Sabtu, 29 Agustus 2020

Keajaiban Zat Pencipta (Cair - Padat - Gas)




Kali ini kita akan kembali pada pelajaran di Sekolah Dasar, sesuai dengan judul yang menuliskan tiga bentuk zat utama yang kita kenal. Berhubungan pula dengan situasi sekarang (kesehatan), antara yang sedang jadi masalah bagi satu dunia saat ini (2020), serta adanya pengalaman pribadi. Mungkin saja bisa jadi jalan keluar, berkaitan dengan hukum dari ketiga zat tersebut, sederhana namun terlupakan.

Tentu kita masih ingat, tentang bentuk ketiga zat tersebut, dibedakan atas cair, padat dan gas. Antara ketiganya bisa berubah-berubah dalam sebuah objek terbatas, seperti es batu dari padat menjadi cair, atau sebaliknya air yang didinginkan hingga membeku menjadi zat padat es batu. Lebih lengkapnya kita lihat nama proses perubahan, disertai contoh objek terbatasnya tersebut.


Cair
Berubah jadi Padat = Membeku (Es Batu)
Berubah jadi Gas = Menguap (Air Mendidih)


Padat
Berubah jadi Cair = Meleleh (Es Krim)
Berubah jadi Gas = Menyublim (Kamper)


Gas
Berubah jadi Cair = Mengembun (Embun)
Berubah jadi Padat = Mengkristal (Salju)


Bahkan ketiga zat itu sudah menjadi keseharian kita, misalnya makanan kita dalam bentuk Zat Padat, kemudian Zat Cair yang kita minum, keduanya masuk ke dalam saluran pencernaan. Sementara Zat Gas juga lebih penting, karena jadi nyawa selama kita hidup merasakan jantung berdetak, masuk ke dalam saluran pernapasan.

Nah jika berkaitan dengan masa sekarang, ketika sebuah virus menyerang manusia. Secara awam saya hanya melihat di bagian mana serangan itu terjadi, serta bagaimana daya tahan tubuh kita bereaksi. Setelah melihat berbagai sumber, ternyata "Medan Perang" antara Zat Asing tadi dengan sistem pertahanan tubuh adanya di Paru-Paru.

Jika fungsi Paru-Paru terganggu, maka akan berimbas pula dengan gejala lain, hukumnya demikian. Keluhan yang banyak didengar adalah kesulitan bernapas, dalam arti kita merasa sesak ketika menghirup udara. Kenapa jadi merasa sesak? Karena kantung udara di dalam Paru-Paru yang disebut sebagai Alveoli terganggu, hingga tidak bisa secara maksimal bekerja. 

Jumlah Alveoli konon ada dalam hitungan ratusan juta, secara bersamaan mengganti udara Karbondioksida dengan Oksigen. Bagaimana jika jumlah yang bekerja berkurang, 1/4 atau 1/3? Imbasnya udara yang terhirup juga berkurang. Ibarat normalnya paru-paru kita harus menghirup udara 100%, kemampuannya jadi berkurang jadi 75% atau 60%, tentu efek sampingnya oksigen yang terhirup jadi berkurang.

Penderita yang parah jadi tidak bisa bernafas secara normal, hingga dipasangi alat Ventilator, untuk mengirim udara secara "paksa" ke dalam organ penting tersebut. Gambaran normal idealnya kita mampu menghirup napas sangat dalam, yang membuat tubuh bagian dada kita akan mengembang saat udara masuk. Tapi jika "gerakan" itu terhambat, maka ada yang tidak normal di sini, kenapa? Karena kesadaran orangnya juga berkurang, hingga perlu dipasangi alat Ventilator tadi.

Gejala terkini yang ditemukan adalah "happy hypoxia", dalam arti orangnya tidak merasa sesak napas, tapi kemampuan bernapas orang itu yang menurun, hingga kadar oksigen dalam darah berkurang. Kurang lebih mirip dengan keadaan yang dijabarkan di atas, andai normalnya paru-paru kita harus menghirup udara 100%, tapi jadi berkurang sebagian. Intinya kembali lagi ke masalah utama tadi, ketika fungsi Paru-Paru tidak bisa bekerja optimal, untuk mengantar oksigen ke pembuluh darah.

Jika daya tahan tubuh kita bagus dan kuat, maka peperangan bisa dimenangkan tanpa ada gejala sakit sama sekali. Sebaliknya bagi mereka yang parah, menjadi kesulitan bernapas,  penyebabnya karena kantung udara tidak dapat bekerja maksimal. Alasan yang sudah diketahui, karena Alveoli (Kantung Udara) jadi basah, bermula dari tahap pertama ketika mikroorganisme di dalamnya langsung "memerangi" zat asing tadi. Andai oksigen dalam darah semakin menurun, maka akan berpengaruh pula pada kesadaran orangnya.

Pertarungan sistem kekebalan tubuh dikatakan akan meninggalkan jejak peperangan, berupa kuman bakteri dan virus sebagai sampah, "kotoran" itu terikat dalam bentuk lendir. Hal itu juga yang terjadi di dalam kantung udara, hingga kemampuan menarik udara jadi berkurang. Bahkan ketika Zat Antibodi dan Sel-T Pembunuh juga ikut maju ke medan peperangan, hal itu membuat isi Paru-Paru jadi lebih "basah" dengan lendir yang berserakan, hingga pertukaran udara di dalam pembuluh darah bisa macet, antara Oksigen dan Karbondioksida.

Sampai di sini saya tidak lagi membahas tentang apa dan bagaimana selanjutnya, karena bisa jadi sangat rumit dalam dunia kedokteran, tapi gejalanya sudah sangat jelas. Kemampuan bernapas orang yang terpapar zat asing tadi menurun, karena organ yang bertugas sedang "kebanjiran" limbah peperangan. Nah dari sini solusi awal tentang perubahan Zat Cair yang jadi masalah tadi bisa diredam, caranya? Mungkin dengan "dipanaskan" hingga menguap dan menghilang.

Saran dari banyak ahli memang masih searah, karena banyak dari kita akhirnya berjemur, tapi hal itu kurang efektif karena yang dipanaskan hanya tubuh. Lebih tajamnya kita justru harus bisa "memanaskan" organ tubuh kita, seperti banyak minum air panas, atau menghirup udara panas. Kalau minum dan makan jalurnya ke pencernaan, maka udara akan mengarah ke saluran pernapasan, kemudian yang berujung di "Medan Peperangan" Paru-Paru tadi.

Udara Panas? Memangnya bisa? Jawabannya bisa. Udara yang suhunya dibuat panas sebetulnya bisa dikondisikan, misalnya dalam bentuk uap, yang ternyata ada dua jenis. Pertama itu Uap Basah, bisa dilihat mata dalam bentuk uap berasap, seperti udara di atas air panas mendidih. Kedua adalah Uap Kering, udara jenis ini tidak bisa dilihat mata tapi bisa dirasakan panas, contohnya itu ada di alat pemanggang oven.

Keduanya juga punya efek yang berbeda, utamanya dalam perubahan zat yang kita singgung di atas. Jika Uap Basah (Asap) yang kita hirup, maka di dalam Paru-Paru akan terjadi proses mengembun menjadi air. Sebaliknya jika Uap Kering yang dihirup, maka di dalam Paru-Paru akan panas, hingga zat cair yang ada di sana justru akan menguap (kering). Sudah menangkap maksud perbedaannya? Tapi keduanya serupa dalam mengantar hawa panas ke dalam tubuh.

Penguapan yang paling dasar tentu bisa dilihat di lautan luas, ketika suhunya panas karena terpapar sinar matahari, maka sebagian airnya akan menjadi udara atau awan. Hal itu juga bisa diterapkan ke dalam tubuh kita, khususnya untuk menjaga Paru-Paru kita tetap sehat dan kering, serta menyediakan situasi dan kondisi ideal, agar sistem kekebalan tubuh bekerja maksimal. Ibaratnya ikut membantu mereka, dengan "menyapu" sisa-sisa sampah virus kuman di lendir, hingga menguap dan hilang. B)

Saya juga punya pengalaman mengenai kedua jenis Uap itu, antara Uap Basah dan Uap Kering. Salah satunya ketika saya mengalami kegandrungan baru, yaitu Sauna dan Steam, sebagai pilihan jitu mengeluarkan keringat tanpa bergerak, alias disebut juga dengan nama Olah Raga Malas. Xp

Seperti yang tadi disebutkan, Uap Basah yang kita hirup, maka di dalam Paru-Paru akan mengembun menjadi air. Hal itu pernah saya alami tanpa saya ketahui, tapi baru disadari beberapa waktu kemudian ketika mengerti teorinya. Pada satu waktu saya jadi norak dan jadi ketagihan "Steam", cukup sering dilakukan. Masuk di dalam ruangan panas yang penuh dengan asap, disebut Uap Basah, hasilnya? Dalam hitungan bulan saya mengalami batuk berkepanjangan, sebulan lebih tidak sembuh-sembuh. Ternyata kala itu saya tanpa sadar sedang mengalami gejala Paru-Paru basah.

Justru saya baru sedikit mengurangi "Steam", atau istilah lainnya "mengukus" (Baca: Kukus) tubuh, saat tanpa sengaja mendengar percakapan pengunjung lain. Jika terlalu sering "Steam" bisa kena Paru-Paru basah, meski sesungguhnya hal itu sudah atau sedang dialami, tapi belum tahu kalau gejalanya itu batuk-batuk. Mungkin logikanya karena Paru-Paru basah, maka organ tubuh kita itu berusaha "mengeringkan diri" dengan batuk-batuk.

Setelah agak mengurangi kegiatan mandi Uap Basah tersebut, akhirnya batuk-batuk tadi juga mereda. Tidak lama kemudian saya justru dapat pengetahuan lain. Tentang berendam di air dingin (6-8 derajat Celcius) yang disebut Cryotheraphy, serta Sauna (Tanpa Asap) di dalam ruang kering dengan suhu yang sangat panas. Ruang yang sebetulnya kurang saya sukai, karena terlalu panas dengan sensasi terbakar. Berbeda dengan "Steam" yang panas tapi lembab, hingga dinamakan Uap Basah.

Jika "Steam" seperti dikukus, maka Sauna itu seperti dipanggang. Keduanya meski berbeda metode tapi punya tujuan sama, yaitu memanaskan kondisi ruangan. Suhu tubuh kita akan naik saat masuk ke sana (Sauna dan Steam), serta mengeluarkan banyak keringat seperti sedang berolah raga. (Olah Raga Malas) :D

Suhu ruang Sauna itu idealnya di atas 90 derajat Celcius (Termometer), kalau kurang dari itu hitungannya tidak terlalu panas. Sementara ruang Steam itu ada di 65-90 derajat Celcius, idealnya begitu. Kebetulan pernah saya pantau dari termometer yang tersedia di sana, rata-rata ada di kisaran angka tersebut di tempat yang biasa didatangi. 

Nah ketika mulai berganti kebiasaan, saya baru merasakan sensasi Sauna yang sangat baik. Cara kerjanya kita menghirup udara panas, hingga pernapasan kita seperti terbuka lebar, bahkan bisa dihirup sampai batas maksimal, layaknya sedang merasakan jalur udara bebas hambatan. Ada yang bilang dengan bernapas di dalam ruang Sauna, maka Paru-Paru kita menjadi kering karena adanya penguapan, itulah salah satu keunggulannya.


Apakah saya jadi ketagihan Sauna juga? Normalnya saya tidak tahan dengan suhu panas di dalamnya. Tapi hal itu bisa dipadukan dengan berendam di air dingin. Kebanyakan orang juga tidak tahan lama di sana, sensasi air dingin akan membuat tubuh kita ngilu-ngilu karena perubahan suhu tajam mendadak. Tapi dengan kombinasi keduanya justru akan saling melengkapi, karena keduanya ternyata punya fungsi masing-masing.

Info lain yang saya dapat, untuk merasakan manfaatnya, maka kita perlu tahan lama saat berendam di air dingin (suhu 6-8 derajat). Ingat pemain bola atau atlet professional? Salah satu latihannya itu dengan berendam di air dingin, bahkan kolam mereka masih ditambah dengan balok es besar. Hal itu karena berendam air dingin yang disebut Cryotherapy juga punya manfaat, hingga saya juga menemukan teori dan cara kerjanya.

Tapi sebelum lanjut ada hukum dasar tentang pemanasan dan pendinginan. Jika suhu panas, maka zat padat yang lentur akan memuai (membesar), sebaliknya jika suhu dingin, maka zat padat yang lentur itu akan menyusut (mengecil). Cara kerja dasar inilah yang membuka wawasan saya tentang manfaat berendam air dingin, khususnya jika dilakukan dalam waktu yang panjang (10-15 menit).
https://bit.ly/2YKmIRS

Pada saat kita berendam di air dingin dan bertahan diam selama beberapa lama. Maka suhu dingin itu akan semakin "menusuk" ke dalam tubuh. Dalam arti tidak hanya terasa di kulit atau pori-pori saja, tapi berpengaruh juga dengan saraf otot dan urat sebagai "casing" jalur peredaran darah. Imbasnya? Jalur pembuluh darah kita akan menyusut atau mengecil, tapi kemudian bisa dinormalkan kembali, saat kita masuk ke ruang Sauna untuk dipanaskan (lagi), hingga peredaran darah mulai mengalir "cepat" kembali, cara kerjanya demikian berulang-ulang.

Analoginya mungkin seperti jalan raya, yang dipenuhi lalu lintas kendaraan berupa sel darah merah. Karena dingin maka lebar jalan akan menyempit, sekaligus membersihkan kotoran-kotoran yang menyumbat di trotoar, hingga kembali lebar dan kondisi jalan sudah menjadi lebih baik dari sebelumnya, lalu lintas sel darah merah bisa lebih lancar.

Masih ingat film Titanic? Ketika penumpang yang terjun ke laut tidak bisa bertahan. Hal itu karena suhu dingin ekstrim dirasakan dalam laut beku tersebut, hingga pembuluh darah tubuh menyusut, bahkan semakin parah hingga benar-benar tertutup, tidak ada lagi supply darah ke detak jantung dan lain sebagainya.

Hal itu juga saya rasakan belum lama ini sebagai pengalaman, ketika mengalami keseleo dan tidak sembuh-sembuh selama beberapa hari. Kasusnya jika terkena gesekan atau disentuh (ditekan), maka bagian yang keseleo itu akan sakit. Sudah coba "dihangatkan" dengan obat oles atau minyak gosok, tapi seperti tidak ada kemajuan berarti. Hingga akhirnya saya mengingat hukum pemuaian dan penyusutan itu, termasuk obrolan bahwa saraf kejepit atau asam urat bisa reda dengan berendam di air dingin.

Akhirnya mencoba pilihan dikompres dengan es batu, sekaligus langsung berpengaruh secara signifikan, karena rasa sakit akhirnya baru mulai berkurang. Logika awamnya mungkin dengan otot urat yang menyusut karena dingin, bagian yang "kusut" itu akan punya ruang untuk bergerak, hingga posisinya akan kembali normal sesuai jalur aslinya. Setelah itu pemakaian minyak gosok atau obat oles mulai berpengaruh. 

Jadi jika berpedoman dengan etika kedokteran modern, maka mereka punya tata cara sendiri, hingga disebut penanganan medis. Selain dari pada itu disebut penanganan atau obat alternatif, tapi selama bisa memberi efek penyembuhan yah tidak masalah sebetulnya.

Contoh lain seperti kondisi tidak enak badan, flu meriang atau demam. Jika konsultasi ke dokter maka tidak ada tuh yang namanya obat tidak enak badan. Yang ada justru kita harus menunggu, serta meminum obat untuk meredakan gejalanya saja, karena tubuh sedang bereaksi secara alami dalam waktu tertentu. Gejala tidak enak badan tadi disebut sebagai mekanisme tubuh yang sedang menyembuhkan diri. 

Berbeda dengan cara alternatif seperti dikerok misalnya, gesekan antara koin dan tubuh akan menghasilkan panas secara paksa, hingga tubuh akan lebih cepat memproses penyembuhan. Pada bagian garis kerokan tadi, atau bagian yang di Kop, dikatakan pembuluh darah dibuka paksa, hingga melebar dan kemacetan lalu lintas sel darah merah bisa terurai. Imbasnya? Rata-rata tubuh akan semakin enak dan bugar lebih cepat.

Untuk fasilitas Sauna Steam yang tadi saya singgung, biasanya akan tersedia kolam air dingin dan air panas secara bersamaan. Umumnya tersedia di pusat kebugaran, seperti fitness atau pemijatan. Semua fasilitas itu memanfaatkan suhu tertentu di dalam dua zat berbeda. Suhu dingin hanya bisa didapat dari kolam air dingin, sementara suhu panas di kolam air panas, keduanya menggunakan Zat Cair sebagai perantara.

Sementara untuk ruang Sauna dan Steam, keduanya memanfaatkan Zat Gas atau Udara, dalam bentuk Uap Basah (Berasap) dan Uap Kering. Apa yang ingin dicapai? Tentu perubahan atau reaksi tubuh kita, sebagai Zat Padat yang lentur, karena bisa bebas bergerak dalam batas tertentu.

Berendam Air Panas = Direbus
Berendam Air Dingin = Dibekukan
Masuk Kamar Uap Basah = Dikukus
Masuk Kamar Uap Kering = Dipanggang

Jika kita dikelilingi suhu panas (tinggi), seperti Sauna atau Olah Raga, maka pembuluh darah kita akan melebar dan peredaran darah semakin lancar, sesuai hukumnya (memuai). Sebaliknya jika kita dikelilingi suhu rendah, seperti udara dingin atau AC, maka pembuluh darah kita akan lebih rileks, sesuai pula dengan hukumnya (menyusut).

Jadi sudah mengerti maksud dongeng saya ini? Bahwa perubahan zat antara ketiga bentuk itu bisa kita manfaatkan. Termasuk pula dengan keadaan sekarang ketika pendemi melanda dunia. Ketimbang fokus pada penularan dan obat, kenapa kita tidak menjadikan tubuh kita sebagai vitamin alami (bebas sakit), hingga tidak lagi mengutamakan obat sebagai penyembuhnya.

Jika berkaitan dengan beringasnya Zat Asing yang sedang menyerbu manusia (hari ini), maka situasinya bisa berhubungan. Virus yang "canggih" karena konon tidak terjadi secara alamiah, tapi ilmiah dari hasil rekayasa ilmu pengetahuan. Alasannya karena sifat unik dari virus yang bisa memperbanyak diri (regenerasi cepat ke tipe baru), serta bisa menipu deteksi sistem kekebalan tubuh, jadi bukan yang alamiah sekali perang selesai. Jadi kemungkinan memang ada konspirasi dalam penciptaan zat asing tersebut.

Zat Asing tersebut dikatakan ganas dan cerdik, membuat sistem pertahanan tubuh agak kewalahan dalam berperang. Bakteri Baik, Makrofrag, Antibodi, Sel-T Pembunuh adalah pasukan perang kita yang melawan virus tersebut, berusaha memagari tubuh kita dengan imunitas (kebal). Artinya? Virus itu benar ada, bukan bohong dengan alasan konspirasi, jangan sampai salah kaprah. 

Berkaca dari data dongeng kita tadi, seharusnya kondisi Paru-Paru kita itu harus senantiasa panas, atau minimal hangat agar sampah lendir bisa menguap kering. Tujuannya agar kita membantu sistem kekebalan tubuh kita sendiri, agar tubuh dengan cepat mengenyahkan Zat Asing tersebut keluar.

Apalagi dari sekilas info "bocor" yang pernah saya lihat, pasien yang kena virus ini dan sedang berjuang untuk sembuh, ternyata lendirnya sangat kental seperti lem. Info itu dari tim dokter yang menyedot "kotoran lendir" pasien, tujuannya untuk penjelasan ke sesama anggota dokter lain, konfirmasi beritanya itu di siniBisa disimpulkan seberapa bahaya zat asing tersebut, karena sisa-sisa limbahnya juga tidak biasa.

Ketiga Zat (Cair - Padat - Gas) adalah bentuk materi dasar yang disediakan Pencipta,  reaksi antara ketiganya bisa berubah bentuk satu sama lain. Hukum itu sudah selayaknya kita manfaatkan, untuk diolah dengan baik pula dan benar.

Ah kenapa saya jadi mendongeng dan menjadi sok tahu? Jawabannya karena saya hanya tahu sedikit, mungkin pengetahuan dasar itulah yang bisa membantu kita, agar lebih pede dalam menjalani situasi sekarang. Jangan lupa, hati yang gembira adalah obat. :D

"Wah kalau saya seh banyak-banyak minum air saja Mas, jadi andai virusnya masuk langsung turun ke perut. Jadi aman gak masuk ke Paru-Paru" ucap tukang cukur, saat sedang fokus memotong rambut saya bulan lalu.

"Wah benar juga tuh Mas, malah baru kepikiran juga jadinya" jawab saya, terdiam dan menerima logika sederhana dari beliau.