanya vitamin D yang diserap kulit, tapi dalamnya bagaimana? Biasanya karena kepanasan, pastinya kita akan berteduh di dalam rumah. :))

Kalau hanya soal memanaskan tubuh, justru lebih ngaruh berendam air panas.
Tubuh direndam dalam air bersuhu panas > Analoginya seperti rumah yang diguyur oleh hujan, airnya cenderung panas. Lebih berimbas secara langsung, karena ada kontak langsung, hingga suhu tembok luar rumah langsung berubah drastis. Sebatas melancarkan jalur peredaran darah saja (aliran listrik), yang lokasinya ada di otot di bawah kulit.

Masih lebih mending itu konsumsi cairan yang bersuhu panas.
Mulut menelan air hangat cenderung panas > Tujuannya menghangatkan jalur pencernaan. Karena sudah berada di dalam tubuh, sedikit banyak kemungkinan akan berpengaruh dengan jalur pernapasan yang bersebelahan, masih lebih agak efektif ketimbang panas di luar (kulit).

Bagaimana dengan Vaksin? Nah metode konvensional (tradisional) pencegahan ini adalah terbuat dari virus yang sudah dilemahkan. Ada juga metode baru yang canggih bernama mRNA, caranya dengan mengambil struktur DNA dari virus. Tapi keduanya punya tujuan sama, agar sistem kekebalan tubuh langsung bisa perang dan menang secara mudah. Tapi secara logika lokasinya berada di dalam darah, hingga gejala yang dirasakan penderita tidak parah, andai apes terkena "debu" positif dari virus tersebut. Kemudian karena sudah mendeteksi jenis virus tersebut, jadi sistem imun tubuh sudah tidak kewalahan lagi, andai bertarung di medan perang (Alveoli), imbasnya? Lendir yang muncul juga tidak terlalu parah.
suara.com

Kalau diibaratkan pakai analogi Rumah tadi, vaksin itu mungkin seperti alat peredam debu, yang sengaja disatukan ke dalam kabel utama tadi. Jadi andai debu (virus) yang sesungguhnya masuk melalui jendela, tegangan listrik (kesehatan) tidak akan parah naik turunnya. Imbasnya beban kerja Sekering Listrik sudah jauh berkurang, karena sistem pertahanan tubuh kita sudah punya ingatan, tentang jenis debu dan virus yang harus dikalahkan.

Sekering Listrik itu mungkin bisa sebagai penggambaran sistem pertahanan tubuh kita, atau istilahnya imun. Dari analogi jika Sekering Listrik gagal bekerja, maka akan menimbulkan hubungan arus pendek listrik, imbasnya akan terjadi kebakaran. Kalau bekerja dengan baik dan ternyata ada masalah, maka listrik akan terputus secara otomatis.

Begitu juga dengan cara kerja imun kita sebagai pertahanan tubuh. Gejala sakit seperti demam, tidak enak badan, pusing, itu sesungguhnya digambarkan sebagai mekanisme tubuh menyebuhkan diri. Termasuk pula dengan contoh yang disunggung tadi, tentang hal yang sepele seperti batuk dan bersin. Artinya sistem imun kita bekerja dengan baik. 

Istilahnya kalau pakai analogi rumah tadi, mungkin aliran listriknya sedang dikurangi, hingga tegangan jadi naik dan turun (tidak stabil). Kenapa? Jawabannya untuk tetap menjaga fungsi Generator (Jantung) tetap bekerja, karena tidak mungkin bukan? Jika aliran darah langsung diputus seperti Sekering beneran, jika demikian seperti terapi kejut, saat tiba-tiba aliran darah dan jantung terhenti. :O

Jadi kita sudah membahas bagaimana Tubuh kita bekerja, serta agar lebih dipahami mengambil contoh sebuah Rumah. Hingga kita sampai kepada sebuah pepatah terkenal, di dalam Tubuh yang sehat, terdapat Jiwa yang kuat.