Sabtu, 16 Oktober 2021

Baru (Bikin) Betah


Saya pernah bercerita mengenai keunikan tentang sebuah lokasi wisata. Pada utamanya mengenai tempat yang berulang kali saya datangi, biasanya berupa jenis wisata Air Terjun, kenapa? Karena kita ada kegiatan di sana, berwisata main air dan dilakukan berulang kali, bukan hanya sekedar sightseeing atau melihat-lihat pemandangan saja. Xp

Ada satu dua tempat, hingga belakangan terhitung ada tiga tempat favorit saya, berlokasi di tiga wilayah yang berbeda. Pertama itu tentang Curug Cibeureum di sini, selain dari pada catatan perjalanan singkat, terdapat cerita unik yang menyertai. Kedua itu belum lama ini tentang Curug Panjang di sini, bahasannya agak mirip tentang adanya cerita lain dalam alur.

Ketiga ini adalah giliran tempat favorit lain, yang juga tidak bosan saya kunjungi. Lokasi yang mau saya angkat secara khusus adalah Curug Ciparai, berlokasi di wilayah Gunung Bunder, dengan nama wisata bernama Gunung Salak Endah. Sebuah lokasi yang pada saat pertama mengunjungi, itu sudah saya tuliskan di sini, bercerita tentang kegiatan selama sehari penuh, menjelajahi "semua" Air Terjun yang ada di sana, tentunya dengan full dokumentasi di tahun 2012.

Berjarak tiga tahunan sejak kedatangan pertama, pada akhirnya ada lokasi yang baru dibuka di tahun 2015, karena jalan setapak baru selesai dibangun, hingga wisatawan dapat dengan mudah mencapai lokasi. Jika dari pintu Gunung Salak Endah, namanya itu Curug Muara, karena jalan setapaknya berakhir di aliran sungai yang membawa material belerang dari Kawah Ratu. Cirinya di sekitar batu-batuan yang dialiri sungai akan berwarna merah kecokelatan.

Sementara di sana jadi titik pertemuan dua arus, sungai lainnya itu berasal dari puncak gunung, termasuk adanya Air Terjun yang lumayan tinggi, namanya itu Curug Ciparai.

Nah lokasi Curug Ciparai ini mudah dijangkau, dengan jalan setapak yang lebar dan tidak terlalu jauh, hanya jalan kaki setengah jam saja. Berbeda dengan karakter Curug Seribu yang berlokasi di bawahnya. Tebingnya di sana memang lebih tinggi, tapi jalan setapak ke sana sempit, kemudian kolam-kolam untuk bermain air agak terbatas. Dari tempat parkir jalur menuju kedua Curug ini berbeda arah, setelah mengetahui tujuan baru ini, tempat-tempat lain sudah malas didatangi lagi. Xp

Lokasi di sekitar Air Terjun juga sangat nyaman, karena agak luas dengan tersedianya beberapa kolam yang menampung limpahan arus sungai. Ada yang cetek, bahkan yang cukup dalam juga ada. Fasilitas untuk wisatawan juga cukup baik, karena tersedianya beberapa warung dari warga, serta bilik untuk bilas dan berganti pakaian. Secara kegemaran sudah cukup untuk menjadikan lokasi itu sebagai pilihan utama di sana, tempat baru dan bikin betah, sesuai judul tulisan ini. :))

Kala pertama kali datang itu juga langsung tahu, bahwa ada pintu masuk lain di arah berlawanan, menuju desa Ciasihan sebagai batas terjauh. Setelah dari sana sudah merupakan zona hutan. Kemudian baru mengetahui pula masih ada beberapa Air Terjun lain di sekitar sana, pernah juga saya ceritakan tentang kegiatan dokumentasi di sini, hingga bukan (belum) jadi bahasan utama.

Karena saya sudah sering berkunjung, petugas keamanan di sana sampai mengenali saya, termasuk juga dengan penjaga parkir untuk pengunjung Curug, di pintu Gunung Salak Endah. Dokumentasi kegiatan hanya ada di kunjungan pertama, serta sedikit diangkat saat mengunjungi Air Terjun lainnya di sini. Selebihnya hanya untuk refreshing berendam. Karena di sana air gunung yang jernih, maka tidak perlu lagi bilas, karena bilasnya itu saat saya sedang bermain di aliran sungai tersebut. Jadi hanya mengganti pakaian kering saja. Xp

Cerita unik lainnya pernah juga saya alami, saat datang ketika dalam masa Puasa bagi sebagian masyarakat kita. Saya datang ke sana hanya seorang diri, bahkan sudah diberitahu oleh penjaga loket dekat tempat parkir. Tapi masih tetap percaya diri ke sana, karena masih siang di tengah hari bolong, cukup aman pastinya. Xp

Tapi sesampainya di lokasi memang mendapat suasana berbeda, keheningan suasana berbalut dengan gemercik deras suara Air Terjun dan aliran sungai. Rasa was-was juga muncul dengan sendirinya, tidak ingin bermain dengan gegabah sampai jauh atau naik-naik kolam yang lebih tinggi. Tapi cukup di dekat tangga jembatan dan warung yang tutup. Bermain air sejenak di sana selama beberapa waktu, menjadi satu pengalaman yang cukup "unik" karena berwisata sendiri dalam arti yang sebenarnya. 

Hingga kita memasuki masa PSBB, untuk jalur Gunung Salak Endah masih agak longgar, karena akhirnya buka. Berbeda dengan jalur Ciasihan, pada saat akan memasuki desa, maka warga sudah menutup jalan, hanya untuk warga dan pihak yang berkepentingan saja yang boleh masuk. Memang protokol kesehatan dari warga sana patut diacungi jempol.

Kemudian PSBB berlanjut pada PPKM kemarin, di hari kedua ingin naik dari pintu bawah Gunung Salak Endah, karena lokasi wisata ini punya dua pintu, dengan jalan memutari bukit di kaki gunung. Ketika ingin memasuki pusat desa Pamijahan, maka warga sudah menutup jalan, hingga saya memutar dan ingin masuk dari pintu atas.

Sesampainya di pintu atas Gunung Bunder, ternyata sedang ada keramaian di sana. Ternyata sedang ada kunjungan Bupati, beserta pihak-pihak yang mengiringi, termasuk petugas keamanan. Diberitahu bahwa untuk tempat wisata sedang ditutup. Hingga akhirnya saya kembali dan ingin mampir di Curug Nangka, yang satu jalur menuju ke kota Bogor, tapi ikut ditutup (juga) dengan pemasangan spanduk di pintu masuk.

Hingga akhirnya PPKM juga mulai dilonggarkan, kemudian kemarin belum lama ini kembali ke sana. Masuk melalui pintu bawah Pamijahan, serta bermain air lagi di Curug Ciparai sebagai lokasi favorit. 



Bahkan pada saat ingin pulang lewat pintu atas, ternyata jalur masih ditutup di batas hutan, di pintu masuk ke Kawah Ratu. Hingga akhirnya berputar balik dan PP dari pintu bawah. Menjadi satu rangakaian perjalanan singkat ke sana, untuk menyegarkan pikiran, hingga penglihatan kita tentu akan menjadi baik pula.

Dokumentasi pertama kalinya ke sana, digabung dengan perjalanan ke Taman Safari, ketika singgah di Curug Jaksa, menjadi dokumentasi video perjalanan dalam rangka festival Curug.

================
(update 26-10-2021)
Foto Perdana di Curug Ciparai

Kemudian ada tambahan lagi, sekitar semingguan setelah tulisan ini dibuat di atas.

Predikat tempat yang saya kunjungi (sendirian & tidak ada siapa2) sewaktu Puasa di atas. Ternyata pengalaman itu bukan menjadi yang pertama, serta satu-satunya. Pengalaman wisata sendirian juga pernah terjadi (lebih dulu), pada trip Papandayan saya saat menginap kemping sendirian, cerita sempilannya sudah diangkat di sini, tapi catatan perjalannya belum. Jadi keunikan itu bukan yang utama, karena ada keunikan lain yang menyusul belakangan, hingga tulisan ini perlu ada update. :D

Ketika tulisan ini dibuat, hampir enam tahun pasca kunjungan pertama, terdata di video perjalanan yang saya upload di atas (Akhir 2015). Kemudian sudah seringkali mampir di sini, termasuk ke Curug lainnya yang bersebelahan, dan sempat berfoto di sana. Tapi ternyata saya belum pernah punya foto kenang-kenangan di sini, dalam arti dokumentasi diri dengan latar belakang air terjun ini. Xp


Pada kunjungan kemarin itulah, akhirnya saya baru berfoto (pasca 5 taon lebih), minta tolong pengunjung lain yang sudah ada di sana, saat belum nyebur. Kemudian meminta foto lagi pas sedang basah2an. Beruntung pemandangan kala itu masih lenggang, karena tidak lama kemudian ada banyak pengunjung yang datang secara berkelompok, terlihat dari seragam kaos yang mereka kenakan. Oleh karena berangkat dari tempat parkirnya berbarengan, jadi ketika sampai langsung duluan foto, hingga akhirnya mereka memenuhi setiap sudut kolam-kolam air terjun di sana. Xp