Sabtu, 15 Juni 2024

Jebakan Pornografi



Untuk tema cerita ini, idenya muncul secara mendadak. Berkaitan dengan ciutan di Twitter, karena menyambar status dari pengguna lain belum lama ini. Isinya mengemukakan tentang tulisan di blog pertama, hingga saya juga tertarik untuk melampirkan tulisan sejenis.

Ada sedikit perbedaan mengenai status yang orang saya sambar itu. Karena yang bersangkutan merasa banyak kekurangan, saat menyebar tulisan pertama di blog-nya itu, dibuat saat awal-awal semester perkuliahan. Berseberangan dengan saya, karena tulisan di blog pertama itu saya tulis, justru setelah lulus dari dunia perkuliahan. Jadi memang ada sedikit perbedaan, mengenai cara pandang kita melihat sekitar, antara yang baru belajar, atau sudah selesai menyelesaikan pelajaran. :))

Seketika pula saya juga bernostalgia dengan tulisan pertama di blog ini. Secara kebetulan punya tema yang menarik dan belum ada tulisan baru di tema sejenis. Agak berbeda dengan tema lainnya yang ada pengembangan, atau perluasan dari apa yang dibahas. Hingga terpikirkan secara singkat, bahwa tulisan 3P (Pornografi - Pornoaksi - Prostitusi) sebelumnya di sini, sepertinya cukup menarik diangkat dengan bahasan yang baru.

Kata Porno sendiri berasal dari kata Yunani "Porne" yang artinya perempuan jalanan. Jika digabungkan tentang Pornografi, artinya sebuah tulisan atau karya yang berkaitan dengan perempuan jalanan. Jadi apa yang berubah tentang itu? Pornografi Pornoaksi dan Prostitusi? Ternyata ketiganya masih ada sampai sekarang. Bahkan dipercaya profesi yang berkaitan dengan dunia itu, menjadi yang tertua di dunia, entah benar atau tidak. 

Jadi secara garis besar ketiganya berhubungan, Pornografi sebagai seni atau dunia Porno, sementara Pornoaksi yah kegiatan yang ada nilai Porno di dalamnya, sementara Prostitusi itu adalah pasar atau transaksi jual beli yang berkaitan dengan kegiatan Porno tersebut. Meski hal itu masih ada sampai sekarang, tapi kegiatannya menjadi berubah dalam tanda kutip, hingga kita kupas saja bagian menariknya, serta hal-hal yang patut kita waspadai.

Pada tulisan pertama itu sempat dibahas mengenai konsumsi media Pornografi, entah itu melalui kaset DVD atau konten di internet. Pada saat itu (tahun 2011), perkembangan dan kecepatan internet belum secanggih sekarang, hingga untuk kualitasnya juga belum terlalu bagus. Kepingan DVD masih jadi primadona kala itu, menonton video yang diedarkan oleh produsen, diteruskan ke pedagang hingga ke konsumen.

Jika dibandingkan sekarang justru sangat jauh berbeda, kita tidak lagi menemukan banyak penjual kaset film Porno, karena zaman yang sudah berubah. Dunia internet menjelma jadi sebuah saluran tanpa batas, karena setiap penggunanya dapat menemukan apa yang dicari dengan mudah, termasuk konten pornografi. Video berukuran cukup besar dan gambar jernih, dapat dengan mudah kita download, untuk disimpan di komputer. 

Perkembangan hingga hari ini, beruntungnya pemerintah kita cukup sigap, karena berhasil memilah-milah konten yang masuk ke jalur dalam negeri. Banyak kata-kata kunci yang diblokir, untuk dijadikan acuan di mesin pencari seperti Google, ketika akan mencari halaman website berbau pornografi tersebut, termasuk industri film biru (Blue Film) yang diedarkan secara professional. Kita mengenalnya dengan julukan film Bokep, yang isinya berfokus pada kegiatan hubungan seksual.

"Buat kalian yang masih muda-muda ini, yang mungkin suka atau penasaran dengan film-film biru. Jangan terlalu percaya dengan film-film itu, karena yang ditampilkan itu bisa beda dengan kenyataan" ujar seorang dosen sewaktu dulu, ketika membahas satu tema yang berhubungan.

Sangat jauh waktunya dari saya mendengar perkataan itu, hingga mengerti apa yang disampaikan. Karena ternyata para pemain film biru itu, tidak lain dan tidak bukan seorang artis dan aktor. Tidak berbeda dengan artis di film-film komersial yang laris, karena mereka punya kemampuan akting, untuk melakukan adegan sesuai skenario yang tertulis.

Para pelaku atau pemain film porno itu bersikap professional, karena hanya melakukan adegan sesuai skenario sutradara film. Berbeda dengan pelaku lain dari dunia yang sama, yaitu mereka yang membuat "film porno" hanya untuk bersenang-senang, atau beralibi sebagai kenang-kenangan saja. Mereka ini jenisnya sebagai amatiran, karena merekam sendiri kegiatan hubungan seksualnya, tanpa skenario dan memang lebih alami.

Ada satu dua film yang menganggkat fenomena ini, salah satunya film Sex Tape, karena artisnya punya niat merekam adegan hubungan seksualnya sendiri. Sebuah film komedi yang layak untuk ditonton, untuk kita berhati-hati, agar tidak sembarangan merekam adegan vulgar pribadi, apalagi menyebarkannya di dunia internet.

Sebaliknya ada pula jenis orang-orang yang dengan sengaja menyebarkan, konon sebagai ajang pencarian jati diri. Jika ditulisan pertama sebelumnya saya katakan hal itu dilakukan anak muda yang labil, maka untuk seorang seorang yang dewasa juga bisa melakukannya, entah dengan berbagai alasan di luar kenangan. Salah satunya mungkin adanya gangguan kejiwaan, karena masih berharap apresiasi dari orang lain, saat kita membuat karya pornografi, untuk menunjukkan kejantanan dan keberanian kita.

Tentang dokumentasi yang tersebar disengaja atau tidak, mulai muncul pula banyak film komersialnya. Biasanya dilakukan oleh anak muda yang masih bersekolah atau berkuliah, hingga secara tidak langsung membuka fenomena yang terjadi di masyarakat kita. Kegiatan pornoaksi yang didokumentasikan, masih tetap menjamur hingga sekarang, terlebih didukung perangkat telepon genggam yang bisa mengabadikan momen tersebut.

Kemudian ada juga kegiatan prostitusi, atau istilahnya membeli jasa kegiatan seksual dengan nominal tertentu. Pada zaman dahulu kala konon sudah ada, hingga para pelakunya menyadari apa yang dikerjakan. Meski ada juga yang merasa dijebak, dengan iming-iming dapat pekerjaan dan penghasilan cepat, nyatanya harus melakukan pekerjaan seks komersial tersebut.

Tempat yang dikhususkan untuk kegiatan ini, misalnya lokalisasi atau tempat tertentu yang ada layanan plus-plus yang disebut layanan tambahan berkencan. Intinya ada kesepakatan antara konsumen dengan penjual layanan seks, entah secara langsung atau melalui perantara. Salah satu tempat yang pernah jadi favorit adalah apartement, karena adanya celah sewa harian atau mingguan, hingga dimanfaatkan oleh pemburu rezeki lewat jalur pintas ini.

Hingga akhirnya pada satu waktu ada penggerebekan, karena kegiatan jual beli layanan seks ini membuat resah warga sekitar, khususnya yang tinggal di lingkungan apartment tertentu. Mereka atas kesepakatan bersama, tentunya melaporkan tindakan mencurigakan dari penghuni, hingga bersama petugas dapat menjaring para pelakunya tersebut.

Konon pada kala itu banyak yang berpindah, karena tidak lagi menggunakan kamar apartement sebagai lokasi favorit, dengan harga sewa yang murah terjangkau. Mereka akan lebih bermodal, karena menggunakan kamar hotel yang biaya sewanya tentu lebih tinggi. Tapi lambat laun kelas hotel juga semakin beragam, karena ada juga yang menawarkan fasilitas dasar kamar saja, hingga beberapa identitasnya mulai identik pula dengan kegiatan tersebut.

Untuk saat sekarang, kegiatan ini terus menjamur dan semakin banyak. Ada pula yang menggunakan teknologi, hingga untuk aplikasi tertentu, juga ikut identik sebagai alat komunikasi, tempat bertemunya penjaja layanan seks dengan penggunanya. Intinya yang berlaku sekarang semakin bebas, tidak bisa lagi dihalau dengan aturan dan sejenisnya, tapi perlunya kesadaran diri dari masing-masing pelakunya.

Fenomena ini juga menjadi inspirasi bagi pelaku industri film, hingga mulai banyak pula film sejenis, mengangkat tema tentang dunia prostitusi ini. Kita tidak bisa menyalahkan para pelakunya, karena mereka tetap punya kebebasan untuk itu. Jadi kita harus membentengi diri dengan berbagai pengetahuan, serta etika dan nilai yang baik bagi masing-masing pribadi.

Nah inilah yang ingan kita bahas sebagai Jebakan Pornografi dan teman-temannya itu. Secara singkat saja dan bisa langsung dijabarkan, karena pastinya setiap kegiatan akan punya dua sisi layaknya uang koin. Jadi patut kita perhatikan dampak serius yang timbul, andai kita secara tidak sadar atau tidak, tenggelam dalam jeratan Pornografi, Pornoaksi dan Prostitusi.

Pertama adalah film Pornografi, ternyata efek jangka panjangnya akan membuat otak kita mengalami kerusakan? Kenapa bisa? Yah karena adanya stimulasi yang berlebihan, serta penggunaan hormon yang keluar tidak pada tempatnya. Kesenangan menonton film porno, akan menggangu tingkat rangsangan pancaindera kita, dari yang tadinya normal menjadi tidak normal. 

Contoh yang pernah diketahui, ada seseorang yang karena kecanduan film porno, tidak lagi bernafsu dengan manusia lawan jenisnya (alami), tapi butuh menonton film yang artisnya tampil tanpa busana, agar mendapat rangsangan yang sesuai skenario atau imajinasi dirinya sendiri. Itu satu contoh kecil dari dampak negatif film porno, pastinya masih banyak contoh lainnya di sekeliling kita.

Kedua adalah kegiatan Pornoaksi, efeknya juga tidak kalah berbahaya. Jika di film porno kita bertindak sebagai penonton, maka untuk kegiatan Pornoaksi ini kita sebagai pelaku atau artisnya. Memang kemungkinan ada sebuah kesenangan tersendiri, atau kepuasan yang khusus, melihat diri kita sendiri tampil perkasa dan puas, baik sisi lelaki atau perempuan. Tidak ada yang salah pula, andai dilakukan pada tempat yang sesuai.

Tapi lebih berbahaya pula andai kita punya sindrom tertentu, saat "karya seksual" kita ini disebarkan, dengan tujuan mendapat apresiasi dari orang lain. Tentunya ini pencarian jati diri yang kebablasan, karena mungkin ada yang rusak atau sakit, hingga organ kemaluan (psikologis) kita tidak bekerja dengan baik. Andai disebar dengan sejumlah biaya uang, tentu ini menjadi artis film bokep professional, tapi dikelola secara amatiran.

Ketiga adalah kegiatan Prostitusi, efeknya juga sama berbahaya jika kita tenggelam di dalammnya. Slogan ada uang abang disayang, tidak ada uang abang ditendang, itu sebuah realitas yang berlaku. Uang adalah objek utama dalam transaksi dan kesepakatan, karena inilah yang dipunyai tamu sebagai kekuatan, atau ini pula yang dikejar penjaja layanan, karena bisa didapat dengan cukup mudah dan cepat.

Bahkan dunia Prostitusi ini semakin naik tingkat, menjadi lebih eksklusif dari tingkat dasarnya. Bagaimana tuh? Yah tidak lain dan tidak bukan, menjadi simpanan dari orang-orang yang punya uang banyak. Ibaratnya mereka "dibeli" secara istimewa, karena hanya melayani pihak yang membiayai (gaya) hidup mereka, hingga tidak perlu mencari pelanggan lain secara umum, istilah yang terkenal bagi mereka yang punya simpanan perempuan adalah Sugar Daddy.

Jadi sudah kita ketahui bersama bahwa fenomena 3P itu tidak pernah hilang. Kenapa? Karena pelakunya akan datang silih berganti, demikian pula dengan para penikmatnya, sebagai salah satu kebutuhan dasar yang tidak bisa diabaikan. Hanya tinggal bagaimana para pelakunya berinovasi, agar kesepakatan tercapai sebagai fokus utama, dengan bidang berbeda-beda, tapi tetap menganggap tubuh sebagai asebuah aset.

Tapi apakah yang namanya Porno itu seratus persen salah? Jawabannya tidak jika dilakukan di tempat yang benar. Dalam hal ini secara ideal hanya dilakukan oleh dua orang, terikat dalam pernikahan sebagai simbol hidup baru. Meski ada alasan lain yang berusaha menggeser maknanya, seperti itu bisa dilakukan asal keduanya bersedia, tidak ada paksaan dan lain sebagainya. Istilah yang terkenal itu, kalau ada consent keduanya yah tidak masalah.

Untuk Prostitusi memang ini agak menyalahi aturan dan etika, karena lebih berfokus pada kesepakatan uang dan materi, jadi ada wilayah abu-abu yang bisa didebatkan. Sementara untuk hal Pornografi dan Pornoaksi, kegiatan itu cukup diperlukan di tempatnya, sebagai bagian dari gairah manusia, perlu juga diperlihara dalam kadar yang sesuai.

Jadi ketiganya antara Pornografi Pornoaksi dan Prostitusi (di luar jalur), masih tetap ada hingga sekarang, tentu ketinya punya efek yang berbahaya. Kesenangan yang ditawarkan ternyata menyimpan jebakan, sebuah jerat yang akan membuat kata kecanduan, seperti ketagihan obat terlarang. Menyadari bahaya itu tentu lebih bijak, hingga kita dapat mengendalikan diri sepenuhnya, berkuasa dan merdeka atas fisik kita sendiri.