Jumat, 14 Agustus 2020

Nyaris Terganti




Hampir Diganti? Memang kenapa jika diganti?
Kalau diganti artinya ada yang berubah.


Kali ini saya ingin mengangkat salah satu "hobi", atau lebih tepatnya sebuah keisengan yang mengasyikan. Asal mulanya sudah ditulis di sini. Mengenai catatan perjalanan saya dalam tanda kutip, tergambar dalam bentuk potongan gambar bergerak, alias bahasa sehari-harinya tertuang dalam bentuk video.

Video Pertama saya itu ada di sini, menyusun potongan gambar yang diambil secara asal sewaktu jalan ke Bali di tahun 2011 dulu. Lagu yang diangkat adalah dari grup band musik Base Jam dengan judul Pantai.

Kemudian di beberapa dokumentasi lanjutan, ada perbedaan sedikit dalam posisi info pendukung. Hingga pada akhirnya menemukan teknik yang sesuai dengan gaya saya sendiri. Tidak perlu eksis pula di depan kamera, karena saya sudah menjadi juru kamera yang mengambil seluruh gambar, sesuai dengan niatan untuk fokus pada tujuan. B)

Biasanya video perjalanan diiringi dengan lagu-lagu favorit, sesuai pula dengan kegemaran yang enak di telinga saya. Umumnya berhubungan dengan latar belakang tema dari perjalanan itu sendiri, seperti perjalanan wisata alam Air Terjun, berpadu dengan simfoni dengan kalimat-kalimat pendukungnya. Hal itu misalnya tergambar dalam video perjalanan edisi Ciherang Sukamakmur Cibodas, dengan Lagu Meniti Hutan Cemara milik Katon Bagaskara.

Kemudian selain dari pada adanya hubungan dengan tema perjalanan, ternyata latar belakang mood juga ikut berpengaruh. Bahkan menjadi pemilihan yang paling sering dilakukan, ketika membuat buat video perjalanan, dipadukan dengan lagu yang mengalun sesuai dengan suasana dalam diri.

Beberapa momentum yang keluar tanpa diduga, seperti sudah merencanakan sebuah "karya" dokumentasi, berlanjut pada pemilihan lagu yang kembali lagi pada telinga. Tentunya bunyi lirik atau kata-kata dalam lagu juga menjadi bahan pertimbangan, apakah mendukung atau cukup netral saja. :D

Karena rencananya video perjalanan saya beredar di dunia pihak ketiga, dalam hal ini Youtube. Maka seringkali ada sebuah peringatan keluar mengenai hak cipta, karena saya memakai lagu orang lain tanpa izin. Tapi karena hanya untuk sekadar bentuk ekspresi, maka saya hanya menyertakan identitas pihak yang menyanyikan lagu tersebut. Mungkin akan lain ceritanya jika video yang beredar untuk komersial, atau dipasangi jalur lalu lintas iklan.

Biasanya ada beberapa video yang langsung di-klaim oleh pemilik video, dalam hal ini label rekaman dari si pemilik lagu. Andai kita tetep ingin memakai lagu dari mereka, biasanya jumlah view video kita akan masuk ke mereka. Jadi lebih baik tidak perlu kita komersilkan, atau tidak perlu di-monetisasi. Xp

Ada juga beberapa kebijakan dari Youtube, seperti hanya bisa beredar terbatas. Misalnya di beberapa lokasi negara, maka video akan dicekal atau tidak dapat disaksikan, atau bermacam-macam bentuk peraturan yang menyertai. Semua itu sebetulnya tidak ada masalah, video tetap dapat berbedar dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.

Pengalaman yang cukup unik pernah saya alami. Dalam satu video terdapat dua atau tiga lagu yang bergantian, hingga durasi video perjalanan cukup panjang. Tapi ternyata ada satu lagu yang dimatikan secara paksa, alias gambar tetap berjalan, tapi tidak ada suara yang terdengar. Variasi bentuk perlindungan hak cipta dari Youtube memang patut mendapat apresiasi. :D

Sementara tindakan yang paling keras adalah dengan di-nonaktifkannya video, alias tidak bisa beredar. Pernah juga saya mengalaminya satu dua kali, oleh karena ada konten lagu orang yang saya gunakan. Tapi pada akhirnya membuat karya video perjalanan, disertai lagu favorit yang mendukung hanya untuk kesenangan saja. 

Ada beberapa video yang perlu saya ganti di dunia Youtube ini, oleh karena terkena patroli dan mendapat vonis tidak boleh beredar. Jika demikian maka saya akan mengubah isi lagu, tentunya dengan melodi yang masih sejalur. Bahkan bisa saja susunan gambar juga berubah, istilahnya ada modifikasi total. Coba saja kita lihat untuk video Phuket Phi-Phi versi 2011 di bawah ini.  


Versi Asli (Pertama) yang cuma eksis di Dailymotions.

DJ Sammy - Boys of Summer
Tiesto - I'm Strong
Armin van Buuren - Youtopia


Versi Modifikasi (Kedua) yang diterima Youtube.
Armin van Buuren - In and Out
Tiesto - Let's Go
Smile.Dk - Moshi Moshi


Uniknya untuk edisi trip tujuan yang "sama" di 2019 lalu, video perjalanan edisi Phuket Phang-Nga juga terkena vonis di-nonaktifkan. Hingga saya perlu mengubah isi lagunya (lagi), agar terhindar dari peringatan mengenai konten yang dimaksud. Hasilnya tanggal upload video jadi agak lebih lambat, jika dibandingkan dengan dua bagian lain di Malaysia dan Singapura.

Paul van Dyk - Times Our Lives
Armin van Vuuren - This Light Between Us
Tiesto - Take Me


Tapi karena saya sudah tidak "se-excited" dulu, maka versi yang asli tidak perlu lagi saya edarkan. Hanya yang lolos "kualifikasi" saja yang diangkat, sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku di pihak ketiga utama. :))

Selain klaim hak-cipta dari pihak ketiga, ternyata dari saya sendiri juga bisa inisiatif mengubah bentuk video perjalanan. Salah satunya itu ada di video perjalanan edisi Sentul Leuwi Hejo. Kasusnya itu mengubah lagu barat New Life yang dibawakan oleh Thomas Bergersen, menjadi karya lokal lagu Bukan Rahasia milik Dewa.

Jadi sebuah etika dari diri saya sendiri masih terjaga, bahwa untuk video perjalanan dalam negeri, idealnya memakai lagu yang dibawakan anak negeri juga.  Selain perubahan lagu, ada pula perubahan dengan memotong durasi video perjalanan. Dari awalnya memuat dua lagu, menjadi satu lagu saja. Kejadian itu berlaku dalam video perjalanan versi Belitung dan Pacitan, keduanya beredar dari tahun 2012, serta diedarkan ulang tahun 2015, berbarengan dengn Phuket Phi-Phi yang tadi dimodifikasi.

Belum lama ini ada juga inisiatif pribadi yang muncul secara tiba-tiba. Kali ini mengenai rekaman gambar yang ingin diubah, pada video perjalanan versi Bogor Pamijahan Ciasihan.

Apa alasan ada yang ingin diubah? Ternyata berhubungan dengan pengambilan gambar sewaktu video itu dibuat. Pada dokumentasi tersebut berlangsung pada penghujung musim kemarau, hingga debit sungai yang mengalir agak menyusut, jadinya berimbas dengan pemandangan Air Terjun yang tidak sederas pada musim penghujan.

Rencana itu sudah saya siapkan pula, waktu dan tempat perjalanan (ulangan) tersebut belum lama ini. Mungkin karena saya juga baru saja menemukan tujuan baru bernama Curug Geblug, satu nama yang awalnya juga sempat masuk dalam perencanaan, tapi tidak kesampaian dan gagal masuk video perjalanan edisi "pertama" tersebut.

Hingga ada niatan untuk memodifikasi video perjalanan edisi tersebut, satu minggu setelah berkunjung ke Curug Gebglug yang "gagal eksis" pada rencana awal, pada minggu keempat di bulan Maret 2020. 

Kembali lagi ke Gunung Salak Endah, dengan pemberhentian Curug Ciparai, agar bisa sekaligus mampir (lagi) ke Curug Geblug. Niat awalnya ingin jalan memutar, masuk dari Salak Endah, serta keluar ke arah Ciasihan dengan jalan kaki. Ingin kembali mengambil gambar Curug Kiara dan Curug Walet untuk dokumentasi terbaru. Kala itu baru gambar bergerak saja yang ingin diubah, dengan suasana debit air yang mengalir lebih deras.

Tapi ternyata suasana di sana sangat sepi, karena sudah satu minggu pula desas-desus tentang Virus Corona dimulai. Di TKP Curug Ciparai hanya saya seorang diri saja yang berkunjung, berbeda dengan suasana satu minggu sebelumnya yang masih ramai.

Kemudian saat sampai di pintu masuk Ciasihan suasana lebih sepi lagi, karena tidak ada petugas yang berjaga. Langkah kaki masih berlanjut, karena dari Curug Ciparai sampai ke Curug Walet dan Curug Kiara, sudah tidak ada pemukiman penduduk lagi, alias sudah berada di pinggir hutan atau ladang penduduk, dengan jalur melewati pinggir tebing.

Menunggu dulu sejenak, hingga terlihat dua penduduk lokal, baru datang dari arah kedua Curug tadi, membawa hasil panen dari ladang mereka di atas. Diberitahu bahwa di atas kosong, tidak ada siapa-siapa dan tidak ada petugas yang berjaga di lokasi wisata. Hingga niat untuk "berwisata kilat" jadi terkurung, khususnya di jalur Curug Walet yang cukup ekstrim, karena akan melewati sedikit jalur sungai dengan tebing tinggi di kedua sisi.

Antara nekat lanjut atau membatalkan rencana, karena saya termasuk tipe yang main aman, keselamatan tetap nomor satu. Hingga akhirnya saya mengurungkan niat, serta kembali ke arah Curug Ciparai yang kondisi alamnya lebih bersahabat, karena terletak di ujung pemukiman penduduk.

Pada saat akan kembali ke Curug Ciparai, ternyata dua ibu-ibu penjaga warung sudah naik ke atas. "Sudah tutup Bu warungnya?" tanya saya.

"Iya, sepi euy dari pagi tidak ada yang datang, sepertinya gara-gara virus ini. Tapi di bawah masih ada yang jualan kog dek satu orang" jawabnya dengan tersenyum.

Akhirnya saya sempatkan pula bermain air sebentar di Curug Ciparai, kemudian iseng-iseng jajan mi instan seduh di warung yang masih buka tadi. Hingga kembali selepas siang hanya saya seorang diri saja yang jadi pengunjung. Niat awal untuk mendapat gambar terbaru batal dilakukan.

Untungnya video perjalanan pertama itu belum saya hapus, atau belum ditarik dari peredaran. Jika batal mendapat gambar baru, serta dokumentasi yang lama diedarkan ulang, pasti momentumnya juga sudah berubah. Paling terlihat pasti dari waktu tayangnya, apakah tepat waktu atau memang tidak sengaja terlambat. :)

Andai untuk beberapa video perjalanan ada yang terpaksa diganti, mungkin saja bisa berlaku sebaliknya. Ada juga yang berencana diubah, tapi ternyata dipaksa oleh keadaan, bahwa perubahan tersebut tidak kesampaian terjadi. Setelah ditelisik sejak awal, ternyata momentum beredarnya juga sudah tepat, meski nyaris saja diganti dengan inisiatif saya sendiri. :P


Artinya yang satu itu memang tidak tergantikan.
Memang benar, meski nyaris, tapi ternyata bertahan dan tidak berubah.
:))




Shanty - Indah Hari Ini