Sabtu, 28 Januari 2023

Nostalgia Toko


Untuk kali ini kita akan bercerita mengenai sebuah fenomena, ketika ada sebuah ucapan yang akhirnya kejadian. Apaan tuh? Dulu ada pepatah, bahwa orang bisa saling mengirimkan hadiah, ternyata hal itu sudah lumrah untuk sekarang. Jawabannya karena sudah tersedianya jasa ekspedisi, hingga bisa mengirim sebuah barang ke pada pihak lain.

Seperti jadi timbal balik, kemunculan beberapa website toko online semakin berpengaruh. Jadi bukan lagi kita beli dan pegang barangnya lalu dikirimkan, tapi kita bisa langsung memesan, kemudian barang akan dikirim ke pihak lain, tanpa kita harus memegang barangnya terlebih dahulu. Sebuah sisi praktis yang ditawarkan jaringan internet sekarang, hingga kita bisa saling memberi hadiah, bahkan untuk dan dari tempat yang jauh sekalipun. Bahkan bukan sekadar barang lagi, tapi makanan juga bisa. :O

Kemudian pada perkembangan zaman sekarang, akhirnya jadi kebiasaan baru kita, untuk membeli barang dari internet tersebut. Istilahnya umumnya adalah beli online, karena sistemnya barang akan dikirimkan ke alamat kita. Konon dari kebiasaan baru inilah, akhirnya beberapa pusat toko mulai sepi pembeli, keramaian jauh lebih berkurang.

Salah satu pusat toko akan kita angkat secara khusus, karena adanya fokus dalam kategori barang tertentu. Sebuah pertokoan untuk segala macam jenis gadget dan elektronik. Lebih detailnya mengenai komoditas telepon genggam, sebagai satu barang yang selalu laku dijual dan banyak peminatnya.

Jika bicara tentang pusat pertokoan telepon genggam alias handphone, tempat mana yang terbayang pertama kali? Jawaban yang ideal adalah ITC Roxy Mas, karena sejak dulu titik ini jadi pusat bisnis untuk barang jenis ini. Sejak awal pembukaannya hingga sekarang, seluruh lantainya juga fokus pada penjualan handphone dan berbagai aksesorisnya, termasuk juga layanan dari berbagai pihak yang bergerak di bidang tersebut, termasuk tempat servis perangkat.

Pada awal abad 21 dulu, ketika perkembangan internet belum luas dan murah seperti sekarang, datang ke sana langsung merupakan sebuah hiburan tersendiri. Banyak toko yang memajang informasi hape, dari label tertentu dengan berbagai tipe, bersanding dengan harga yang berlaku saat itu. Keterangan itu menggantung di bagian depan di atas etalase, memenuhi seluruh lebar toko untuk mengundang perhatian pembeli.

Pada saat mencari gambar lama di internet, sudah tidak ada lagi gambar yang tersisa, sebagai bentuk keseruan dari zaman dulu. Kurang lebih seperti contoh gambar di bawah ini, bedanya ini hanya berupa informasi di papan biasa. Sementara dulu itu, setiap toko saling berlomba-lomba, memajang price list dari tipe hape yang paling laku, ukurannya juga lebih besar ketimbang nama toko atau kios mereka sendiri. Xp

Konon cara yang demikian itu (memajang harga) adalah trik dari penjual, karena yang terpampang merupakan harga terendah. Misalnya ada handphone dengan garansi distributor (pihak ketiga) yang lebih murah, sementara untuk garansi resmi harus nambah harga sekian. Jadi pada akhirnya tidak bisa menjadi patokan, karena harga yang sesungguhnya bisa berbeda, bahkan bisa saja ada negosiasi tawar menawar harga.

Pada akhirnya daftar harga yang lengkap dan meriah itu hanya sebagai hiasan. Karena jika ingin membeli hape, akan bertanya langsung ke penjual, label dan tipe ini harga berapa untuk garansi resmi dan lain-lain. Kemudian ada majalah atau tabloid Pulsa, sebagai patokan barometer harga pasar, menjadi salah satu cara untuk menjangkau informasi kala itu.

Saya ingat juga ada lokasi favorit membeli handphone di ITC Roxy Mas ini, posisi tokonya ada di antara pintu samping dan belakang. Tidak seluruh label dan tipe akan masuk daftar harga, tinggal tanya penjual tipe ini berapa, langsung mendapat harga terbaik. Kala itu yang mendominasi pasar gadget adalah hape batang, dengan dua label utama Nokia dan Sony Ericsson. Andai ingin membeli telepon genggam, afdolnya di pusat penjualannya di sana. B)

Kemudian ketika membeli gadget generasi berikutnya dalam bentuk hape QWERTY, saya juga masih membeli di lokasi ini. Membawa pulang perangkat Blackberry dengan garansi resmi operator Three. Menjadi masa-masa terakhir peralihan, ketika dunia internet mulai maju secara cepat, termasuk juga transaksi penjualan online yang mulai meningkat.

Handphone QWERTY ini tidak terlalu ada label yang mendominasi, karena semuanya ikut terjun di dalamnya. Kemudian juga pernah membeli langsung di cabang pusat perbelanjaan lain, misalnya ITC Cempaka Mas, tapi di sana pasar telepon genggam hanya ada di lantai atas, sementara lantai lainnya menjual barang lainnya dan membaur.

Salah satu yang saya ingat adalah menjemput perangkat Huawei Dance G6620, pada saat peluncuran produknya di sana, dari pihak labelnya secara langsung. Di tempat yang sama pula pada lain waktu, membeli handphone QWETY lain yang punya fungsi televisi, tapi saya lupa nama labelnya apa. Ada satu toko yang menyediakan lengkap persediaan barangnya, tinggal ambil saja di rak yang berjejer, di antara banyak kemasan yang tersusun rapih.

Sepertinya kala itu menjadi terakhir kalinya saya membeli handphone secara langsung ke toko dalam keadaan normal. Selanjutnya pembelian melalui internet semakin berkembang, serta ikut mengubah kebiasaan transaksi untuk sebagian dari kita. Awalnya dari forum jual beli Kaskus, kemudian Bukalapak dan Tokopedia, hingga sekarang sangat beragam pusat toko online tersedia di dunia internet. Xp

Kemudian nostalgia beli handphone secara langsung ini terjadi kembali tanpa disengaja. Alasannya yang lebih tepat adalah keadaan mendesak, karena telepon genggam saya rusak dan harus menginap di tempat servis, jadi perlu ada pembelian yang sifatnya penting dan segera. Dari bilangan Senayan tempat klaim garansi tersebut, langsung meluncur (lagi) ke ITC Roxy Mas, setelah cukup lama tidak mampir lagi.

Langsung menuju toko besar yang eksis di sana, sudah tidak lagi membanding-bandingkan harga, karena perbedaannya juga tidak banyak lagi kala itu. Membeli dengan gesek kartu kredit dengan cicilan enam kali, untuk seru-seruan saja sebetulnya, meski bisa saja langsung beli secara tunai seluruhnya. Ada sebuah interaksi pembelian tradisional, kita dilayani dan beli, kemudian bayar untuk dapat barangnya.

Menjadi pembelian terakhir di toko secara langsung hingga sekarang, karena budaya keseruan membeli secara daring sudah terlanjur menancap dalam kebiasaan. Atau mungkin juga karena alasan harga, lebih murah dan pasti. Andai cara demikian dikembalikan lagi ke toko tradisional, mungkin akan lain juga ceritanya, seperti zaman dulu ketika daftar harga lengkap dipajang di depan toko.

Ada juga yang ingin mengakali harga ini, misalnya bertanya apakah ada toko fisiknya? Jadi bisa datang ke toko langsung, tapi dengan harga yang sama dengan daftar produk di toko online. Jawaban dari pemilik toko juga beragam, ada yang bisa begitu, ada pula yang tidak bisa, atau dengan persyaratan harga langsung itu berbeda dan lebih mahal. 

Meski tidak atau belum ada kepentingan untuk membeli telepon ganggam secara langsung, bukan berarti kita tidak lagi mampir ke sana. Berbagai kepentingan buat kita bergerak. Misalnya ingin sekadar jalan-jalan saja, melihat-lihat bagaimana handphone dijual, atau bisa juga dikotak-katik, agar bisa mengetahui fisik perangkat dari dummy yang tersedia, dan lain-lain.

Atau jika ingin jajan tentang teknologi ini secara hemat, dulu saya juga cukup sering iseng-iseng membeli nomor perdana. Dari awalnya memanfaatkan bonus kuota, hingga mulai dipakai secara permanen. Secara kebetulan dua nomor utama saya juga ada nilai nostalgia, dibeli di tempat yang sama (ITC Roxy Mas) sewaktu dulu. Daftar nomor perdana yang dipajang di seluruh dinding toko, mejadi satu keseruan tersendiri untuk memburu susunan nomor pilihan.

Jadinya saya punya hampir semua nomor dari operator telekomunikasi, hanya untuk sekadar melengkapi saja. Lagipula biayanya juga tidak mahal, siapa yang tahu nantinya akan berguna. Memanfaatkan tarif murah sesama operator, andai ada kepentingan tertentu, atau sekali-kali menggunakan layanan internet mereka. Secara unik jika nomor handphone yang aktif diurutkan, lima dari enam nomor aktif saya sekarang itu dibeli sana, untuk dongeng tentang nomor perdana ini juga dusah didongengkan di sini. Xp

Seperti kebiasaan berbelanja baru sekarang, saat kita bisa langsung mengirim hadiah ke pihak lain. Tentu ini merupakan suatu kemudahan tersendiri. Awalnya kita membeli dari penjual, untuk diberikan ke penerima. Sekarang bisa hemat waktu dari penjual ke penerima secara langsung. Cara praktis inilah yang menggerogoti zaman sekarang, hingga toko fisik berkurang pamornya.

Tapi beruntungnya tidak seluruh dari kita itu akan begitu, karena masih banyak juga orang yang masih suka cara tradisional. Misal membeli barang secara langsung, atau andai memberi hadiah ke pihak lain, dirinya akan membeli terlebih dahulu, meski berasal dari toko online yang perlu pengiriman jasa ekspedisi. Sebuah "sentuhan" dari kita sendiri masih cukup penting, apa yang dari niat akan menyentuh niat. :))

Tambahan lagi setiap pihak pusat pertokoan mulai berinovasi, karena minat dari masyarakat mulai ikut berubah. Pusat perbelanjaan bukan hanya jadi tempat transaksi jual beli saja, tapi perlu ada hiburan dan sejenisnya, sebagai hal yang dibutuhkan oleh kita dalam melepas penat. Untuk itulah banyak konsep pusat perbelanjaan yang berubah, agar dapat menarik pengunjung lebih banyak. Agar tidak tergerus zaman yah perlu mengikuti perkembangan zaman.

Tentang sepak terjang pembelian hape, ada cerita tersendiri di sini, mendongeng tentang perangkat membuat saya puas menggunakannya. Kemudian ada lagi tentang tema lainnya, setelah tahap pembelian gadget, berapa lama perangkat itu bertahan lama? Ceritanya itu di sini. :))